Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ozil: Simbol Kesuksesan dan Kambing Hitam Multikulturalisme di Jerman
27 Juli 2018 22:02 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Malvino Aprialdy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Multikulturalisme dalam sepak bola bukanlah hal yang baru khususnya di eropa, lihat saja anggota tim Perancis Juara Dunia 2018, mayoritasnya adalah pemain keturunan afrika. Hal yang tidak berbeda dengan Timnas Jerman, pemainnya dihuni dari berbagai pemain keturunan dari Turki, Afrika Utara, dan Eropa Timur.
ADVERTISEMENT
Keputusannya untuk pensiun dari Timnas Jerman di usia 29 tahun sebagai bentuk perlawanan dari standar ganda dan politisasi multikulturalisme oleh media Jerman dan pejabat Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) membuatnya menjadi sentral perdebatan multikulturalisme di Jerman.
Sepak Bola dan Multikulturalisme
Multikulturalisme dalam sepak bola bukanlah hal yang baru, khususnya di eropa, lihat saja anggota tim Prancis Juara Dunia 2018, mayoritasnya adalah pemain keturunan afrika. Hal yang tidak berbeda dengan Timnas Jerman, pemainnya dihuni dari berbagai pemain keturunan dari Turki, Afrika Utara, dan Eropa Timur.
Sayangnya berbagai jenis identitas etnis kebangsaan tersebut, tidak otomatis menghilangkan rasisme di sepak bola. Kenyataannya, multikulturalisme di sepak bola masih berhadapan dengan tantangan, hal yang rutin terjadi adalah teriakan-teriakan bernuansa rasialis oleh penonton di stadion.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, kasus Mesut Ozil memberikan dimensi baru terhadap tantangan multikulturalisme yang tidak hanya sebatas dalam sepak bola, melainkan menimbulkan diskusi baru terhadap identitas multikulturalisme di Jerman.
Langkah Mesut Ozil untuk pensiun dari timnas sepak bola Jerman karena isu standar ganda multikulturalisme yang bernuansa rasialis bukanlah merupakan langkah populer yang biasa diambil pesepak bola.
Keterangan Foto: Pengumuman Pengunduran Diri Mesut Ozil sumber: intagram dan twitter @mesutozil1088
Integrasi imigran Turki di Jerman
Awal dari kontroversi pengunduran diri ozil dari Timnas Jerman adalah ketika pada bulan Mei 2018 Ozil kedapatan berfoto dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di London. Foto tersebut menjadi kontroversi di dalam negeri Jerman, juru bicara Pemerintah Jerman Steffen Seibert menyatakan bahwa foto tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat Jerman, Presiden Asosial sepak bola Jerman (DFB) Reinhard Grindel menyatakan kecaman terhadap foto tersebut.
ADVERTISEMENT
Desakan lebih keras datang dari media-media sayap kanan dan Partai AfP (aliran neo nazi) yang mengutuk keras tindakan ozil dan mendesak pemecatan Ozil dari Timnas Jerman.
Keterangan Foto: Ozil dan Presiden Turki Erdogan sumber: AP
Kecaman tidak berhenti di situ, kegagalan Jerman di Piala Dunia 2018 pun disangkutpautkan dengan peristiwa pertemuan Ozil dengan Presiden Erdogan.
Reaksi keras dari dalam negeri Jerman ini tidak lepas dari potret Presiden Erdogan di Jerman yang dianggap sebagai otoriter dan antidemokrasi. Hubungan Diplomatik Jerman dan Turki memang terus mengalami pasang surut, kenyataan bahwa terdapat lebih dari 3 juta imigran Turki bermukim di Jerman tidak serta merta memperlihatkan hubungan yang stabil antara Turki dan Jerman.
Berdasarkan studi tahun 2017 dari the Brooking Institution yang berjudul ‘Germany and Turkey: The unavoidable partnership’, menyatakan opini umum masyarakat Jerman terhadap Turki adalah negatif, bahkan 75 persen masyarakat Jerman menghendaki Jerman tidak mendukung sama sekali proses aksesi Turki menjadi anggota Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Persepsi negatif masyarakat Jerman terhadap Turki juga sedikit banyak memiliki dampak terhadap proses integrasi imigran Turki di Jerman yang sudah berjalan puluhan tahun. Sudah merupakan rahasia umum, dibalik kebanggaan masyarakat jerman terhadap nilai multikulturalisme, banyak imigran Turki di Jerman masih meraksakan perlakukan sebagai ‘masyarakat kelas dua’.
Ozil dan Tantangan Multikulturalisme Jerman
Pengunduran diri Ozil dari Timnas Jerman merupakan sedikit dari kepingan berbagai tantangan multikulturalisme di Jerman. Kepingan ini menjadi penting karena posisi Ozil yang merupakan public figure, tentunya masih perlu dilihat bagaimana kejadian ini dapat berdampak pada proses panjang integrasi imigran Turki di Jerman.
Keterangan Foto: Keturunan Turki di Jerman Sumber: AFP
ADVERTISEMENT
Pernyataan Ozil “I am German when we win, but I am an immigrant when we lose.” tentunnya merupakan refleksi pribadi dari peristiwa yang dialaminya, akan tetapi hal tersebut dapat menjadi cerminan bahwa identitas multikulturalisme yang dijunjung Jerman juga masih memiliki jalan terjal.
Sejenak bila menengok ke belakang pada tahun 2010 Ozil dianugerahi Integration Prize oleh Hubert Burda Media karena dianggap sebagai potret keberhasilan integrasi di Jerman. Tentunya pernyataannya bahwa ada standar ganda di dalam tubuh multikulturalisme di Jerman tidak dapat dianggap enteng. Setidaknya saat ini Ozil menunjukkan bahwa ketepatan akurasinya tidak hanya di lapangan hijau, kali ini akurasi kata-katanya tepat menghantam jantung multikulturalisme Jerman.
Pada tahun 2014 kemenangan Jerman sebagai juara Piala Dunia menempatkan Mesut Ozil sebagai contoh sukses dari multikulturalisme, menjadi ironis saat ini Ozil merupakan ‘kambing hitam’ dari multikulturalisme di Jerman. Kemana arah proses multikulturalisme? waktu yang akan menjawab.
ADVERTISEMENT