Cerita Horor: Teror Mistis Selama KKN, Kesurupan Tiap Malam

Malik Ibnu Zaman
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2023 18:10 WIB
·
waktu baca 8 menit
Tulisan dari Malik Ibnu Zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/rumah-hantu-halloween-makam-bulan-7508035/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/rumah-hantu-halloween-makam-bulan-7508035/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah satu bulan lebih saya tidak bertemu dengan kawan saya, Andik namanya (bukan nama sebenarnya). Kami sama-sama aktif di sebuah organisasi primordial.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Andik sudah pamit kepada saya, bahwa ia akan melakukan pengabdian masyarakat atau Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah daerah selama satu bulan.
Organisasi primordial tempat saya berorganisasi mengadakan kegiatan perayaan Maulid Nabi di sekretariat pada malam hari. Banyak teman-teman saya yang juga datang, salah satunya Andik.
Setelah kegiatan selesai, acara selanjutnya tentu saja makan-makan dan ngobrol ke sana ke mari. Andik yang duduk jauh dari saya, lalu mendekat dan duduk di depan saya.
“Saya mendapatkan pengalaman horor selama KKN. Bisa banget nih ditulis! Lebih seram dari KKN Desa Penari, masih ada yang ngikut,” ujarnya kepada saya.
Saya hanya tersenyum kecut saja, sebab menulis hal-hal semacam itu membutuhkan energi yang besar. Maka dari itu saya masih menimbang-nimbang jika akan menulis kisah horor.
ADVERTISEMENT
Mendadak kepala saya terasa pusing, tengkuk terasa berat, mata terasa perih, ingin sekali muntah rasanya. Daripada terjadi hal yang tidak diinginkan, saya pun pamit pulang ke kosan.
“Nanti saya kabari kamu lagi ya untuk mendapatkan cerita detailnya,” ujar saya kepada Andik.
Keesokan harinya saya beraktivitas seperti biasa, berangkat ke kantor, dan telah melupakan kejadian tadi malam. Malamnya saya memutuskan untuk menginap di kantor, sebab sudah terlalu larut malam dan tidak ada lagi kendaraan umum ke kosan tempat saya tinggal. Selain itu juga besoknya weekend. Malam itu yang tidur di kantor bukan hanya saya saja, tetapi juga ada dua kawan saya.
Hingga jam menunjukkan pukul 3 dini hari, mata saya tak kunjung terlelap. Padahal badan sudah sangat lelah. Jam 3.30 akhirnya saya bisa tidur. Baru beberapa menit terlelap, saya langsung masuk ke dalam alam mimpi. Dalam mimpi tersebut saya tidur di kosan, tangan saya dicengkeram oleh sosok tinggi-besar berwarna hijau.
ADVERTISEMENT
Makhluk tersebut seperti hendak membawa saya. Terus saya berusaha untuk melawan, dengan pukulan disertai teriakan Allahu Akbar, akhirnya saya bisa lepas dari cengkeraman makhluk tersebut.
Ketika saya melihat jam di handphone, ternyata baru menunjukkan jam 3.45. Keesokan harinya saya nge-chat Andik, supaya nanti malam ia datang ke kosan.

