Konten dari Pengguna

Pendeta Jepang: Mengenal Lebih Jauh Tentang Pendeta Shinto di Jepang

Maldy Rais
Undergraduate student of Japanese studies at Airlangga University. Im a curious individual who enjoys exploring new ideas and concepts.
29 Oktober 2023 10:09 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maldy Rais tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kuil Shinto tempat Pendeta Jepang bertugas. Foto: Dimas Utomo/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Kuil Shinto tempat Pendeta Jepang bertugas. Foto: Dimas Utomo/Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahukah kalian tentang agama Shinto? Shinto merupakan agama asli Jepang yang telah menjadi inti dari budaya dan spiritualitas bangsa tersebut selama berabad-abad. Dalam ajaran Shinto, terdapat pendeta yang dipanggil sebagai Kannushi. Kannushi memiliki peran penting dalam penghubung antara umat Shinto dengan roh. Di dalam artikel ini, kalian akan diperkenalkan tentang peran dan tugas pendeta Shinto (Kannushi) dalam ajaran Shinto dan pendeta wanita yang dikenal sebagai Miko.
ADVERTISEMENT

Shinto: Jalan Dewa atau Roh

Sebelum kita memahami peran pendeta, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang Shinto. Shinto (神道) sendiri merupakan agama tradisional asli dari Jepang yang memiliki karakteristik yang unik. Kata "Shinto" berasal dari dua kata Jepang, "Shin" yang berarti "kami" atau "roh" dan "Do" yang berarti "jalan." Dengan demikian, Shinto dapat diartikan sebagai "Jalan menuju para roh" atau "Jalan menuju yang suci."
Shinto sendiri merupakan dasar spiritual bagi masyarakat Jepang dan ia menekankan pemujaan terhadap dewata alam dan leluhur. Tempat- tempat ibadah Shinto, yang dikenal sebagai shintai atau objek suci, dapat berupa gunung, sungai, hutan, atau bahkan benda-benda seperti batu besar. Prinsip utama dalam Shinto adalah menjaga harmoni dengan alam dan menghormati roh-roh yang ada di sekitar kita.
ADVERTISEMENT

Kannushi: Penjaga Kekayaan Spiritual Jepang

Pendeta jepang atau Kannushi. Foto: SBA73/flickr
Di balik megahnya kuil Shinto di Jepang, terdapat seorang figur yang menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan dewa-dewa suci, yaitu Kannushi. Mereka bukan hanya pendeta, melainkan pilar penting dalam menjaga dan memimpin kuil-kuil Shinto, tempat yang dianggap suci oleh umatnya.
Kannushi merupakan sosok penting sebagai pelindung tradisi Shinto. Mereka memegang teguh ilmu dan ritual, menjaga agar praktik keagamaan yang kaya sejarahnya tidak hilang ditelan zaman. Sebagai pemimpin upacara, Kannushi memandu umat Shinto melalui festival, pernikahan, dan upacara penyucian, memastikan hubungan batin antara manusia dan dewa-dewa alam tetap terjaga.
Tapi, peran mereka tak berhenti di situ. Kannushi juga bertindak sebagai perantara antara manusia dan dewa-dewa suci. Dengan ritus dan doa, mereka membantu umat Shinto memahami pesan spiritual dan mendapatkan panduan dari dewa-dewa alam. Selain itu, mereka adalah penjaga setia kuil dan segala benda suci di dalamnya, memastikan tempat ibadah tetap suci, terawat, dan siap digunakan untuk berbagai upacara keagamaan.
ADVERTISEMENT
Di mata masyarakat Jepang, Kannushi bukan sekadar pendeta. Mereka adalah simbol kebijaksanaan dan kepemimpinan spiritual, menjaga nilai-nilai tradisional Jepang. Dengan penuh rasa hormat, mereka melanjutkan warisan keagamaan dan budaya, mencerminkan kesucian dan kebijaksanaan yang telah melandasi tradisi Shinto selama berabad-abad.
Di balik setiap ritual dan kuil yang indah, terdapat sosok Kannushi yang tak kenal lelah menjaga kekayaan spiritual Jepang, mengukuhkan koneksi suci antara manusia, alam, dan dewa-dewa yang menghuni keberadaan mereka.

Miko: Penjaga Kekuatan Spiritual Wanita di Dunia Shinto

Miko saat bertugas mendampingi pengantin di kuil Shinto. Foto: Tarot Reader Yu/Pexels
Selain Kannushi, ada juga pendeta wanita di dalam Kuil Shinto yang sering dikenal sebagai Miko. Dalam dunia gemerlap Kuil Shinto, peran perempuan juga bersinar cerah lewat sosok Miko. Miko adalah pendeta wanita yang membawa kelembutan dan keanggunan ke dalam tradisi Shinto, menambahkan nuansa khusus pada ritual-ritual keagamaan dan pemujaan di kuil Shinto (Jinja). Peran mereka tidak hanya menarik, tetapi juga sangat vital dalam kehidupan spiritual kuil Shinto.
ADVERTISEMENT
Miko, atau lebih dikenal sebagai "Shrine maiden", membawa kehadiran suci ke dalam setiap upacara keagamaan. Mereka bukan hanya membantu melaksanakan ritual dengan indah, tetapi juga menghidupkan energi spiritual melalui chant dan gerakan tarian ritual yang dalam. Dalam pakaian merah dan putih yang mereka kenakan, tersemat makna mendalam: keberanian, semangat, kesucian, dan kebersihan. Simbolisme warna ini menunjukkan keanggunan dan kesakralan peran Miko dalam dunia Shinto.
Namun, peran Miko tak berhenti di situ. Mereka juga bertindak sebagai pelayan spiritual, membantu pengunjung memahami Amulet dan Omamori yang mereka beli, memberikan nasihat keagamaan, dan menciptakan ikatan yang erat antara pengunjung dan roh-roh suci. Melalui peran mereka, Miko menunjukkan bahwa Shinto adalah agama yang inklusif, memperkaya pengalaman keagamaan dengan keberagaman peran dan kontribusi.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, Miko bukan hanya penjaga spiritual, tapi juga penjaga kelembutan dan kehadiran suci dalam dunia Shinto. Dalam ritual-ritual yang indah, mereka menciptakan atmosfer rohaniah yang penuh dengan keanggunan, merangkul kedalaman spiritual dan tradisi dalam kepercayaan Shinto. Mereka adalah pilar penting dalam menjaga dan merawat warisan spiritual Jepang, membuktikan bahwa kekuatan wanita juga memiliki tempat yang istimewa dalam kehidupan keagamaan.

