Konten dari Pengguna

Markinuk

Makhsun Bustomi
Penulis Esai, sehari-sehari bekerja sebagai Policy Analyst di Pemerintah Kota Tegal.
12 Mei 2024 20:24 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Makhsun Bustomi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Libur cuti bersama selama empat hari ini dia cukup cerewet. Biasanya di rumah ia jarang bicara. Entah kalau di sekolah. Sepertinya sih putri saya ini tak sependiam itu. Buktinya, begitu teman-temannya main ke rumah. Tertawanya terdengar memenuhi ruang kamar tidurnya di lantai atas menembus ruang keluarga di lantai bawah.
ADVERTISEMENT
Sejatinya sebelum Sekolah Dasar ia adalah gadis cerewet. Begitu masuk remaja awal, tetiba menjadi pendiam. Kalau bukan bergaul dengan buku-buku di tangannya, sudah pasti di kamar ia sibuk dengan hape di genggamannya. Barangkali juga karena tengah masa pubertas.
Berbagai cara kami lakukan agar komunikasi dengannya lancar seperti wifi di Istana Negara. Biasanya ia akan mengajak bicara pada ayahnya, hanya ketika punya maksud. Seperti karena ingin belanja buku ke mall terdekat. Beberapa waktu yang lalu, dia minta dibelikan paket buku Percy Jackson and the Olympians. Ada lima seri buku di dalamnya.
Begitulah, sepertinya dia suka dengan novel genre fantasi. Konon Percy Jackson adalah novel yang diinspirasi oleh mitologi Yunani Kuno. Dia putra dari Poseidon dewa penguasa laut, sungai, dan danau. Poseidon memiliki senjata berupa trisula yang bisa menyebabkan banjir dan gempa bumi.
Sumber ilustrasi : https://www.pexels.com/@jessbaileydesign
𝑩𝒐𝒐𝒌 𝑵𝒐𝒐𝒌
ADVERTISEMENT
Tumben, ini kali putri saya mengajak diskusi tentang tugasnya yang akan dipamerkan. Katanya karyanya harus tridi. "Apa itu tridi?" bundanya menyahut. "Maksudnya tiga dimensi, Bun"
Dia sudah memutuskan akan membuat book nook. Syukurlah kalau anda tahu benda macam apa itu? Sama seperti istri saya yang suka gagap dengan dalam komunikasi dengannya, sesaat ia menyebut istilah book nook yang asing itu, buru-buru saya googling, biar cepat nyambung dengannya. Penting bagi saya untuk jaga citra di depan anak satu-satunya, agar terlihat cerdas meskipun tak harus berwibawa. Ternyata produk seni yang dia maksud itu seperti sebuah miniatur atau diorama yang diletakan di sela-sela buku dalam rak.
Begitulah, cuti bersama selama empat hari, kami bertiga menghabiskan waktu dengan berburu bahan: mengobrak-abrik kardus bungkus laptop, beli piloks, cat tembok, cat akrilik, sampai membeli led string light.
ADVERTISEMENT
Ada kalanya saya harus mengingatkan. "Tunggu catnya kering, baru ditimpa lagi". Bahkan bor listrik yang sudah lupa kalau saya pernah membelinya akhirnya keluar juga.
Anak saya menyebut tugas seni rupa tiga dimenasi ini sebagai "nukang". Definisi nukang yang dia maksud adalah aktivitas yang tidak berkaitan dengan perangkat gawai. Aktivitas selain menulis dan membaca. Dengan tugas ini ia dipaksa mampu membedakan dan mepraktikkan bermacam jenis lem. Lem kertas, lem kayu dan jenis lem yang bisa merekatkan batu-batu kecil dengan alas styrofoam.
Jemari yang biasanya sibuk menyentuh layar gadgetnya, kali ini dipaksa untuk menggunting dan memotong dengan pisau cutter. Untuk membuat diorama semak-semak ia memotong spons yang biasa saya gunakan untuk mencuci mobil. Sebagai catatan ia bukanlah siswa kejuruan.
ADVERTISEMENT
Generasi zaman now memang beda. Sebentar-bentar dia membuka hape-nya. Googling, menjawab whatsapp, diselingi foto-foto proses pembuatan book nook-nya. "Untuk laporan ke Pak Guru", katanya. Mungkin karena itulah tugasnya menjadi begitu lama selesainya. Ini bukti konkret bahwa zaman now ini penuh ini distraksi.
Sebagai orang tua saya juga tak kalah. Tak lupa sering membuka pesan. Sungguh lega rasanya, kalau tidak ada panggilan tugas dari kantor saat libur begini.
Saya sepertinya harus berterima kasih secara khusus kepada gurunya. Tugas nukang macam ini membuat interaksi keluarga menjadi lebih dalam. Saya seperti menjadi ayah yang berguna. Dilibatkan sebagai "pembantu umum". Namun di momen lain, saya memposisikan diri sebagai supervisor. "Kalau mau rebahan, kuas-kuasnya direndam biar nggak kaku dan kering".