Teror dalam Mimpi

Saya meminta Andik untuk datang ke kosan saya jam 9 malam. Namun, hingga jam menunjukkan pukul 10, ia tak kunjung datang. Ia baru datang jam 10.30. Katanya karena ada teman yang datang.
Lalu saya menanyakan apakah ia pernah mengalami ketindihan atau rep-repan selama KKN? Ia mengatakan pernah, di mana nyawanya hendak ditarik ke sebuah tempat.
Kemudian saya berpikir, apakah mimpi yang saya alami semalam ada korelasinya dengan kejadian yang dialami oleh Andik? Entahlah.
ADVERTISEMENT
Ia menceritakan setelah pulang dari KKN, sering ada suara perempuan tanpa wujud yang memanggil namanya, sebuah suara yang juga pernah ia dengar tatkala KKN.
Bukan hanya nama, tetapi juga ajakan “sini mampir”. Hal tersebut membuat dirinya bertanya-tanya, apakah ia halusinasi atau jangan-jangan hantu dari tempat ia KKN mengikuti dirinya.
Lebih lanjut ia menceritakan kejadian yang dialami ketika baru saja sampai rumah selepas KKN. Sesampainya di rumah, Andik langsung tertidur. Ketika bangun tidur badannya merasa tidak enak.
Feeling-nya mengatakan ada sebuah hal yang terjadi pada salah satu teman KKN-nya yang bernama Siti. Bergegas ia segera menelepon Siti. Bisa dikatakan Andik ini cinlok dengan Siti.
Siti menceritakan bahwa di rumah kondisinya drop. Ditambah lagi dengan mimpi yang ia alami, membuat ia terus kepikiran dengan mimpi tersebut, bingung mau cerita ke siapa.
ADVERTISEMENT
Lalu, Siti pun menceritakan perihal mimpi yang ia alami di rumah. Dalam mimpinya, ia bersama dengan ibunya dikejar oleh cewek. Dalam mimpi tersebut Siti muntah paku dan rambut. Kemudian—masih dalam mimpi itu—jalan yang ia lewati banjir.
Setelah menceritakan mimpi tersebut kepada dirinya, Andik mengatakan kondisi Siti sudah membaik. Ia tidak merasa ketakutan lagi. Siti juga menceritakan kepada Andik perihal perkataan dari kerabatnya yang memiliki kemampuan spesial, bahwa jika tidak ada Andik sebuah hal yang parah bisa saja menimpa kelompok KKN.
KKN yang dilakukan oleh Andik tidak hanya berasal dari satu kampus, tetapi beragam kampus. Awalnya tidak ada hal-hal aneh yang terjadi. Seperti halnya KKN pada umumnya, perkenalan teman satu kelompok, berangkat ke lokasi KKN, mendapatkan sambutan dari kepala desa.
ADVERTISEMENT
Salah satu program yang dilakukan oleh Andik adalah dakwah. Langkah pertama sebagai ketua kelompok adalah menemui tokoh setempat yang mengampu pengajian. Ditemuilah tokoh tersebut di rumahnya guna menyampaikan konsep kajian. Namun, tokoh secara tidak langsung menolak kajian tersebut.
“Kalaupun kami tidak boleh mengisi pengajian, izinkan kami untuk ikut,” demikianlah ujar Andik.
Keesokan harinya tokoh tersebut, mengutus salah satu muridnya untuk menemui Andik. Murid tersebut menyampaikan bahwa selama ada mahasiswa KKN, pengajian akan diliburkan. Hal tersebut tentu saja membuat Andik terheran-heran.

