news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

'Dangkot' dan 'Nasu Palekko' Hidangan Daging Itik Khas Sulsel

Arga Arifwangsa
Sering mendadak lapar. Hobi dengan: Pokemon, kuliner, musik, movie, kopi, dan travel.
Konten dari Pengguna
8 September 2019 16:19 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arga Arifwangsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kuliner daging bebek khas provinsi Sulawesi Selatan (Foto: dok. MakassarLapar).
zoom-in-whitePerbesar
Kuliner daging bebek khas provinsi Sulawesi Selatan (Foto: dok. MakassarLapar).
ADVERTISEMENT
Ada yang pernah makan itik atau bebek? Ketahuilah, daging itik tak kalah populer untuk dikonsumsi, jika dibandingkan dengan daging ayam.
ADVERTISEMENT
Daging itik memiliki cita rasa yang lembut dan gurih. Tak hanya digoreng atau dibakar, daging itik dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Di Indonesia terdapat banyak jenis kuliner itik yang memiliki ciri khas serta cita rasa yang berbeda dari masing-masing daerah, seperti Gulai Itik, Bebek Betutu, Itik Kuali, dan sebagainya.
Di bagian timur Indonesia, terdapat dua jenis hidangan itik yang memiliki peminatnya masing-masing, yaitu Dangkot dan Nasu Palekko. Kedua hidangan itu merupakan kuliner asli khas Sulawesi Selatan, tetapi resepnya berasal dari dua suku yang berbeda. Maka dari itu, kita akan membahas kedua hidangan tersebut pada story MakassarLapar kali ini.
Dangkot
Dangkot khas Suku Toraja (Foto: dok. MakassarLapar).
Dangkot merupakan singkatan dari kata “daging” dan “kotte” yang berarti “daging itik”. Resep Dangkot berasal dari Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Dangkot merupakan daging itik yang dipotong kecil-kecil, lalu dimasak bersama dengan beberapa jenis bumbu, seperti cabai rawit, sereh, merica, bawang merah, bawang putih, jahe, serta bumbu-bumbu lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain untuk memperkuat rasa, tujuan penggunaan bumbu-bumbu tersebut juga untuk mengurangi bau amis daging itik. Banyak juga yang menambahkan daun jeruk atau daun salam ke dalam Dangkot untuk menambah aroma.
Dangkot aslinya sangat pedas karena lidah masyarakat Tana Toraja memang cenderung menyukai hidangan yang sangat pedas. Namun Dangkot buatan dari daerah lain biasanya memiliki tingkat pedas yang sedang.
RM. Bebek 53, salah satu favorit warga kota Makassar (Foto: dok. MakassarLapar).
Untuk menyantap seporsi Dangkot yang nikmat, kita dapat mengunjungi RM Bebek 53. Tak hanya rasa pedas, namun juga sensasi gurih ketika menyantap seporsi Dangkot di warung ini semakin menambah kelezatan.
Sebagai pelengkap, hidangan Dangkot sangat cocok disantap bersama dengan Sayur Tuttu’ khas Makassar atau tumis kangkung bunga pepaya yang rasanya gurih. Menyantap menu-menu tersebut secara bersamaan dijamin bikin lahap dan keringatan.
ADVERTISEMENT
Bagi yang kurang menyukai daging itik, Warung Dangkot 68 ini juga menyediakan Dangkot dari daging ayam agar bisa disantap oleh siapa saja. Hidangan Dangkot dapat kita temukan di banyak warung lain yang berada di Kota Makasssar.
Nasu Palekko
Nasu Palekko khas suku Bugis (Foto: dok. MakassarLapar).
Jika hidangan Dangkot adalah resep khas Suku Toraja, maka Nasu Palekko merupakan resep khas Suku Bugis dari tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Sidrap, Pinrang, dan Barru. Nama Nasu Palekko berasal dari Bahasa Bugis yang berarti “Nasu” adalah “memasak” dan “Palekko” yaitu “periuk/kuali”.
Serupa tapi tak sama, Nasu Palekko juga memiliki bahan utama daging itik yang dipotong kecil-kecil mirip seperti Dangkot khas Tana Toraja. Beda kedua hidangan tersebut terletak pada jenis bumbu yang digunakan. Nasu Palekko umumnya menggunakan cabai hijau dengan bumbu lengkuas yang lebih menonjol, sedangkan Dangkot menggunakan cabai rawit. Selain itu, Nasu Palekko menambahkan air asam sebagai bumbu tambahannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu penyajiannya juga berbeda, apabila Dangkot cenderung berminyak, Nasu Palekko biasanya memiliki penyajian yang sedikit berkuah. Nasu Palekko memiliki cita rasa yang sangat pedas, ketika menyantapnya dijamin keringat akan seketika bercucuran. Menurut masyarakat Bugis, konon hidangan Nasu Palekko ini dapat meningkatkan nafsu makan, daya tahan tubuh, serta vitalitas.
Salah satu warung di Makassar yang menyediakan Nasu Palekko (Foto: dok. MakassarLapar).
Di Kota Makassar, kita akan sangat mudahnya menemukan warung yang khusus menjual hidangan Nasu Palekko. Setiap warung selalu menyediakan Nasu Palekko dengan dua pilihan jenis daging yaitu daging itik dan daging ayam. Nasu Palekko sangat cocok disantap bersama dengan sepiring nasi putih hangat dan sup ayam bening. Pedas namun dijamin sangat nikmat di lidah.
Itulah dua jenis hidangan dari Provinsi Sulawesi Selatan yang serupa namun tak sama. Masing-masing dari hidangan Dangkot dan Nasu Palekko memang memiliki penggemar tersendiri dan sangat disarankan untuk mencoba kedua hidangan tersebut untuk membandingkan mana yang lebih cocok di lidah kita.
ADVERTISEMENT