ADVERTISEMENT
Bundanya tentu saja punya tugas maha penting, menjaga keseimbangan dalam keluarga. Untuk kegiatan nukang ini, seksi konsumsi menjadi jabatan yang strategis. Ada permintaan khusus dari saya, yaitu klepon sebagai sumber energi nukang ini.
Dengan nukang ini ruang keluarga kami yang tadinya berantakan, menjadi semakin berantakan. Bahkan teras juga tak luput dari jamahan. Tak ketinggalan carport, menjadi bengkel pengecatan. Melihat lantai belepotan cat istri saya bertanya, "Ini catnya nanti bisa hilang nggak?"
Lalu bagaimana dengan book nook-nya? Tak begitu penting. Tetapi dalam tugas nukang ini terkandung banyak hikmah. Seperti legitnya kandungan gula merah di dalam sebuah klepon. Saya senang dia jadi belajar nukang. Kami sebagai orang tua punya kesempatan untuk memahami minat, fantasi, dan dunianya.
ADVERTISEMENT
Hasil tugasnya masih belum sesuai bayangan awalnya. Banyak detail-detail yang di luar rencana. Sebagai contoh, ia bertanya kenapa warna putihnya susah nempel? "Ya, jelas. Lha wong itu akrilik murahan. Nanti coba kita beli yang bagus". Begitu diganti dengan kualitas yang bagus, ia cukup heran dengan perubahannya.
Dalam hati, saya ingin memberi nasehat. "Nanti semakin dewasa. Kamu akan belajar. Dunia sekarang begitu adanya. Dengan uang yang cukup segala sesuatunya tampak menjadi lebih mudah. Jadi saya ingin dia menikmati prosesnya".
Saya juga mengingatkan. "Ayah tahu bahwa kamu suka buku. Makanya kamu usul bikin book nook. Ayah juga paham, kamu suka dengan genre fantasi. Pengin orang mengenalmu sebagai seseorang yang tahu tentang novel-novel macam karya Rick Riordian"
ADVERTISEMENT
"Kalau boleh ayah berpesan. Unduh inspirasi di dalamnya. Lalu ceritakan pada teman-temanmu. Tuliskan dalam bahasa sederhana, tiga paragraf saja. Misalnya makna kekuatan hidrokinesis yang dimiliki Percy. Narasikan saja pentingnya mengendalikan air di zaman now agar tidak terjadi bencana banjir".
Namanya saja seorang ayah. Pasti ingin menyisipkan pesan-pesan moral di dalam obrolan. Efek lain, tugas nukang ini bikin cuti dan tanggal merah menjadi lebih menyala. Meskipun jelas, kami juga butuh warna merah selain angka-angka di kalender. Maksudnya, merahnya kertas bertuliskan seratus ribu rupiah dengan jumlah yang sangat cukup agar dunia tidak terasa gelap.
Melihat lagi sampul buku tulisan Percy Jackson and the Olympians. Huruf "y" dalam Percy berbentuk trisula. Senjata khas Dewa Poseidon yang bisa mendatangkan banjir dan gempa bumi. Trisula adalah senjata berbentuk tombak bercabang tiga yang melambangkan kekuasaan dewa atas lautan dan air.
ADVERTISEMENT
Oh ya, omon-omon tentang tombak bercabang tiga ini, sejarah mencatat sebuah trisula besi berasal dari abad ke-3 atau ke-4 Masehi ditemukan di sebuah kota pesisir kuno di sebelah Barat Laut Turki. Trisula konon biasa digunakan untuk menombak ikan pada pada masa lalu.
Ya, sejujurnya saya tak ikut membaca sebagian besar buku-buku anak saya. Termasuk Percy Jackson and the Olympians. Namun ada harapan dalam diri saya. Semoga seperti tugas nukang ini, di masa depan ia bisa mengerjakan tugas-tugas kehidupan. Terampil dalam menguasai teknologi high tech maupun mampu berhubungan dengan sesama secara baik dan manusiawi (high touch).
Dan satu lagi, punya bekal kejujuran dalam tugas "mencari ikan" dengan merampas hak orang lain dan menindas orang-orang kecil. Saya jadi teringat misi Komisi Pemberantasan Korupsi yang ternyata punya filosofi trisula, tiga mata tombak (sula) yaitu : penindakan, pencegahan, dan pendidikan.
ADVERTISEMENT
"Ayahmu memang juga seorang tukang. Yakni, tukang nglantur. Tapi jangan salah, novel-novel yang kamu baca tak jauh-jauh juga hasil dari fantasi. Sebagaimana Percy Jackson bermula dari melamunnya Rick Riordan. Kemudian ia menjadi tukang novel. Meskipun hampir bisa dipastikan ia bukan penggemar klepon. Tentu saja novel-novel yang ditulis oleh penulis seperti Rick Riordan tidak selesai hanya dengan mengerjakannya selama libur empat hari".
Program yang asal saja saya sebut markinuk ini sepertinya makin perlu agar orang tua dan anak-anak, tidak lalai sehingga hanya piawai dalam memainkan gawai. 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑢𝑘, mari kita nukang.