Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sisa Makanan Jadi Ancaman, Plastavfall Siap Menyelamatkan!
9 Juli 2024 16:03 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Malika Dwinissa Ismaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat kita kecil, kita tentunya tidak asing dengan kalimat “Habisin nasinya, kalau gak habis nanti nasinya nangis, lho!”. Kalimat ini biasanya dilontarkan oleh orang tua kepada anaknya, saat sang anak enggan untuk menghabiskan makanannya.
ADVERTISEMENT
Indonesia, Negara Penyumbang Sampah Makanan Terbesar di ASEAN
Berdasarkan riset data dari Bappenas tahun 2021, Timbulan Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia pada tahun 2000-2019 yaitu 23-48 juta ton/tahun, atau setara dengan 115-184 kg/kapita/tahun.
Titik kehilangan kritis di mana timbulan FLW paling besar terjadi yaitu pada tahap konsumsi, dengan timbulan food waste sebesar 5 hingga 19 juta ton/tahun. Jika ditinjau dari sisi jenis pangan, timbulan FLW terbesar yaitu dikontribusikan oleh sektor tanaman pangan, tepatnya dari padi-padian, yaitu sebesar 12-21 juta ton/tahun. Sementara untuk jenis pangan yang paling tidak efisien yaitu sektor hortikultura terutama sayur-sayuran, di mana kehilangannya mencapai 62,8% dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia.
Sampah tersebut berupa makanan yang tidak dapat dikonsumsi lagi karena kelebihan pasokan. Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, jutaan ton sampah makanan itu seharusnya dapat menghidupi 61-125 juta orang Indonesia. Adapun jika dihitung dari segi ekonomi, nilai seluruh makanan yang terbuang di Indonesia selama periode 2000-2019 berkisar antara Rp213 triliun sampai Rp551 triliun per tahun. Sayang banget, kan?
ADVERTISEMENT
Jadi, Apa Solusinya?
Banyaknya makanan yang terbuang begitu saja, sementara masih banyak masyarakat Indonesia yang hanya makan sehari sekali, atau bahkan tidak makan sama sekali, membuat Adora Beata Bethari, atau yang akrab disapa Bea, untuk bergerak lebih jauh dalam penanganan food waste ini.
Bea merupakan seorang Co-founder, Chief Impact & Marketing Officer dari usaha sosial yang berfokus pada pengelolaan, pengolahan, edukasi, dan konsultasi sampah di Bandung, yakni Plastavfall Solution.
Berdiri sejak tahun 2016, Bea mendirikan Plastavfall dengan rekannya, Reza Ramadhan Tarik, saat masih berkuliah di Universitas Komputer Indonesia pada saat itu. Pendirian Plastavfall sendiri dilatarbelakangi oleh Bea yang terkena dampak dari Tragedi Leuwigajah pada saat duduk di bangku Sekolah Dasar.
ADVERTISEMENT
“Kalau ditanya, kenapa pada akhirnya ngebuat Plastavfall gitu ya, karena mungkin (alasannya), dulu jaman aku sekolah, mungkin SD kelas 5 lah ya, itu aku kena dampak dari kasus yang namanya Tragedi Leuwigajah. Jadi (karena) aku emang orang Bandung, jadi tau gitu ya, permasalahan di Bandung tuh si sampah tuh kayak, kenapa sih gak kelar-kelar (permasalahan sampahnya), dari yang jaman SD kena dampak dari Tragedi Leuwigajah (hingga sekarang). Kebetulan (Bea) suka snorkeling, suka olahraga gitu ya, jadi waktu itu sempat ke Bali, tapi di Bali itu jadinya fokusnya itu sama liat sampah, daripada liat ikan.”
Plastavfall pada awalnya hanya berfokus ke pengumpulan sampah saja, belum memiliki banyak program seperti sekarang. Awal mula Bea mendirikan Plastavfall, Bea sendiri mengaku mendapatkan cibiran dari orang-orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya itu sih ngelakuin sebuah gerakan (untuk membereskan permasalahan sampah), movement. Awalnya Plastavfall tuh komunitas, fokusnya ya cuma ngumpulin sampah, ya dulu sih dianggapnya pemulung ya, tapi fokusnya tuh waktu itu aku ngambilin sampah di DU, ngambilin (sampah) jalan-jalan muter-muter gitu, jadi ya banyak sih yang suka komen, ‘lu ngapain dah gitu ngambilin sampah’. terus (saat) skripsi-an, sampah-sampah kertasnya aku ambilin gitu, nah dari movement itu akhirnya muncul-lah waste bank atau bank sampah gitu ya. Lalu akhirnya kita bertumbuh lagi, jadi waste management, jadi sekarang tuh pembentukannya adalah NGO.”
Namun berbekal tekad yang bulat pada harapan ingin meloloskan sampah lebih banyak dan bermanfaat bagi orang-orang, Bea bersama Plastavfall mewujudkan harapan ini ke dalam 5 program kerja, diantaranya Plastavfall Waste Management yang bergerak pada jasa penjemputan, pengelolaan dan pengolahan sampah terpilah, kemudian ada Plastavfall Collecting waste yang bergerak pada pengumpulan, pengelolaan dan pengolah sampah terpilah, Waste to Table yang bergerak pada jasa layanan penjemputan dan pengolahan sampah organik, edu with Plastavfall yang bergerak pada sosialisasi, seminar atau diskusi tentang pengelolaan dan pengolahan sampah terpilah dan yang terakhir adalah konsultasi sampah, salah satu program besar yang dilakukan oleh Plastavfall dan teman teman lainnya untuk mewujudkan bersama pengurangan sampah ke TPA yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
ACT IN ACTION: Kurangi Makanan yang Terbuang dengan Memberi!
