Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Senjata Melaut Rote Ndao
14 Januari 2017 18:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
Tulisan dari EPIC Adventure tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

.
ADVERTISEMENT
“Kemegahan alam, keindahan adat istiadat, keramah-tamahan masyarakat, dan kesederhadaan dalam hidup merupakan hal langka yang begitu berharga, jika kita dapat memahaminya bukan melalui indra semata.”
Kabupaten Rote Ndao adalah sebuah kabupaten paling selatan di Republik Indonesia, tepatnya terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Daya tarik dari kabupaten Rote Ndao terletak pada keindahan alam serta nilai budaya yang masih melekat pada masyarakatnya. Secara lebih sempit, tim kami yang beranggotakan tiga orang (Egar Muhammad Iqbal, Kamalia Nurul Fikri, dan Tsani Nurfamy) beserta pendamping menuju sebuah dusun bernama Dusun Oesosole. Dusun ini merupakan salah satu dusun yang berada dalam wilayah Desa Faifua, Kabupaten Rote Timur. Letak geografisnya yang berada di pesisir pantai berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Baik dari segi mata pencaharian, organisasi sosial, kesenian, pengetahuan masyarakat, dan peralatan hidup yang sehari-hari digunakan.
ADVERTISEMENT
Kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh warga di Dusun Oesosole begitu tentram dan damai, tentunya hal tersebut tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, serta sumber daya yang dimilikinya. Sebagian besar warga memanfaatkan lokasi yang cukup strategis untuk dijadikan tempat tinggal. Hasil sumber daya laut yang didapat karena tinggal di daerah pesisir pantai dijadikan sebagai sumber pendapatan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pantai Oesosole yang kaya akan sumber daya hewani dapat memenuhi kebutuhan warga sekitarnya. Berbagai jenis ikan dapat ditemui disini, mulai dari ikan dusuk/manofofok, tembang, gargahi, ka’uk/kerapu, lunduk, pari, hete, eo, lada, mua, kahakak, belalang/ikan terbang, gurita, udang, dan lobster. Warga juga gemar menangkap teripang. Terdapat tiga jenis teripang yang biasa ditangkap warga, yaitu; Nanas atau teripang merah, Capung atau teripang hitam bermotif, dan yang terakhir adalah Cera atau teripang hitam polos. Untuk mendapatkan hasil tangkapan laut tersebut, warga menggunakan peralatan yang biasa disebut sebagai “senjata melaut.”
ADVERTISEMENT
Senjata melaut merupakan peralatan tradisional yang sederhana namun telah secara turun temurun digunakan untuk berburu ikan dan binatang laut lainnya. Senjata melaut yang umum digunakan terdiri dari trisula/rama, parang panjang/kalewang, sosoro’, pukat, dan lo’at. Kemudian jaring juga kerap digunakan sebagai salah satu peralatan berburu ikan.
Senjata melaut yang pertama adalah rama. Rama merupakan senjata melaut sejenis trisula yang memiliki gagang dari kayu atau besi dengan panjang 1.5-2 meter. Ujung dari senjata melaut ini menyerupai garpu yang tajam, adapula yang berupa paku-paku berukuran besar. Warga membuat senjata ini sendiri, sehingga setiap rama dapat berbeda bentuk, tergantung dari kreativitas pembuatnya. Rama sendiri memiliki beberapa nama berbeda karena terdapat dialek yang beragam dari setiap daerah.
ADVERTISEMENT
Senjata kedua adalah kalewang. Kalewang atau parang panjang terbuat dari besi berbentuk pipih dan memiliki sisi yang tajam. Ada tiga macam kalewang yang dapat dikenali berdasarkan ukurannya. Pertama, kalewang pendek. Kalewang ini berukuran persis seperti golok tebas ¾. Kedua, kalewang sedang. Panjang dari kalewang sedang seperti golok ukuran normal. Ketiga, kalewang panjang. Kalewang ini memiliki panjang hingga 1.5 meter. Kalewang dilengkapi dengan sarung yang berfungsi untuk melindungi Kalewang, terutama agar tetap aman ketika kalewang tidak digunakan, sehingga tidak melukai siapapun, mengingat kalewang adalah senjata tajam. Sarung pelindung kalewang ini terbuat dari daun pohon lontar/tuak.

ADVERTISEMENT
Senjata ketiga adalah sosoro'. Sosoro' adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan yang terjebak di bebatuan karang saat air laut surut. Biasanya digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga yang pergi ke laut untuk meting dan pele. Sosoro' terdiri dari dua gagang kayu yang berukuran 1.2 meter dan terdapat jaring jenis tali kasur berdiameter 2 milimeter yang dikaitkan pada kedua gagang kayu dengan mengikatkan tali rafia.
Senjata keempat adalah pukat. Pukat yang digunakan oleh nelayan di Dusun Oesosole adalah jenis pukat pada umumnya. Pukat terbuat dari gagang bambu dengan panjang 1.5-1.7 meter dan terdapat satu atau dua buah paku yang ditancapkan ke bagian ujung kayu.
Senjata kelima adalah lo'at. Lo'at adalah sebuah wadah untuk menaruh hasil buruan laut yang terbuat dari anyaman daun lontar dan bambu. Lo'at dilengkapi dengan penutup wadah dan memiliki tali yang berfungsi untuk dikaitkan ke pinggang dengan cara diikat (seperti tas pinggang). Ketika nelayan mendapatkan ikan dari hasil meting atau pele, maka ikan tersebut akan langsung disimpan didalam lo'at bersama dengan hasil buruan lainnya. Selain dari kelima senjata melaut tersebut, agar dapat pergi ke laut dalam, nelayan menggunakan perahu mesin dengan muatan 6-7 orang yang biasa disebut bodi. Namun, apabila nelayan tidak berniat pergi jauh, alat transportasi yang digunakan adalah perahu sampan yang dikemudikan dengan cara menggunakan dayung berukuran kecil dengan muatan maksimal 3 orang.
ADVERTISEMENT
Rote Ndao masih menyimpan banyak cerita untuk dibagikan. Nantikan cerita selanjutnya ya, petualang muda!