Cerita Horor: Teror Keranda Belakang Kosan dan Kuntilanak di Atas Lemari

Malik Ibnu Zaman
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
5 Juni 2023 6:07 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malik Ibnu Zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/tabor-1546010/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=1483681">Reinhold Silbermann</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=1483681">Pixabay</a>
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/tabor-1546010/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=1483681">Reinhold Silbermann</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=1483681">Pixabay</a>
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Awalnya tidak ada yang aneh dengan kosan yang saya huni. Sampai kemudian rentetan kejadian aneh bermunculan, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk pindah.
ADVERTISEMENT
Kosan khusus mahasiswa yang saya tempati tidak terlalu jauh dari jalan Juanda, Ciputat Timur, sebuah jalan yang macetnya bikin pusing tujuh keliling. Letaknya masuk gang, samping kompleks perumahan.
Kosan tersebut mirip rumah, terdiri dari 3 lantai, lantai 1 dan lantai 2 berisi kamar-kamar ukuran 3x2 meter, lantai 3 merupakan loteng digunakan untuk menjemur pakaian. Kamar mandinya untuk lantai 1 ada 4, tetapi hanya 3 yang berfungsi. Lantai 2 juga ada 4, tetapi berfungsi semua.

Awal Mula Masuk Kosan

Ilustrasi Kamar Kos Foto: Dok. Shutterstock
Rencananya saya akan tinggal di sekretariat organisasi mahasiswa primordial, itu sebabnya sebagai mahasiswa baru saya tidak terlalu pusing mau tinggal di mana. Selain itu, kosan juga sudah pada penuh semuanya.
Sampai kemudian Sersan, kawan saya semasa Aliyah yang juga melanjutkan di kampus yang sama, mengajak untuk ngekos bareng. Ia mengatakan sudah menemukan kosan yang masih kosong.
ADVERTISEMENT
Ternyata bukan hanya saya saja yang diajak, tetapi ada 3 orang lagi diajak yaitu Muad, Doel, dan Nam. Mereka bertiga juga kawan saya semasa Aliyah. Ketika dichat oleh Sersan, baik saya Muad, Doel, dan Nam itu mengira sebuah kontrakan, tetapi ketika sampai di lokasi ternyata kosan. Setelah berdiskusi, akhirnya diputuskan kami sepakat untuk tinggal di kosan tersebut.
Saat itu hanya tersisa dua kamar kosong terletak di ujung, saling berhadapan, satu samping gudang, satu samping kamar mandi. Untuk harga sewanya sendiri itu satu kamar 500 ribu per bulannya. Untuk memudahkan, kami sepakat kamar samping gudang digunakan untuk menyimpan lemari, sementara kamar samping kamar mandi digunakan untuk tidur. Kamar samping gudang belakangnya adalah gang buntu, lalu kamar samping kamar mandi belakangnya adalah rumah-rumah.
ADVERTISEMENT
Masing-masing kamar di kosan tersebut hanya terdapat 1 jendela, tetapi menghadap ke dalam. Sehingga tidak ada cahaya masuk, otomatis lampu harus menyala siang dan malam. Hanya kamar yang dekat pintu gerbang saja yang mendapatkan sinar matahari. Pemilik kosnya seorang bapak-bapak, ia tinggal di kecamatan sebelah. Nah, ia jarang sekali datang ke kosan, ia hanya datang ketika menagih uang sewa saja. Alhasil kondisi kosan pun tidak terawat dengan baik.
Hubungan dengan tetangga kamar juga tidak berjalan dengan baik, semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing, bahkan untuk sekadar bertegur sapa saja pun tidak. Ketika saya memutuskan untuk pindah pun, tetangga kamar pun tidak ada yang menanyakan, padahal mereka melihat saya memindahkan barang-barang.
Sersan yang awal mula mengajak untuk ngekos di tempat tersebut, hanya bertahan selama 1 bulan, ia memutuskan untuk laju (bolak-balik) Jakarta Pusat-Ciputat. Sementara Doel dan Nam bertahan sampai semester 1 selesai, mereka memutuskan untuk pindah. Sehingga hanya tersisa saya dan Muad, kami menempati kamar samping gudang. Baru beberapa Minggu semester 2 berjalan, datanglah pandemi Covid-19, perkuliahan pun dilakukan secara online, dan kami pun kembali ke daerah asal.
ADVERTISEMENT

