Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Epidemi Senyap: Peradangan dan Dampaknya pada Kesehatan Global
26 Agustus 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rita Maliza, PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peradangan atau inflamasi adalah cara alami tubuh untuk melawan infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak. Namun, ketika menjadi kronis, respons ini dapat berubah menjadi musuh dalam selimut yang merusak tubuh dan menyebabkan penyakit serius seperti long-haul COVID-19, Alzheimer, dan masalah jantung
ADVERTISEMENT
Peradangan dapat diibaratkan seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, peradangan adalah bagian penting dari sistem pertahanan alami tubuh, yang membantu melawan infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak. Ketika kita terluka atau sakit, peradangan menyebabkan area yang terkena menjadi merah dan membengkak, hal ini dikarenakan sel darah putih bergegas ke lokasi untuk menghilangkan ancaman dan mempercepat penyembuhan.
Namun, peradangan dapat berbahaya jika berlangsung terlalu lama. Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh memicu peradangan bahkan ketika tidak ada cedera atau infeksi, sebagai respons terhadap racun, stres kronis, obesitas, atau gangguan autoimun. Ketika peradangan berlangsung dalam jangka panjang, kondisi ini dapat berubah dari respons penyembuhan jangka pendek menjadi kondisi kronis yang dapat merusak jaringan tubuh. Misalnya, pada penyakit rheumatoid arthritis, peradangan kronis menyebabkan kerusakan sendi yang menyakitkan dan melemahkan
ADVERTISEMENT
Peradangan tingkat rendah yang terus menerus dapat berkontribusi terhadap perkembangan banyak masalah kesehatan serius dari waktu ke waktu, termasuk penyakit jantung, depresi, Alzheimer, dan bahkan kanker. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan inflamasi yang tepat sangat penting untuk kesehatan jangka panjang dan pencegahan penyakit.
Peradangan Kronis dan Long-haul COVID-19
Long-haul COVID-19 menunjukkan kita bagaimana peradangan kronis dapat bertahan setelah infeksi awal. Banyak orang yang telah pulih dari virus ini terus mengalami gejala yang berkepanjangan, yang dikenal sebagai long-haul COVID-19. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini sering kali dikaitkan dengan peradangan yang sedang berlangsung. Misalnya, studi menunjukkan adanya peningkatan penanda peradangan pada pasien long-haul COVID-19, yang menandakan sistem kekebalan tubuh yang tetap aktif bahkan setelah virus hilang.
Ketidakpastian terkait gejala long COVID memang mengkhawatirkan, terutama karena gejala awal yang ringan dapat berkembang menjadi peradangan pasca-virus yang parah. Hal ini menekankan perlunya penelitian mendalam untuk memahami mengapa beberapa sistem kekebalan tubuh tetap aktif setelah infeksi dan bagaimana cara efektif untuk mengurangi peradangan yang berkelanjutan ini.
ADVERTISEMENT
Peran Peradangan pada Penyakit Kronis
Di luar long-haul COVID-19, peradangan dipandang sebagai faktor kunci dalam berbagai penyakit kronis. Misalnya, pada penyakit Alzheimer, peradangan saraf kronis diyakini berkontribusi terhadap perkembangan penurunan kognitif.
Pada sistem kardiovaskular, peradangan dapat mengganggu kestabilan kolesterol dalam arteri, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung. Demikian pula, pada penyakit autoimun seperti lupus, peradangan adalah faktor yang mendorong serangan sistem kekebalan tubuh terhadap jaringan tubuh sendiri.
Penelitian terbaru juga menyoroti peran peradangan dalam gangguan metabolisme. Peradangan kronis tingkat rendah sekarang dianggap sebagai mekanisme utama dalam penyakit yang berhubungan dengan obesitas, seperti diabetes tipe 2. Wawasan ini telah mendorong pengembangan pendekatan pengobatan baru yang fokus pada mengatasi peradangan, bukan hanya mengobati gejala, tetapi juga menangani akar penyebab penyakit-penyakit ini.
ADVERTISEMENT
Masa Depan Penelitian Peradangan
Meningkatnya pemahaman tentang peran peradangan dalam berbagai penyakit telah memicu lonjakan penelitian yang bertujuan menemukan pengobatan inovatif. Di garis depan upaya ini adalah terapi canggih yang dapat memodulasi respons imun, mematikan proses inflamasi ketika tidak lagi diperlukan. Hal ini termasuk pengembangan obat biologis yang menargetkan komponen spesifik dari sistem kekebalan tubuh, serta perubahan gaya hidup seperti diet dan olahraga yang telah terbukti memengaruhi jalur inflamas
Lebih lanjut, mikrobioma usus, yang memainkan peran penting dalam mengatur peradangan, kini telah muncul sebagai fokus utama penelitian lainnya. Ketidakseimbangan dalam mikrobioma telah dikaitkan dengan berbagai penyakit inflamasi, dan terapi yang bertujuan memulihkan flora usus yang sehat sedang dieksplorasi sebagai pengobatan potensial untuk berbagai kondisi, mulai dari penyakit radang usus hingga artritis reumatoid.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan Harapan
Seiring dengan semakin dalamnya pemahaman kita tentang peradangan, menjadi semakin jelas bahwa proses ini merupakan pusat dari banyak masalah kesehatan yang paling mendesak di zaman sekarang ini. Dari long-haul COVID-19 hingga Alzheimer, peran peradangan dalam penyakit tidak dapat disangkal.
Tantangannya sekarang adalah memanfaatkan pengetahuan ini untuk mengembangkan pengobatan baru yang dapat secara efektif mengelola atau bahkan mencegah efek berbahaya dari peradangan kronis.
Dengan mengatasi peradangan, kita tidak hanya dapat meningkatkan kualitas hidup jutaan orang, tetapi juga memperpanjang masa hidup yang sehat, menandai era baru dalam pengobatan yang berfokus pada akar penyebab penyakit daripada hanya gejalanya. Pembunuh senyap ini akhirnya mendapatkan perhatian yang layak, dan masa depan kedokteran mungkin bergantung pada kemampuan kita untuk mengendalikannya secara efektif.
ADVERTISEMENT