Tak hanya pada berfokus pada pengolahan dan pengumpulan sampah plastik dan organik, Plastavfall juga bergerak pada aksi sosial, Bea menyebutkan salah satu program kerja yang sedang digencarkan saat ini adalah Food Surplus.
Melihat fakta ternyata banyak sekali makan yang masih layak makan namun tak jarang berakhir di tempat sampah, membuat Plastavfall tergerak untuk menindaklanjuti hal tersebut. Melalui program Plastavfall Collecting Waste, Food Surplus hadir sebagai bentuk tindak lanjut dari Plastavfall atas permasalahan ini.
“Awalnya Plastavfall tuh kan terima sampah organik ya, nah saat kita mau ngelola sampah organik, kita nggak sengaja lihat isi-isinya itu adalah makanan-makanan yang masih layak, kayak ayam, nasi, terus kue-kue roti, kentang-kentang. Nah, itu tuh jadi salah satu poin titik kita, ‘kok makanan masih layak kayak gini dijadiin sampah?’, makanya akhirnya kami bikin lah Food Surplus ini, sayang (makanannya) soalnya.”
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan visi Plastafvall dimana mereka mengimplementasikan 3 hal dari Food Recovery Hierarchy yaitu, donate excess food, feed to animal, dan compost. Program Food Surplus ini menjadi bentuk nyata dari donate excess food yang mana merupakan tingkat kedua di Food Recovery Hierarchy. Berdasarkan hal tersebut Plastavfall berusaha memprioritaskan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengalihkan makanan yang terbuang.
Bea menjelaskan, Food Surplus adalah salah satu program yang memiliki dampak dan kesan tersendiri. Tak hanya mendukung program kerjanya yang bergerak pada isu lingkungan, Food Surplus juga berdampak pada segi ekonomi dan kemanusiaannya.
“Food Surplus dampak ekonomi dan ekonomi lingkungannya dapet, yang harusnya makanan itu ke landfill, ke TPA, terbuang percuma gitu, tapi akhirnya diselamatkan dan kita jadinya banyak sedekah. Sebenarnya aku ngerasa, rupanya dari hal yang aku kerjakan ini, tidak (hanya) berdampak secara lingkungan doang gitu, tapi dampak baiknya itu ke ekonomi, ke sosial, ke emosional orang yang dapetnya karena pada akhirnya mereka (orang yang membutuhkan) jadi sangat terbantu untuk nggak beli beras, minimal mereka bisa sarapan roti.”
ADVERTISEMENT
Darimana Asal Makanannya?
Seluruh makanan untuk Program Food Surplus berasal dari donatur-donatur atau relawan yang memiliki makanan berlebih. Bea sendiri menuturkan, makanan yang diterima untuk menjadi Food Surplus bersyarat makanan yang masih layak konsumsi berupa sembako, makanan atau minuman kemasan, dan makanan ringan.
“Jadi ini ada (makanan) instant, terus ada juga pasta-pasta, ini biasanya makanan-makanan dari klien-klien kita, karena memang kita ini kalau dilihat (makanannya) itu sebenarnya ada yang 4 bulan lagi expired, ada yang 5 bulan lagi expired. Nah, Food Surplus yang sekarang lagi kita terima itu adalah Food Surplus kue kering lebaran, karena balik lagi ya, kue kering lebaran tuh pasti aku yakin lah ada banyak banget (sampahnya) gitu.
ADVERTISEMENT
Selain dari donatur, Bea juga menyebutkan, Plastavfall kerap mendapat bantuan dari kerjasama dengan komunitas lingkungan di Bandung. Bantuan tersebut Plastavfall dapatkan berupa sisa makanan layak konsumsi dari hotel-hotel dalam jumlah yang tak sedikit. Namun, salah satu kendala Plastavfall pada Food Surplus ini adalah donasi makanan ‘basah’ dalam jumlah yang besar. Bea mengungkapkan, makanan basah cenderung harus segera diberikan karena rawan basi, namun keterbatasan karyawan dari Plastavfall tidak cukup mendukung untuk alokasi tersebut.
Bea berharap, program-program berlandaskan niat baik ini dapat dirasakan oleh banyak khalayak. Kedepannya Bea bersama tim Plastavfall ingin membantu sekaligus bermanfaat dengan meloloskan dan mengelola sampah lebih banyak lagi.
“Sebaik-baiknya kita tetep harus jadi orang yang berguna untuk apapun itu ya, berguna untuk diri sendiri, keluarga, ya syukur-syukur bisa berguna untuk negara dan lain-lain gitu, tapi intinya sih mungkin 8 tahun di Plastavfall, cuma pengen bikin dampak baik aja sih buat lingkungan gitu sih intinya, supaya nggak panas-panas banget lah gitu ya ke dunia ini gitu, karena ngerasain banget sekarang itu udah makin aneh (cuacanya) gitu ya, lebih dampak ke situ aja sih, intinya lebih ke arah sana (stop pemanasan global) aja.”
ADVERTISEMENT
Tim Penulis:
Devia Husna Nabilla Andiman
Ghina Nur Syifana
Malika Dwinissa Ismaya