Kembali ke Kosan

Ilustrasi rumah angker. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Setelah 2 tahun lamanya perkuliahan dilakukan secara online, di semester 6 pertengahan kuliah mulai bertahap normal. Saya pun kembali ke Ciputat, berhubung bingung mau tinggal di mana, saya memutuskan untuk kembali ke kosan lama, di kamar samping gudang, sendirian. Tetapi untungnya Lucky senior saya, sekaligus murid saya dalam menulis sering menginap di kosan saya.
Kesan setelah sekian lama tidak ditempati, dari segi bangunan fisik memang tidak ada yang berubah, tetapi suasananya benar-benar tidak nyaman, kamar terasa pengap, kepala pusing, sering tercium bau anyir, begitu juga dengan kamar mandi. Saat itu saya berpikiran, mungkin karena sudah lama tidak ditempati, sudah barang tentu demit berpesta pora.
2 Minggu saya berada di kosan tersebut, saya sakit, perut samping kanan melilit, semalaman saya tidak bisa tidur, makanan pun tidak bisa masuk. Keesokan harinya saya minta diantarkan oleh Lucky ke klinik, setelah diperiksa ternyata normal, tidak ada apa-apa. Beberapa hari kemudian kambuh lagi, diantarkan lagi oleh Luck ke klinik, lagi-lagi normal. Sampai kemudian saya teringat, saya dibawakan air doa dari rumah, di minumlah air tersebut, dan Alhamdulillah sembuh.
ADVERTISEMENT
1 bulan kemudian ketika Lucky menginap di kosan saya, ia mengalami sakit seperti yang tempo hari saya alami. Dari mulai malam hingga sore hari, ia hanya bisa berbaring di kosan, diajak periksa ke dokter tidak mau. Setelah Maghrib ia memutuskan untuk pulang kembali ke kontrakan, sebab hari itu ia shift malam. Saya pun menyarankan Lucky untuk izin tidak masuk, tetapi ia tetap memaksakan diri. Di tempat kerja ia pingsan, keesokan harinya ia memutuskan untuk pulang kampung.

Kuntilanak di Atas Lemari dan Kelabang

Ilustrasi kuntilanak. Foto: Shutter Stock
Suasana pengap dan bau anyir semakin menjadi-jadi, saya pun berusaha untuk mengabaikannya, mungkin itu perasaan dan penciuman saya saja. Sampai kemudian ketika saya hendak tidur, di atas lemari duduk sosok wanita, rambutnya terurai panjang, berbaju putih. Saya pun mengabaikannya dan memutuskan untuk tidur saja. Saya sendiri sering menemukan beberapa helai rambut panjang, setelah saya telisik itu bukan rambut saya. saat itu rambut saya memang gondrong.
ADVERTISEMENT
Kemudian dua kali saya menemukan kelabang di kamar kosan tersebut, selain di kamar kosan juga empat kali di kamar mandi. Ukuran kelabang tersebut kecil, sebab takut masuk kuping, maka saya injak menggunakan sandal. Untuk yang satu ini saya berpikir positif, mungkin karena faktor kelembaban ruangan, membuat hewan semacam itu betah.

Keranda Belakang Kosan

Ilustrasi keranda. Foto: Bagas Putra Riyadhana/kumparan
Belakang kamar kosan tersebut kan gang, tetapi buntu. Setelah kejadian kunti di atas lemari, setiap jam 2 dini hari dari gang tersebut terdapat suara gemerisik besi. Awalnya saya mengabaikannya, tetapi malah setiap hari makin kenceng. Pagi harinya saya tengok gang buntu tersebut, ternyata persis menempel dinding kamar kosan saya terdapat keranda besi. Keranda tersebut ternyata milik masjid yang tidak jauh dari kosan.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya dari speaker masjid, terdengar pengumuman ada warga yang meninggal, keranda pun dikeluarkan dari gang. Ketika keranda tersebut dikembalikan ke tempat semula, suara berisik kembali terdengar lagi.
Ingatan saya melayang pada keranda di desa saya, dulu keranda di desa saya ketika ada yang meninggal akan memberikan pertanda berupa suara berisik pada hari dan jam tertentu. Suara berisik keranda tersebut berhenti, tatkala diganti dengan yang baru.

Terbanting

Kosan tersebut pada akhirnya jarang saya tempati, saya pun jadi sering pulang ke kontrakan paman di Tanjung Priok atau bapak di Kemayoran. Sampai kemudian pada suatu sore sehabis dari kampus, saya masuk kamar, tiba-tiba saya terbanting, tangan saya dipelintir ke belakang.
Kemudian saya mengatakan, sambil menahan rasa sakit "Alam kita itu berbeda, kok malah mengganggu."
ADVERTISEMENT
Air doa dari rumah yang saya bawa, lalu saya usapkan pada tangan, rasa sakit pun mereda. Setelah saya teliti, ternyata terlihat bekas cengkraman. Saya pun berusaha untuk tetap tenang.

