Konten dari Pengguna

Menyantap Kuliner Khas Jeneponto, Sulsel, yang Dibuat dari Daging Kuda

Arga Arifwangsa
Sering mendadak lapar. Hobi dengan: Pokemon, kuliner, musik, movie, kopi, dan travel.
5 November 2019 6:08 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arga Arifwangsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kabupaten Jeneponto identik dengan hewan kuda (Foto: dok. MakassarLapar).
zoom-in-whitePerbesar
Kabupaten Jeneponto identik dengan hewan kuda (Foto: dok. MakassarLapar).
ADVERTISEMENT
Selain memiliki tiga kota, Provinsi Sulawesi Selatan juga memiliki 21 kabupaten dengan area yang sangat luas. Masing-masing kabupaten memiliki tradisi, budaya, serta kuliner yang berbeda-beda. Salah satu kabupaten yang cukup unik untuk dibahas dari sisi tradisi dan kuliner yaitu Kabupaten Jeneponto.
Pasar Hewan Tolo, pasar kuda terbesar di Sulawesi Selatan (Foto: dok. MakassarLapar).
zoom-in-whitePerbesar
Pasar Hewan Tolo, pasar kuda terbesar di Sulawesi Selatan (Foto: dok. MakassarLapar).
Kabupaten Jeneponto dengan julukan “Bumi Turatea” ini berjarak sekitar 2 jam dari Kota Makassar. Kabupaten ini memiliki populasi kuda terbesar di Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Terdapat sebuah pasar hewan di mana kita dapat menyaksikan transaksi jual beli atau pelelangan kuda, yakni di Pasar Tolo yang merupakan pasar kuda terbesar yang ada di provinsi Sulawesi Selatan.
Kuda merupakan salah satu komoditas utama di kabupaten Jeneponto (Foto: dok. MakassarLapar).
Sebagian besar warga lokal memelihara kuda untuk diternak, membantu bekerja di kebun, ajang pacuan kuda tradisional, ataupun sebagai moda transportasi.
Selain itu, masyarakat di kabupaten Jeneponto juga memiliki tradisi menyantap daging kuda yang merupakan hal umum bagi warga setempat sejak dahulu.
Mengkonsumsi daging kuda merupakan hal yang umum di Jeneponto (Foto: dok. MakassarLapar)
Kuliner khas kabupaten Jeneponto yang paling terkenal adalah Gantala Jarang dan Coto/Konro Kuda. Gantala Jarang merupakan hidangan tradisional yang terbuat dari daging kuda yang direbus lama ke dalam panci berupa potongan drum lalu ditambahkan dengan bumbu sederhana berupa garam kasar, asam, dan beberapa jenis akar-akaran.
ADVERTISEMENT
Rasa serta aromanya sangat khas, sangat berbeda dengan Coto/Konro Kuda. Gantala Jarang biasanya hanya menjadi menu wajib dan dibuat pada saat sedang ada acara besar seperti pesta perkawinan atau peresmian, itulah sebabnya pada hari-hari biasa kita akan cukup sulit untuk menemukan menu yang satu ini.
Coto Turatea Belokallong (Foto: dok. MakassarLapar).
Namun jangan khawatir, sebab kuliner daging kuda yang lainnya tetap dapat kita santap di tempat ini seperti Coto Kuda atau Konro Kuda. Adapun warung yang menyediakan kedua menu tersebut bisa kita temukan hampir di setiap sudut kabupaten Jeneponto.
Warung Coto Kuda yang namanya sudah cukup melegenda bagi masyarakat di kabupaten Jeneponto adalah Warung Coto Kuda Turatea Belokallong.
Aroma Coto Kuda yang menggugah selera (Foto: dok. MakassarLapar).
Warung milik H. Sukri Daeng Rumpa ini terletak di depan lampu merah Belokallong kecamatan Binamu. Ketika berkunjung ke tempat ini, aroma wangi kaldu Coto berbahan dasar daging kuda akan membuat kita tak ingin melewatkan kuliner unik yang satu ini. Kita dapat memilih jenis isian Coto Kuda pada saat memesan seperti daging maupun jeroan.
ADVERTISEMENT
Coto Kuda Turatea menggunakan daging kuda lokal yang segar (Foto: dok. MakassarLapar).
Bagi beberapa orang yang baru pertama kali mencicipi kuliner berbahan dasar daging kuda pasti membutuhkan adaptasi untuk terbiasa dengan menu ini. Namun hidangan Coto Kuda di Warung Coto Kuda Turatea Balokellong ini memiliki aroma yang didominasi oleh bumbu rempah sehingga dapat menutupi bau unik dari daging kuda tersebut.
Hal ini lah yang membuat menu Coto Kuda di tempat ini dapat dinikmati oleh siapa saja, bahkan bagi pengunjung yang baru pertama kali menyantap daging kuda.
Semangkuk Coto Kuda yang lezat (Foto: dok. MakassarLapar).
Kuah kaldu Coto di warung ini cenderung kental, wangi dan sangat lezat. Isian daging kudanya juga memiliki tekstur yang empuk sehingga tak membutuhkan usaha yang keras untuk mengunyah Coto Kuda Turatea ini.
Sebagai sumber karbohidrat, kita dapat menyantap semangkuk Coto Kuda dengan ketupat pandan yang wangi. Tentu saja kedua menu ini sangat sulit untuk dipisahkan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat di kabupaten Jeneponto percaya bahwa dengan menyantap menu hidangan daging kuda dapat menambah energi dan vitalitas, ataupun dipercaya pula sebagai obat ampuh anti-tetanus.
Menu yang tersedia di Warung Coto Kuda Turatea Belokallong (Foto: dok. MakassarLapar).
Semangkuk menu Coto Kuda di Warung Coto Kuda Turatea Belokallong ini memiliki harga yang cukup terjangkau, yakni hanya Rp.35.000,- per porsinya.
Bagi yang sama sekali tak menyukai kuliner daging kuda, terdapat juga menu Coto Ayam Kampung di warung ini. Coto Ayam Kampung juga merupakan menu tradisional khas dari kabupaten Jeneponto.
Daging kuda dipercaya dapat menambah vitalitas (Foto: dok. MakassarLapar).
Tradisi menyantap daging kuda di kabupaten Jeneponto ini memang cukup unik dari sisi tradisi serta kuliner di provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini merupakan salah satu daya tarik utama bagi para turis untuk berkunjung ke tempat ini.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya masyarakat Jeneponto tetap melestarikan tradisi menggunakan manfaat dari kuda untuk menunjang beberapa hal, tak hanya sebagai moda transportasi atau ajang pacuan kuda tradisional, namun juga sebagai salah satu warisan ragam kuliner yang unik di Nusantara.