Kesurupan Setiap Malam

Andik menceritakan bahwa setiap malam, salah satu anggota kelompoknya, perempuan bernama Deta (bukan nama sebenarnya) selalu mengalami kesurupan. Andik tidak mau berspekulasi, tetapi Deta mulai kesurupan sejak ia menemui tokoh tersebut. Beberapa hari sebelum kepulangan barulah Deta tidak kesurupan lagi.
ADVERTISEMENT
Pas malam pertama kesurupan, yang merasuk mengaku dari hutan samping belakang posko. Setiap kali Deta kesurupan Andik yang menyadarkannya dengan membaca doa, dibantu anggota kelompok lain.
“Saya ini dari hutan samping belakang. Saya ini tidak suka kedatangan kalian, karena mengganggu, berisik. Jangan berisik ketika malam,” ujar sosok yang merasuki Deta.
Keesokan harinya setelah dari pantai, Dita keluar dari posko berlari seorang diri, lalu dikejar. Begitu dibawa masuk, ia langsung kesurupan.
“Kalian ini lemah, kalian nggak akan kuat,” demikianlah yang diucapkanlah oleh sosok yang merasuki Dita.
Malam harinya Dita kembali kesurupan. Kali ini ancaman yang diucapkan lebih jelas lagi, bahwasanya ia benci sama Andik, sebab ia kuat. Kedatangan dia mengganggu dukun. Andik pun semakin bingung apa yang sebenarnya terjadi. Ia pun meminta teman-temannya untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun, karena bisa ruwet.
ADVERTISEMENT
Lalu, keesokan harinya sebagai ketua kelompok, Andik dipanggil oleh kepala desa. Kepala desa mengatakan dirinya mendapatkan laporan dari lembaga yang menaungi KKN perihal teror yang dialami oleh kelompok KKN di desanya.
“Katanya ada masyarakat yang nggak suka dengan kalian?” tanya kepala desa.
Andik pun menjawab bahwa tidak ada kejadian apa-apa. Ia menjelaskan bahwa mungkin ada kesalahpahaman, dan ia akan menanyakan kepada anggotanya.
Sepulang dari balai desa, Andik menanyakan apakah ada yang melapor. Ternyata salah satu anggotanya memang melaporkan kejadian yang dialami oleh kelompok KKN.
Malam harinya Deta kembali kesurupan. Kali ini disertai dengan amukan.
“Tuan saya ini benci sama kamu. Lebih baik kamu pulang sekarang, atau nggak bisa pulang,” ancamnya.
ADVERTISEMENT
Setan yang merasuki Deta mengungkapkan bahwa ada sosok bersorban putih yang selalu melindungi Andik dari gangguan-gangguan setan di sekitar.
Malam berikutnya Deta juga kembali kesurupan. Kali ini badannya kaku. Setelah dibacakan doa, sembuh, lalu kesurupan lagi. Di situlah Andik baru tahu ternyata Deta memiliki kemampuan spesial yaitu menjadi mediumitator.
Pada keesokan harinya hingga menjelang malam, Deta hilang. Warga dan anggota kelompok KKN dikerahkan untuk mencarinya. Segala tempat telah ditelusuri, namun ia tidak ditemukan.
Tetapi ada satu tempat yang belum dicek yaitu hutan samping belakang posko. Maka dua orang anggota KKN yaitu Aqal dan Aqil ditemani seorang warga setempat masuk ke dalam hutan tersebut.
Masuklah mereka ke dalam hutan tersebut. Dengan mata langsung tepat di hadapan mereka, mereka melihat Deta langsung lompat ke jurang yang tidak terlalu dalam. Dibawalah Deta naik. Untungnya tidak terjadi apa-apa, hanya lecet-lecet dan keseleo. Dibawalah Deta kembali ke posko.
ADVERTISEMENT
Kemudian Andik mengobrol dengan beberapa warga, para warga mengatakan ada satu pantai terlarang yang sudah dikunjungi oleh beberapa anggota KKN. Pantai tersebut boleh dikunjungi tetapi harus didampingi oleh warga lokal. Bergegas Andik kembali ke posko dengan maksud menanyakan siapa yang telah mengunjungi pantai tersebut.
Sebelum Andik menyampaikan maksudnya, Deta langsung kesurupan, dan ia memperkenalkan diri sebagai penjaga gerbang pantai, ia merasa terganggu dengan kedatangan tiga orang ke wilayahnya. Ia mengancam akan membuat tiga orang tersebut, tidak tenang hidupnya.
“Janganlah, ketiga orang tersebut tidak tahu jika itu pantai terlarang,” ujar Andik.
Lalu Andik menanyakan apa yang harus dilakukan. Makhluk penjaga pantai itu menjawab bahwa ketiga orang tersebut harus meminta maaf.
Lalu Andik menanyakan kepada anggotanya siapa yang mengunjungi pantai tersebut. Akhirnya mengakulah tiga orang mahasiswi. Andik pun meminta kepada ketiga orang tersebut untuk meminta maaf. Awalnya ketiga orang tersebut tidak mau meminta maaf, akhirnya mau untuk meminta maaf.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan makhluk penjaga pantai, ia tidak mau menerima permintaan maaf. Setelah didesak oleh Andik terkait janjinya untuk menerima permintaan maaf, akhirnya ia mau untuk memaafkan.
Ketiga mahasiswi tersebut dipanggil untuk masuk, namun sebelum itu makhluk penjaga pantai yang merasuki tubuh Deta mengatakan “Nanti dulu!” sambil melirik ke samping. Ketiga mahasiswi tersebut masuk ke dalam dan meminta maaf.
Tak berselang lama Deta kembali kesurupan lagi. Tetapi kali ini makhluk yang sama di malam-malam sebelumnya.
“Apa yang dilakukan oleh kalian pasti akan diketahui oleh tuan saja,” ujarnya.
Andik penasaran sebenarnya apa sih yang terjadi. Setelah ia tanya-tanya ternyata dahulu kala ada perampok dari Madura yang datang ke desa tersebut dan menjarah. Andik menerka apa mungkin itu penyebabnya, karena ia memiliki darah Madura dari ayahnya.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di rumah, ia masih mendapatkan teror suara perempuan yang memanggil namanya. Suara yang sama persis ia dengar di tempat KKN. Akhirnya saya menanyakan apakah ia membawa sesuatu dari tempat KKN. Ia menjawab iya. Ia membawa gelang.
“Gelang kayu itu saya buat sendiri, bukan mengambil atau nemu,” ujar Andik.
Andik juga menceritakan bahwa teman KKN-nya yang bernama Siti, yang diceritakan di awal dikirimi pelet oleh sesama teman KKN.