Konten dari Pengguna

Rasanya Baru Kemarin

Makhsun Bustomi
Penulis Esai, sehari-sehari bekerja sebagai Policy Analyst di Pemerintah Kota Tegal.
18 Juli 2023 7:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Makhsun Bustomi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber ilustrasi : pexels-ron-lach-10638079
zoom-in-whitePerbesar
sumber ilustrasi : pexels-ron-lach-10638079
ADVERTISEMENT
Memasuki masa tahun ajaran baru, banyak orang tua memposting kata-kata haru. Bulan Juli adalah bulan yang penuh dengan frasa "rasanya baru kemarin".
ADVERTISEMENT
Rasanya baru kemarin dia di gendongan, tahu-tahu dia masuk playgroup. Rasanya baru kemarin dia wara-wiri dengan sepeda roda tiga, tahu-tahu sekarang memakai seragam merah putih dengan tulisan tut wuri handayani di dasinya. Rasanya baru kemarin masih suka main prosotan, tahu-tahu menjadi anak SMP sekarang.
Rasanya baru kemarin berbaju putih biru, kini dia berstatus putih abu-abu. Rasanya baru kemarin dikhitan, tahu-tahu harus dilepas menjadi anak kos-kosan. Rasanya baru kemarin dia masih suka nonton kisah Upin Ipin meminta izin kepada Opah untuk pergi mengaji, tahu-tahu sekarang sudah di pondok pesantren untuk nyantri.
Bulan Juli bukan cuma bulan was-was, apakah anak diterima di sekolah tujuan. Ketar-ketir mengatur strategi lewat jalur zonasi atau jalan prestasi. Orang tua yang lain sedang memikirkan kelanjutan studi anaknya di perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Untuk semua ini sudah pasti dipusingkan dengan budget yang tak sedikit. Meskipun bagi sedikit orang, itu tak bikin pening.
Deretan posting, status dan story para orang tua di momen tahun ajaran baru ini menyiratkan satu hal. Tak ada orang tua, setidaknya di antara mereka, yang tak peduli dengan pendidikan anaknya. Tak ada orang tua yang masa bodoh dengan masa depan anaknya.
Bulan Juli ternyata menjadi bulan untuk menilai, menimbang dan merenungkan sehebat apa kita menjadi orang tua. Frasa "rasanya baru kemarin" juga menjadi refleksi. Membuktikan waktu itu relatif, antara jarak satu hari dengan satu tahun, tiga tahun atau lima tahun melintas begitu saja. Namun, frasa tersebut menyuguhkan harapan setiap manusia ingin berlama-lama dalam kehidupan dunia.
ADVERTISEMENT
Rasanya baru kemarin. Kalau kemarin itu memang tergolong masih baru, bagaimana dengan hari ini. Terlebih lagi hari besok?
Frasa "rasanya baru kemarin" memberikan ruang kesadaran bahwa dunia ini fana. Tak bisa lama-lama, apalagi selamanya. Namun juga menjadi evaluasi kesiapan menjadi semakin tua. Siap atau tidak siap, manusia akan menua. Lalu anak-anak kita akan menerima mandat menjadi orang tua. Ada waktu dan gilirannya.
Juli adalah momen tepat kita berguru tentang waktu. Kita semua seolah-olah sedang bersekolah. Tahun ajaran baru menjadi momen istimewa. Sejatinya, dalam soal waktu ini kita semua masih menjadi siswa.
Kata-kata Hector Belioz sepertinya bisa menjadi renungan kita: "Waktu adalah guru yang hebat. Namun, sayang ia membunuh semua siswanya".
ADVERTISEMENT