Konten dari Pengguna

Cerita Rakyat Tegal, Legenda Si Gringsing dan Si Kasur

Malik Ibnu Zaman
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
20 Maret 2024 10:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malik Ibnu Zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/kellepics-4893063/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=2750995">Stefan Keller</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=2750995">Pixabay</a>
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/kellepics-4893063/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=2750995">Stefan Keller</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=2750995">Pixabay</a>
ADVERTISEMENT
Cerita rakyat merupakan karya sastra lisan yang muncul dan berkembang di kalangan masyarakat tradisional, tersebar dalam bentuk yang relatif tetap dan singkat.
ADVERTISEMENT
Setiap daerah memiliki cerita rakyatnya sendiri, yang menjadi ciri khas dari wilayah tersebut. Misalnya di Sumatera Barat terdapat cerita Malin Kundang, di Sumatera Utara terdapat Legenda Danau Toba dan Pulau Samosir, di Jawa Tengah ada legenda Rawa Pening, lalu di Jawa Barat terdapat legenda Telaga Warna.
Tetapi pada dasarnya setiap cerita rakyat tersebut memiliki kesamaan yaitu adanya nilai atau makna di dalamnya, bisa nilai budaya, nilai moral, nilai agama, nilai pendidikan, nilai estetika, dan nilai sosial. Nilai inilah yang menjadi pelajaran berharga bagi yang mendengarkannya.
Salah satu cerita rakyat di Tegal adalah legenda Si Gringsing dan Si Kasur, keduanya merupakan suami istri yang berubah menjadi ular. Sang suami bernama Si Gringsing dan sang istri bernama Si Kasur.
ADVERTISEMENT
Cerita ini berkembang di masyarakat Tegal yaitu di wilayah Bumijawa, Bojong, Lebaksiu, dan sekitarnya. Masing-masing wilayah tersebut alur ceritanya hampir sama, cuman yang membedakan adalah nama tempat lokasi Si Kasur dan Si Gringsing.
Tak jarang oleh masyarakat erita Si Gringsing dan Si Kasur ini dikaitkan dengan kejadian bencana seperti alam gempa bumi, longsor, dan banjir. Mereka mengaitkan bencana tersebut dengan cerita bahwa bencana tersebut disebabkan oleh Si Gringsing dan Si Kasur ingin bertemu.
Si Gringsing ini menghuni Kali Gung yaitu sungai yang berhulu di kaki Gunung Slamet dan bermuara di Pantai Utara Jawa. Sementara Si Kasur mendiami Bukit Sitanjung, bukit yang terletak di Desa Lebaksiu Lor, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Ada juga yang mengatakan kalau Si Kasur mendiami Bukit Clirit, sebuah bukit yang terletak di Desa Kalibakung, Kecamatan Balapulang.
ADVERTISEMENT
Ada juga versi yang mengatakan kalau Si Gringsing dan Si Kasur ini kejadiannya di Dukuh Lemah Abang, salah satu dukuh di Desa Cawitali, Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Dengan argumen di Kali Kumisik, sungai yang terletak di Dukuh Lemah Abang terdapat batu besar berbentuk ular.
Cerita Mengapa Si Gringsing dan Si Kasur Berubah Menjadi Ular
Ceritanya dahulu kala ada sepasang suami istri, masih pengantin muda bernama Si Gringsing dan Si Kasur. Sang suami, Si Gringsing bekerja sebagai seorang petani, sementara Si Kasur setiap hari bertugas mengantarkan makanan untuk suami.
Pada suatu hari Si Kasur yang biasa mengantarkan makanan ke sawah belum juga sampai. Sementara Si Gringsing sudah sangat lapar, ketika sedang lapar itulah ia menemukan tiga telur di pematang sawah.
ADVERTISEMENT
Untuk mengganjal rasa lapar, ia pun mengambil telur tersebut, kemudian dimasak dengan cara dibakar. Si Gringsing merasakan telur tersebut berbeda dengan telur pada umumnya, rasanya sangat enak. Ia pun menyisakan satu telur untuk istrinya.
Selesai makan telur, Si Gringsing merasakan sekujur tubuh panas seperti dibakar. Lalu ia pun menceburkan diri ke sungai dan berubah menjadi ular. Tak berselang lama Si Kasur sampai, ia bingung di mana keberadaan suaminya. Ia hanya melihat bekas pembakaran dan sisa satu telur.
Dipanggil-panggilah nama si suami, lalu munculah si Gringsing. Si Kasur tercengang sebab yang muncul adalah ular. Lalu Si Gringsing menceritakan apa yang dialaminya kepada istrinya.
Atas dasar kesetiaan dan kecintaan terhadap suaminya Si Kasur pun memakan sisa telur itu. Si Gringsing melarang hal itu, namun karena sudah bertekad sehidup semati, si Kasur tetap memakannya. Setelah memakan itu ia merasakan panas di sekujur tubuh, lalu mencebur ke sungai dan berubah menjadi ular.
ADVERTISEMENT
Suatu ketika Si Gringsing dan Si Kasur bertemu dengan Petapa, mereka meminta kepada Petapa agar bisa berubah menjadi manusia kembali. Petapa pun menyanggupinya, tetapi dengan syarat yang berat yaitu tidak boleh bertemu dalam waktu yang lama sekali. Mereka pun menyetujuinya.
Oleh Petapa Si Gringsing ditempatkan di Kali Gung, sementara Si Kasur ditempatkan di Bukit Sitanjung.
Suatu ketika Si Gringsing rindu ingin bertemu dengan Si Kasur, padahal Petapa mengingatkan kalau mereka memaksa bertemu akan tersambar petir. Si Gringsing kekeh ingin bertemu, baru ia mengeluarkan kepalanya ke tepi sungai, ia langsung tersambar petir, yang mengakibatkan matanya buta satu.
Konon katanya Si Gringsing dan Si Kasur bisa bersatu kembali akan terjadi hari kiamat dan mereka berubah menjadi manusia.
ADVERTISEMENT
Dulu ketika saya masih kecil cerita ini sering diceritakan oleh para orang tua kepada anak-anaknya. Kalau sekarang saya kurang tahu apakah para orang tua masih menceritakan cerita ini.