Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Karoshi, Dampak Buruk Budaya Kerja di Jepang
11 Desember 2017 12:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari MALE.co.id tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda memperhatikan betapa kerasnya budaya kerja di Jepang ? Ya, masyarakatnya sejak lama memang sudah terkenal sebagai penggila kerja atau workaholic. Seolah bekerja keras sampai lupa waktu adalah hal yang lumrah di sana, jauh berbeda dibandingkan negeri kita Indonesia.
Karena itulah, orang Jepang begitu menghargai waktu. Bahkan negeri tersebut dapat dikatakan sebagai negara maju di kawasan benua kuning dan turut andil memimpin perekonomian dunia. Namun demikian, budaya kerja di Jepang mempunyai dampak buruk. Salah satunya yaitu timbulnya karoshi. Apa itu?
ADVERTISEMENT
1. Budaya Lembur 100 jam/bulan
Dari sebuah survei di Jepang, hampir seperempat perusahaan di sana memiliki karyawan bekerja lembur melebihi 80 jam setiap bulannya. Ada juga sejumlah perusahaan yang karyawannya bekerja selama 100 jam. Di penghujung 2015 lalu, seorang pegawai Dentsu Inc. bernama Matsuri Takahashi bunuh diri lantaran depresi. Perusahaan iklan itu sudah terkenal kejam terhadap para pegawainya.
2. Pekerja Kantoran Takut Dipecat
Meski Jepang adalah negara maju, kepadatan populasi penduduknya belum bisa diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja. Orang-orang yang sudah memperoleh pekerjaan berjuang keras untuk mempertahankannya. Karena takut dipecat, mereka terus-menerus menunjukkan performa terbaik kepada perusahaan sampai-sampai tidak peduli batasan waktu kerja. Di antaranya ada yang rela lembur tanpa bayaran. Hal ini melatarbelakangi terjadinya karoshi.
ADVERTISEMENT
3. Penyakit Menjadi Penyebab Karoshi
Pemerintah setempat mencatat, sepanjang tahun 2017 sekitar 2.000 orang meninggal dunia karena karoshi, sebagian besar adalah pekerja paruh baya. Penyakit utamanya yakni serangan jantung dan stroke. Disinyalir mereka yang berusia di atas 40 tahun jarang memperhatikan kesehatan tubuh, termasuk urusan asupan gizi. Alhasil, mereka meninggal di tempat kerja.
4. Pemerintah Tidak Tinggal Diam
Budaya kerja di Jepang begitu membawa dampak buruk sehingga pemerintah setempat mengambil kebijakan dengan mengurangi lembur di seluruh perusahaan. Caranya yakni meminta perusahaan membiarkan para karyawannya pulang lebih awal pada Jumat terakhir setiap bulan. Pemerintah juga menerapkan batasan lembur maksimal 30 jam/bulan. Strategi tersebut mampu menurunkan angka karoshi meski belum signifikan.
Melihat apa yang terjadi di Negeri Sakura, sudah semestinya Anda paham bahwa bekerja terlalu keras tanpa mempertimbangkan waktu dan kesehatan dapat merugikan diri di kemudian hari. Kalau kantor Anda sekarang mewajibkan lembur berlebihan, segeralah cari perusahaan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Penulis : Gading Perkasa | MALE