Menapaki Jalan Menjadi Pendeta Shinto

Mendalami dunia kependetaan Shinto adalah perjalanan yang tidak mudah. Calon pendeta harus melalui pelatihan ketat yang mencakup pemahaman mendalam tentang teks-teks suci, ritus, dan tata cara yang rumit. Mereka juga harus menggali filosofi dan nilai-nilai dalam Shinto dengan mendalam. Hanya setelah melewati serangkaian ujian dan pelatihan yang ketat, mereka mendapatkan hak istimewa dan gelar yang mengukuhkan mereka sebagai bagian tak terpisahkan dari komunitas Shinto di Jepang.
ADVERTISEMENT
Proses seleksi Kannushi (神主) dan Miko (巫女) di dalam tradisi Shinto bisa berbeda-beda tergantung pada kuil atau lembaga keagamaan yang bersangkutan serta tradisi lokal yang dianut. Namun, di balik keragaman tersebut, terdapat prinsip-prinsip umum yang memberi gambaran tentang bagaimana proses seleksi keduanya berlangsung.

Kannushi

Foto pendeta laki-laki di kuil Shinto. Foto: Henk Binnendijk/flickr
Perjalanan calon Kannushi dimulai dengan pendidikan formal dalam studi Shinto di universitas atau lembaga pendidikan agama. Di sini, mereka mendalami ajaran Shinto, menggali sejarah, dan memahami praktik-praktik yang mendalam.
Setelah mencapai dasar pengetahuan, langkah berikutnya melibatkan latihan lebih intensif di bawah bimbingan seorang pendeta berpengalaman. Dalam fase ini, calon Kannushi belajar segala tugas dan ritual yang melekat pada peran mereka.
Puncak perjalanan ini adalah pelantikan. Sebuah rangkaian ritual dan upacara menandai saat mereka diakui sebagai pendeta resmi dalam kuil Shinto. Setelah itu, mereka ditugaskan ke kuil atau lembaga keagamaan Shinto. Di sana, mereka mengambil alih tanggung jawab pelayanan keagamaan, merawat kuil, memimpin upacara, dan berinteraksi dengan umat Shinto.
ADVERTISEMENT

Miko

Sementara itu, bagi wanita yang menginginkan menjadi seorang Miko, langkah awal adalah mendaftar di kuil atau lembaga keagamaan Shinto tertentu. Setelah diterima, mereka mengikuti pelatihan awal yang mencakup pemahaman dasar tentang Shinto dan tata cara berinteraksi dengan pengunjung.
Langkah selanjutnya adalah latihan praktis, di mana Miko belajar melalui partisipasi langsung dalam upacara dan ritual di bawah pengawasan pendeta senior. Mereka mempelajari cara menyajikan alat-alat ritual dengan benar, menyanyikan chant ritual, dan melaksanakan tugas-tugas harian.
Kemudian, dengan keterampilan dan pengalaman yang cukup, Miko aktif terlibat dalam pelaksanaan upacara keagamaan dan tugas-tugas kuil. Tidak hanya itu, mereka juga bertanggung jawab dalam menjual amulet dan omamori kepada pengunjung, menghidupkan nuansa suci dan keberkahan dalam kuil Shinto. Dalam keanggunan dan kebijaksanaan mereka, Kannushi dan Miko memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi Shinto.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan: Penjaga Kekayaan Spiritual Jepang

Jadi, dalam perjalanan melalui dunia Shinto di Jepang, peran pendeta tidak bisa diabaikan. Mereka bukan hanya sekadar pelaksana upacara keagamaan atau penjaga kuil; mereka adalah penghubung antara manusia dan roh-roh, membawa kehadiran suci ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses panjang pelatihan dan pendidikan yang ketat, mereka menjadi pelindung budaya dan spiritual yang kaya, mewariskan nilai-nilai leluhur yang telah membentuk esensi masyarakat Jepang selama berabad-abad.
Pendeta tidak hanya menjalankan tugas keagamaan, tetapi juga memberikan konseling spiritual kepada mereka yang mencarinya. Mereka menjaga bukan hanya bangunan-bangunan bersejarah, tetapi juga menjaga hati dan jiwa masyarakat Jepang. Dalam setiap upacara, dalam setiap doa, mereka mempertahankan keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan roh-roh yang mendiami dunia Shinto.
ADVERTISEMENT