Konten dari Pengguna

Rasa Bersalah Berlebihan: Baik atau Buruk?

Malikah Syaherbanu
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Desember 2024 18:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malikah Syaherbanu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Perasaan bersalah sering kali muncul ketika hati Nurani kita mengatakan kita telah melakukan kesalahan. Menurut Baumeister, dkk, dalam Retno Ristiasih Utami dan Martha Kurnia Asih (2016), Rasa bersalah adalah emosi introspektif dari refleksi diri dan peristiwa negatif. Misalnya ketika seseorang seharusnya sudah memiliki janji dengan temannya untuk bepergian, namun tiba-tiba ia mendapat panggilan mendesak terkait pekerjaan. Orang ini merasa bersalah karena tidak bisa menepati janjinya.
ADVERTISEMENT
Rasa bersalah dapat menjadi emosi yang positif ketika seseorang mengubah sifat dan tingkah lakunya menjadi lebih baik. Namun tidak semuanya begitu, Menurut Sulistyorini & Sabarisman dalam Amita Wardhani (2022), rasa bersalah yang berlebihan dapat mengundang gangguan psikologis, stress, hingga depresi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas jenis-jenis unhealty guilt dan bagaimana mengatasinya.
1. Jenis-jenis unhealty guilt
Dalam buku “What’s so wrong about your self healing” yang ditulis oleh Ardhi Mohammad, terdapat tiga manifestasi unhealty guilt, yaitu:
a) Unresolved Guilt
Unresolved guilt adalah perasaan bersalah yang paling umum dan paling berdamage. Perasaan bersalah ini merupakan jenis yang ketika seseorang melakukan kesalahan dan sudah dimaafkan, tetapi orang ini tetap merasa bersalah.
b) Survivor Guilt
ADVERTISEMENT
Survivor guilt adalah perasaan bersalah ketika kita telah berhasil mencapai sesuatu tapi orang lain di sekitar kita tidak dapat mencapainya. Misalnya, seseorang melamar pekerjaan di suatu tempat dengan teman dekatnya, ia diterima kerja tetapi temannya tidak. Orang ini merasa bersalah karena ia berhasil diterima sedangkan temannya tidak.
c) Separation Guilt
Separation guilt adalah perasaan bersalah ketika kita telah move on, berhasil meninggalkan orang-orang di sekitar, dan dapat melanjutkan hidup dengan baik, atau bahkan lebih baik.
2. Dampak rasa bersalah yang berlebihan
Menurut Mulyadi dalam Amita Wardhani (2022), rasa bersalah membuat seseorang menutup diri dari fakta yang ada, membuatnya menipu diri dendiri, dan memunculkan sifat agresif untuk menyelamatkan diri dari dirinya sendiri. Dampak dari rasa bersalah yang berlebihan menurut Ardhi Mohamad antara lain:
ADVERTISEMENT
a) Merusak Relationship
b) Mencegah untuk merasa yang baik-baik
c) Bisa berubah jadi rasa penyesalan mendalam
d) Luka-luka psikologis dapat menganga kembali
3. Cara mengatasi rasa bersalah berlebihan
Cara mengatasi rasa bersalah menurut Azmi (2021), sebagai berikut:
1) Memberi apresiasi terhadap usaha yang telah dilakukan
Untuk menghilangkan rasa bersalah adalah dengan menyadari dan mengapresiasi diri. Apabila hal yang dilakukan sudah yang terbaik, maka berterima kasihlah kepada diri sendiri karena sudah melakukan yang terbaik.
2) Melihat masalah dari prespektif orang lain
Ketika merasa bersalah secara berkepanjangan, penting untuk mencoba melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Melalui introspeksi diri, pertimbangkan bagaimana Anda akan merespons kesalahan jika dilakukan oleh orang lain. Mungkin saja, Anda akan lebih memahami dan merespons dengan lebih bijaksana daripada menyalahkan diri sendiri terlalu keras. Dengan memberikan rasa belas kasihan pada diri sendiri sebagaimana halnya kepada orang lain, perasaan bersalah yang berlebihan dapat diatasi.
ADVERTISEMENT
3) Melihat emosi rasa bersalah dengan lebih dalam Apabila perasaan bersalah tidak kunjung hilang
Ketika perasaan bersalah tidak kunjung hilang, kemungkinan besar perasaan tersebut terhubung dengan emosi yang lebih kompleks. Emosi tersebut bisa berupa kemarahan, perasaan terintimidasi, atau tekanan psikologis. Sebagai contoh, dalam konteks hubungan dengan seseorang yang memiliki sifat narsistik, dimana orang tersebut cenderung menyalahkan orang lain tanpa alasan yang jelas, mungkin bukan karena kesalahan individu tersebut. Akibatnya, terus menerus disalahkan dapat menyebabkan rasa cemas dan tekanan psikologis yang mendalam. Oleh karena itu, untuk mengatasi perasaan bersalah yang mungkin berasal dari emosi yang lebih dalam ini, penting untuk melakukan refleksi lebih mendalam tentang emosi yang sebenarnya ada di baliknya.
ADVERTISEMENT
4) Mengurangi berfikir negatif
Untuk mengurangi perasaan bersalah, penting untuk menerima kesalahan yang dilakukan dan berjanji untuk melakukan hal yang lebih baik di masa depan. Sambil menganggap bahwa kesalahan adalah pelajaran terbaik untuk pertumbuhan pribadi, berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.