Dunia Selebar Baliho

Makhsun Bustomi
Penulis Esai, sehari-sehari bekerja sebagai Policy Analyst di Pemerintah Kota Tegal.
Konten dari Pengguna
19 Maret 2021 23:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Makhsun Bustomi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cita-cita Kaesang punya pacar secantik Jessica Mila menunjukkan bahwa saat mengimajinasikan seseorang atau sesuatu, manusia sering berpikir secara visual. Pada dasarnya kebanyakan kita memang manusia pemikir visual.
ADVERTISEMENT
Saat anda mengingat-ingat sesuatu, anda mungkin cenderung menatap ke atas untuk mengakses ingatan. Kalau iya, bisa dikatakan anda cenderung seorang pemikir visual. Begitu yang saya baca dalam Beyond Words : A Guide to Drawing Out Ideas karya Milly R. Sonneman. Begitu pula, kalau anda tipe orang yang ingat wajah tapi sering lupa namanya. Buktikan saja saat anda bertemu dengan teman-teman sekolah zaman old.
Jangan-jangan, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang suka mondar-mandir di jalan adalah para pemikir kinestetik. Sebab, konon pemikir kinestetik harus berusaha keras menjangkau ingatan, karena ingatan itu harus dikeluarkan dari "dalam dirinya" melalui gerak.
Kebanyakan ahli mufakat, manusia lebih mudah mengingat gambar daripada kata-kata. Tak heran, untuk meyakinkan orang lain, agar ide, produk bahkan diri kita terjual, salah satu cara yang banyak dipakai adalah lewat baliho.
ADVERTISEMENT
Apa saja kita dijual. Artis dengan pose sexy, menawarkan kulit glowing. Pria sixpack menawarkan sensasi celana dalam. Politisi muda yang ganteng, siap menjanjikan kita sebuah masa depan yang cerah. Ada pula tokoh di tengah zaman yang tak berakhlak ini yang meniupkan opsi revolusi. Para kepala daerah dengan pose terbaik menyampaikan pesan, siap melayani warga.
Hebatnya, urusan privat sekarang sudah masuk dalam baliho. Saluran privat lewat chatting whatsapp dianggap tidak cukup. Katakan dengan bunga terlalu biasa. Buktinya, ada laki-laki yang melamar pacarnya dengan baliho. Juga terjadi, seorang suami mengucapkan Selamat Ulang Tahun pada istrinya lewat baliho. Terlalu ya, kalau sang istri tak tersanjung.
Surga tidak cukup ditulis di kitab suci. Menawarkan surga tidak lalu berhenti di masjid atau gereja. Cek saja, dakwah sedekah yang kita lihat di baliho. Surga pun ternyata juga dijanjikan di perempatan lampu merah. Bahkan bisa berdampingan mesra dengan reklame yang menawarkan pelangsing perut. Hanya, jangan lupakan syaratnya, donasi di rekening yang sudah tertera.
ADVERTISEMENT
Baliho kadang lebih berbahaya daripada senapan serbu. Masih membekas, kisah yang lewat ketika Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman harus memberikan perintah prajuritnya keluar dari barak. Untuk menurunkan baliho-baliho HRS. Konon, terpaksa karena kempisnya nyali Satpol PP DKI Jakarta yang harusnya berwenang. Betul bukan, baliho juga mampu menunjukkan siapa yang kuat, siapa yang kuasa, siapa yang bernyali dan siapa yang berkepentingan.
Tentu saja, siapa saja yang ingin memasang reklame atau baliho, di tempat yang strategis dengan ukuran raksasa, butuh ongkos yang bikin boros. Tentu itu perlu diperhitungkan apakah biaya yang dikeluarkan, nanti mampu buat kita membeli apa yang kita inginkan. Mampu mengantarkan kepada tujuan yang hendak kita kuasai. Konon, salah satu alasan yang disampaikan oleh kubu KLB Demokrat adalah besarnya biaya baliho yang membebani para pengurus partai di daerah.
ADVERTISEMENT
Silakan berpendapat bahwa semua sudut kota besar atau kecil kita telah penuh dengan sampah. Yah, kalau menyebut baliho-baliho sebagai sampah visual. Tetapi, tak habisnya sampah-sampah itu berdiri atau berganti. Bahwa memang apa yang ditawarkan dalam baliho tersebut laku dan terbeli.
Bisa jadi benar bahwa baliho-baliho yang bertebaran diberbagai spot adalah sebuah konfirmasi. Sebuah penegasan, dunia ini memang soal jual beli. Tampaknya kita tak mampu menampik apa kata Hamsad Rangkuti,
Jadi apa yang saat ini sedang Anda tawarkan? Apa yang sekarang sedang anda jual? Apa yang sedang anda berusaha yakinkan? Daripada melihatnya sebagai sampah visual. Ada baiknya, kita maknai, bahwa ribuan atau mungkin jutaan baliho yang bertebaran adalah penegasan : dunia ini adalah transaksi.
ADVERTISEMENT
Begitulah rumus kehidupan. Kita adalah penjual pada saat yang sama kita adalah berperan sebagai pembeli.
Selamat berjualan. Semoga anda kemudian mampu membeli apa yang anda mau. Selamat menikmati dunia yang penuh transaksi. Sebagai pemantik semangat untuk menjual dan mencari uang, sering-seringlah menikmati baliho yang bertebaran di sekitar anda. Ingat, kita harus berani menjual, kalau ingin mampu membeli.
Dunia memang itu-itu saja. Mungkin hanya selebar baliho di perempatan lampu merah dekat tempat tinggal kita.
Makhsun Bustomi, manusia pemikir visual. Banyak tulisan-tulisannya yang dipublish di media digital. Tinggal di Tegal.