Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gangguan Psikosomatik Dapat Dialami Korban Bullying Verbal
12 Desember 2022 16:30 WIB
Tulisan dari Akifah Mahrunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teman-teman, adakah di antara kalian yang pernah merasa sakit perut setiap selesai makan? Atau adakah yang sering muntah setelah makan? Setelah kalian pergi ke dokter karena khawatir ada masalah di lambung, ternyata lambung kalian baik-baik saja. Mengapa bisa ya? Coba perhatikan kondisi kalian. Kalau kalian lagi stres karena sering dihina gendut, mungkin kalian mengalami gangguan psikosomatik.
ADVERTISEMENT
Apa itu Gangguan Psikosomatik?
Sebelum kita membahas bullying verbal yang bisa menyebabkan gangguan psikosomatik, saya ingin membahas apa itu psikosomatik. Psikosomatik merupakan kondisi ketika fisik merasa sakit atau tidak nyaman karena masalah psikologis (Baskoro, 2020).
Dari pengalaman saya, gangguan psikosomatik bisa berupa jantung berdebar ketika menghadapi situasi tertentu, nyeri otot serta kelelahan walau hanya mengerjakan hal ringan, sakit kepala, dan sebagainya. Contohnya saat kalian periksa ke dokter karena sering merasa sesak napas. Ketika dilakukan pemeriksaan, sebenarnya tidak ada masalah pada paru-paru kalian. Setelah diperhatikan lagi, ternyata sesak napas tersebut muncul saat kalian merasa terlalu cemas.
Bullying Verbal Dapat Menyebabkan Gangguan Psikosomatik
Perilaku bullying tidak hanya menyebabkan gangguan psikologis loh, teman-teman. Dikutip dari Hustagalung (2021) dalam Nurprihatini, dkk (2022), "Tindakan bullying juga dapat menyebabkan kesulitan psikologis berupa depresi, kecemasan, dan kegugupan yang disertai dengan gejala psikosomatik."
ADVERTISEMENT
Lantas, mengapa bullying verbal yang hanya berbentuk kata-kata dapat menyebabkan gangguan psikosomatik? Untuk menjawabnya, saya ingin mengajak kalian untuk memposisikan diri sebagai korban yang setiap hari dipanggil gajah oleh teman-temannya. Karena badan kalian memang berisi, kalian sering disuruh diet. Setiap kalian makan banyak, orang-orang di sekitar kalian langsung berkomentar buruk. Kemudian kalian malas makan karena merasa tertekan. Rasanya kalian ingin muntah setiap makan. Perut kalian sering sakit setelah makan. Inilah contoh mengapa bullying verbal bisa menyebabkan gangguan psikosomatik.
Dari contoh ini kita dapat menyimpulkan bahwa saat kita menghadapi situasi yang membuat kita mengalami gangguan psikologis dan tidak segera mengatasinya, gangguan-gangguan fisik akan mulai muncul. Tubuh kita seolah memberi kode agar kita segera menyadari kondisi kita yang terluka.
ADVERTISEMENT
Jadi, bullying verbal tidak hanya membuat kalian terkena depresi, anxiety, atau gangguan psikologis lainnya. Makanya, kalau ada yang menganggap bullying verbal tidak menyakiti fisik, saya pikir itu tidak sepenuhnya benar. Gangguan psikologis yang dialami korban bullying bisa diikuti oleh gangguan psikosomatik.
Terapi Perilaku Kognitif Sebagai Solusi
Jika teman-teman merasa sulit untuk menghadapi masalah di atas, kalian bisa pergi ke psikolog untuk mendapatkan terapi perilaku kognitif. Dilansir dari Pittara (2022), terapi perilaku kognitif ini mengkombinasikan terapi perilaku dan terapi kognitif supaya kalian bisa menghadapi tekanan atau masalah dengan pola pikir yang lebih positif. Jadi, kalau kalian merasa sulit menghadapi masalah, kalian bisa datang ke psikolog untuk mendapatkan bantuan.
Contohnya seperti kalian merasa tidak boleh makan atau tertekan setiap makan, maka terapi perilaku kognitif akan membantu kalian untuk mengatasi perasaan tersebut. Sehingga kalian bisa merasa nyaman saat makan. Bahkan kalian bisa menghadapi komentar orang lain tentang tubuh kalian, loh. Hebat, kan?
ADVERTISEMENT
Karena teman-teman sudah mengetahui kalau bullying verbal bisa menyebabkan gangguan psikosomatik, saya berharap kalian tidak melakukan bullying kepada orang lain. Kalau kalian merupakan korban bullying yang mengalami psikosomatik, semoga kalian bisa segera mengatasinya, ya.
Referensi:
Baskoro, D. S. B. (2020). Self Healing: Sebuah panduan untuk menyembuhkan luka batin dan hidup bahagia sepenuhnya. Sastra Jendra Media (CV. Brilian Angkasa Jaya).
Nurprihatini, D., Lestari, S., & Wulansari, N. M. (2022). Gambaran Perilaku Bullying pada Anak Usia Sekolah Dasar Kelas 5 dan 6. In Prosiding Seminar Nasional STIKES Telogorejo Semarang.
Pittara. (2022). Ketahui Apa Itu Terapi Perilaku Kognitif. Dilansir dari https://www.alodokter.com/ketahui-apa-itu-perilaku-kognitif.