Mimpi Bertemu Kakek Buyut

Ilustrasi kakek melihat ke jendela. Foto: Shutter Stock
Kakek buyut dari pihak ibu meninggal di Makkah, sebelum saya lahir. Saya sendiri tidak tahu kakek buyut seperti apa, fotonya pun saya tidak pernah melihatnya, sebab hilang. Malam esok harinya, malam Jumat, setelah kejadian saya terbanting, saya bermimpi. Dalam bermimpi tersebut saya diajak ke masjid oleh seorang pria, dari bentuk wajahnya mirip Mbah Khaer, adiknya Babah (panggilan saya ke kakek), sementara mata, hidung, mulut, mirip Babah. Ketika berjalan, sarungnya dicincing (diangkat menggunakan tangan) pada salah satu ujung.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan menuju masjid tersebut saya diberikan wejangan, lebih baik pindah, ia mengatakan tetapi dalam Bahasa Jawa "Mungkin untuk saat ini kalau pindah kosan sulit yah. Lebih baik ke Tanjung Priok dulu untuk sementara waktu, supaya lebih aman, pindah kosnya nanti. Pokoknya sebelum hari Rabu harus sudah di Tanjung Priok"
Ketika saya hendak mengangkat kaki ke lantai masjid, saya dicegah oleh kakek buyut "Sudah sampai sini saja." Saya pun terbangun dari tidur. Saya pun menceritakan mimpi tersebut kepada ibu. Ia mengatakan kalau ciri-cirinya demikian, berarti itu kakek buyut. Akhirnya saya pun memutuskan untuk sementara waktu mengungsi ke Tanjung Priok.

Pertemuan dengan Teman yang Memiliki Kepekaan

Ilustrasi mendukung teman yang sedang berduka. Foto: Shutter Stock
2 bulan saya tinggal di Tanjung Priok, lalu kembali ke kosan tersebut. Meskipun suasana mencekam masih terasa, tetapi tidak separah sebelumnya. Cuma kali ini saya tidak bisa tidur malam.
ADVERTISEMENT
Salah seorang teman, yang memang lama tidak bertemu karena Covid-19, main ke kosan saya, namanya Huda. Teman saya ini memang memiliki kepekaan terhadap hal-hal mistis. Ketika berkunjung ke kosan saya ia lemas sekali, seharian ia tidur. Padahal ia orangnya sangat rajin. Ia pun mengatakan bahwa ada yang aneh dengan kosan saya, ia pun menyarankan agar mencari kosan lain. Sama seperti saya, ia juga mencium bau anyir dan merasa pusing.
Cukup sering ia main ke kosan saya, bahkan sering menginap, tetapi setiap kali ke kosan saya ia malah tepar. Ia pun menceritakan bahwa setiap kali tidur di kosan saya, selalu mengalami mimpi basah.
Kemudian Huda pun membantu saya untuk mencari kosan baru, ia juga yang membantu memindahkan barang-barang. Ketika saya memindahkan barang-barang, tampak perempuan berambut panjang, berbaju putih melambaikan tangan kepada saya.
ADVERTISEMENT

Siapa Perempuan Itu?

Ada tiga asumsi perihal siapa perempuan berambut panjang, berbaju putih, bisa dikatakan Kuntilanak itu. Asumsi pertama, Kuntilanak tersebut benar-benar entitas makhluk halus dari sebuah tempat. Berhubung menemukan tempat kosong yaitu kosan saya, akhirnya ia memutuskan pindah ke kosan tersebut.
Asumsi kedua, Kuntilanak tersebut merupakan kiriman seseorang. Sebab, beberapa tahun yang lalu, keluarga saya juga sempat diteror oleh sosok Kuntilanak. Setelah diselidiki, ternyata hantu tersebut merupakan kiriman dari seseorang yang tidak suka dengan keluarga saya.
Asumsi ketiga, Kuntilanak tersebut merupakan sosok qorin, di mana semasa hidupnya pernah singgah di kosan yang saya tempati tersebut. Suatu hari ibu dari pemilik kosan yang sudah tua datang ke kosan, ia bersih-bersih, saya pun akhirnya membantu. Ia mengeluhkan perihal anaknya yang tidak mampu merawat dengan baik kosan yang diwariskan oleh nya.
ADVERTISEMENT
Ibu pemilik kosan tersebut bercerita, bahwa dulu ia bekerja di Kementerian Ketenagakerjaan. Tempat tersebut kemudian dibeli oleh dirinya. Awalnya sih tidak dijadikan kosan mahasiswa, melainkan digunakan untuk tempat tinggal sementara, mereka yang pulang dan akan berangkat bekerja di luar negeri. Dari situ saya mendapatkan penjelasan tidak langsung, siapa sosok tersebut.
Kuntilanak tersebut juga hendak bercerita kepada saya siapa dia sebenarnya. Namun, sebelum ia akan menceritakannya saya sudah pindah kosan. Lagian juga saya malas juga sih, sebab pasti mintanya macam-macam, minta diantarkan pulang lah, kan seram yah.