Memberi Kritik dengan Baik

Muhammad Al-Faatih
Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
20 April 2023 16:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Al-Faatih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kritik. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kritik. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tidak asing lagi bagi semua orang mendengar kata kritik. Kritik biasanya muncul karena adanya penilaian terhadap suatu kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun, kritik tidak bisa diberikan secara asal-asalan atau dalam bahasa gaul sekarang sering disebut Bad Attitude Control Of Tongue.
ADVERTISEMENT
Kritik dalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki makna kecaman atau tanggapan, dan ada kalanya disertai penjelasan tentang baik buruknya suatu karya, pendapat, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), n.d.). Pertanyaannya, apa esensi dari kritik itu sendiri? Mengapa harus ada kritik? Bagaimana cara memberi kritik yang baik?
Istilah kritik memiliki arti “dapat didiskusikan” diambil dari bahasa Yunani krenesin yang bermakna melakukan pengamatan, memberi pertimbangan, dan memberi perbandingan. Kritik bukan semata-mata melawan suatu sistem, atau jalan untuk menolak suatu kebijakan, apalagi hanya bertujuan untuk kekerasan (Sastraatmadja, 2021).
Dengan adanya perubahan menuju arah yang lebih baik, maka kritik itu harus senantiasa ada. Perlu diingat bahwa kritik merupakan hal yang masih bersifat umum atau kritik masih bersifat abstrak, kritik juga memiliki banyak jenis, serta perlu pembahasan yang komprehensif. Akan tetapi, hemat penulis kritik hadir untuk menjembatani persepsi, mengidentifikasi kelemahan, dan membantu memahami persoalan, serta membuka wawasan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, kritik harus diutarakan dengan cara yang baik, tidak menimbulkan perselisihan antar pihak, dan utamanya merupakan proses pemberian dan penerimaan masukan untuk kebaikan bersama.
ADVERTISEMENT
Beberapa tips dalam memberikan kritik yang baik sebagai berikut.

1. Bermula dari keresahan kemudian tuang dalam argumen yang positif

Suatu realita yang kadang kita anggap sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan, terkadang bermula dari keresahan pribadi. Maka untuk menyikapinya, kita perlu menyusun argumen yang terstruktur dan tepat sasaran. Jangan sampai kritik yang kita sampaikan justru menjadi bumerang bagi kita.

2. Jangan memberi argumen yang merendahkan

Argumentasi yang baik adalah argumen yang objektif. Argumentasi tidak cukup dengan hanya pemberian opini atau hal yang bersifat subjektif. Argumentasi memiliki struktur yang terdiri dari topik, inti, dan penutup (Dachi, 2022). Dengan demikian ketika melontarkan suatu argumen, tidak ada pihak yang merasa direndahkan atau disalahkan atas persoalan yang ada. Karena pada hakikatnya, argumen yang disampaikan dalam kritik bertujuan untuk memberi pertimbangan, bukan untuk menjelek-jelekkan.
ADVERTISEMENT

3. Pemberian kritik mengarah kepada alternatif pemecahan masalah

Kritikan memang tidak harus selalu menyertakan solusi. Sesuai dengan penjelasan di awal, bahwasanya kritik merupakan suatu bentuk kepedulian. Maka, alangkah baiknya jika suatu kritik itu sekurang-kurangnya mengarah kepada suatu solusi. Sehingga, kritikan itu tidak terkesan sebagai kebobrokan suatu sistem. Melainkan masukan yang perlu mendapat pengkajian lebih lanjut.
Penting untuk mempelajari lebih dalam apa sebenarnya “kritik” itu. Dari uraian singkat di atas, semoga dapat membuka wawasan kita bersama. Harapannya, semoga semakin berkurang kesalahpahaman dalam memahami esensi dari kritik, serta cara dalam memberi kritik itu. Dan pada akhirnya kritik dapat dimaknai sebagai suatu bentuk kepedulian.