Pawai Obor Malam Takbiran, Tradisi yang Toleran di Toraja

Pawai obor di Toraja Utara malam takbiran (Foto: Yultin/MI).

Toraja -- Tradisi pawai obor di malam takbiran di Rantepao Toraja Utara membawa suasana toleransi yang ada di wilayah mayoritas di Sulawesi Selatan. Sejumlah remaja dan pemuda umat muslim antusias berjalan keliling kampung sembari membawa obor, dari halaman Mesjid Raya Rantepao menuju Pusat kota Rantepao, Toraja Utara, Rabu (4/6) malam.

Berjalan sembari menggenggam obor dari bambu dan diiringi tabuhan bedug, gema takbir sepanjang jalan menjadi tradisi di tanah bumi pongtiku.

Pawai Obor tersebut menjadi tradisi tahunan malam takbiran di Rantepao.

Ketua Himpunan Pemuda Muslim Toraja Utara (Hipmus) Helmy Jahid menjelaskan, pawai tersebut merupakan tradisi tahunan. Tidak hanya malam takbiran Idul fitri, namun juga di saat awal bulan Ramadhan 1440 H kemarin.

"Alhamdulillah Pawai Obor ini merupakan keinginan warga sendiri. Antusias masyarakat di sini memang sangat besar," kata Helmy Jahid.

Helmy menambahkan, pawai obor bukan hanya bermaksud untuk meramaikan suasana malam takbir jelang hari raya Idul fitri. Lebih dari itu, pawai obor bermakna sangat penting terutama edukasi bagi anak-anak mengenai pentingnya menggemakan takbir di malam kemenangan.

"Pawai obor ini untuk memberikan momen bagi anak-anak, terutama bagaimana mensyiarkan agama Islam. Daripada jalan-jalan di malam takbir, lebih baik berkumpul positif dengan bertakbir," ujarnya.

Pawai obor tersebut juga tidak berlangsung lama. Anak-anak yang sebagian juga didampingi para orang tuanya itu berjalan berkeliling kampung sebanyak satu putaran selama sekitar 20 menit. Sebelum kemudian pawai berakhir di Masjid Raya Rantepao.

"Memang tidak lama, agar tidak terlalu malam karena kasihan anak-anak," tutur Helmi. Dia menuturkan, yang terpenting dari Pawai Obor adalah esensi edukasi syiar agama Islam bisa tersampaikan dengan baik dan melekat dalam ingatan anak-anak.