Perahu Tradisional Padewakkang Tiba di Darwin Australia

Konten Media Partner
29 Januari 2020 11:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perahu tradisional Bugis Makassar Padewakkang berlabuh di Cullen Bay Marina, Darwin Australia, (Foto: Ridwan  Alimuddin).
zoom-in-whitePerbesar
Perahu tradisional Bugis Makassar Padewakkang berlabuh di Cullen Bay Marina, Darwin Australia, (Foto: Ridwan Alimuddin).
ADVERTISEMENT
Makassar -- Perahu tradisional Bugis Makassar Padewakkang akhirnya telah berlabuh hari ini, Rabu (29/1), di Cullen Bay Marina, Darwin, Australia. Informasi tersebut di terima Makassar Indeks oleh Ridwan Alimuddin Kru perahu Padewakang.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya perahu ini berangkat dari peraiaran Kepulauan Tannimbar, Provinsi Maluku, Jumat sore, (24/1). Ridwan menceritakan jika dirinya selama perjalanan tak ada kendala termasuk soal cuaca yang lima hari perjalanan cukup bersahabat.
"Alhamdulillah kami semalam sekitar jam 8 malam waktu Darwin, Semua kru sehat, dan tak ada kendala termasuk cuaca hingga kami berlabuh di Darwin," kata Ridwan.
Dengan berlabuhnya Padewankang di Cullen Bay, menandaka Ekspedesi Padewakang dalam rangka Napak Tilas Sejarah Maritim Indonesia, khususnya hubungan budaya antara pelaut Bugis Makassar dan Suku Aborigin di Australia, berhasil sesuai rencana.
Sesuai rencana, sejak lepas sauh dari Saumlaki, perjalanan ditaksit 3-5 hari untuk sampai ke Darwin.
Saat ini keseluruhan kru dan perahu Padewakang masih dalam proses keimigrasian.
ADVERTISEMENT
"Sekarang kami masih proses oleh bea cukai dan karantina, " papar Ridwan yang juga Ketua AJI Mandar Sulawesi Barat ini.
Kru Perahu Padewakang tiba disambut pihak Konsulat RI Dicky Soerjanatamihardja di Darwin, Australia, (Foto: Ridwan Alimuddin).
Perahu Padewakang adalah salah satu perahu tradisional berusia lebih dari 300 tahun atau pada abad 3-4 dan telah direplika. Perahu ini melakukan misi pelayaran dengan rute dari kabupaten Bulukumba-Makassar-Larantuka-Saumlaki-Darwin. Kapal Layar Padewakang bernama Kapal Layar Nur Al Maregeh yang dinakhodai oleh Anton Daeng Tompo.
Pelepasan Ekspedisi Padewakang yang beranggotakan 10 kru melanjutkan pelayarannya ke Darwin, setelah 48 hari dari Bulukumba.
Ridwan mengatakan kapal Padewakang dalam pelayarannya hingga ke Saumlaki dari Bulukumba sempat mengalami berbagai kendala karena kapal ini sangat tradisional.
"Kemudi sempat patah dan layar yang terbuat dari bahan alam sempat sobel karena cuaca," Kata Ridwan.
ADVERTISEMENT
Ekspedisi Padewakang juga membawa misi persahabatan antara dua negara Indonesia dan Australia.
"Kami berangkat membawa merah putih dan persahabatan ke Australia. Persahabatan yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun. Orang Makasaar semenjak 300 tahun lalu, berlayar ke Australia mencari teripang.Ini sebuah misi sejarah dan juga kebudayaan," kata Ridwan beberapa waktu lalu di Makassar.
Ekspedisi Padewakang
Ekspedisi Padewakang ini, menumbuhkan ingatan sejarah tentang budaya nenek moyang pelaut Indonesia yang sejak dulu kala telah berlayar bukan hanya di nusantara tapi juga sampai di mancanegara.
Ekspedisi ini bertepatan peringatan 250 tahun James Cock ke Australia ini juga merupakan Napak tilas perahu Padewakang yang mengingatkan masyarakat Australia bahwa jauh jauh sebelum James Cook dari Inggris ke Australia, orang Makassar sudah lebih dulu ke Australia, dengan tujuan mencari teripang.
ADVERTISEMENT
Kapal Padewakang ini adalah salah satu kapal tradisional yang kemudian berkembang sebagai asal muasal kapal pinisi.
Pelayaran ini sendiri dikoordinir oleh Horst. H. Liebner, warga Jerman yang berpuluh tahun mendedikasikan hidupnya buat perahu-perahu tradsional di Sulawesi Selatan.
Perahu Padewakang Nur Al Marege ini merupakan replika perahu Padewakang kedua yang tiba di Darwin, sejak perahu Padewakang dinyatakan "punah" di tahun 1930.
Replika perahu pertama dibangun tahun 1987 dan diberi nama Hati Marege, yang diinisiasi dan dilayarkan dalam Ekspedisi Pelayaran Teripang ke Darwin, oleh peneliti Australia, Peter Spillet. Kini perahu Hati Marege disimpan di Museum Maritim Darwin.
Ekspedisi Makassar-Darwin ini disponsori oleh Shaykh Wesam Charkawi dari Institut Abu Hanifah di Sidney. Warga Australia keturunan Lebanon ini menggelontorkan dana sekitar Rp 1 miliar dalam pembuatan perahu dan ekspedisi pelayaran dari Makassar ke Darwin.
ADVERTISEMENT