Anak Terlambat Imunisasi, Apa yang Harus Dilakukan?

Konten dari Pengguna
23 September 2021 6:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mama Rempong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak 5 tahun terlambat imunisasi. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak 5 tahun terlambat imunisasi. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
Semalam, salah satu tetangga Mama mencurahkan kegelisahannya karena sang anak terlambat imunisasi. Di usianya yang sudah memasuki usia 4 bulan, bayinya belum pernah mendapatkan imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT).
ADVERTISEMENT
Padahal, sesuai urutan yang dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), di usia 4 bulan, sebaiknya anak telah diberi hingga 3 kali dosis vaksin DPT.
Untuk menenangkan kegelisahan dia, Mama segera membagikan artikel dari laman resmi IDAI yang menjelaskan langkah dalam menangani anak terlambat imunisasi berdasarkan masing-masing jenis imunisasinya.
Agar informasi tersebut meluas manfaatnya, Mama juga akan membagikannya di sini. Barang kali, ada beberapa pembaca setia Mama yang sedang menghadapi masalah serupa.
Yuk, simak penjelasannya di bawah ini, ya!

Apa yang Harus Dilakukan Bila Anak Terlambat Imunisasi?

Ilustrasi suntikan imunisasi anak. Foto: Freepik
1. Hepatitis B
Untuk melindungi si kecil dari serangan virus Hepatitis B, para orang tua dianjurkan membawa mereka untuk diberikan imunisasi Hepatitis B sedini mungkin. Waktu terbaik yang disarankan oleh IDAI adalah kurang dari 12 jam setelah bayi dilahirkan.
ADVERTISEMENT
Namun, bila bayi kita belum sempat mendapatkan imunisasi Hepatitis B, ia bisa mendapatkannya kapan saja saat mengunjungi lokasi penyedia layanan imunisasi anak.
2. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
Meskipun hanya berlaku di negara endemis, penyebaran penyakit Tuberkulosis atau TBC di Indonesia yang masih terbilang tinggi menyebabkan imunisasi BCG diperlukan untuk bayi ya, Ma.
Imunisasi ini hanya bisa diberikan saat anak berusia 2—3 bulan. Untuk imunisasi booster (penyokong) justru enggak dianjurkan.
3. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Bila anak terlambat diberi imunisasi yang mencegah serangan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus ini, menurut IDAI tidak perlu mengulang dari awal.
Ilustrasi akibat anak terlambat diimunisasi. Foto: Freepik
Lebih baik, kamu melanjutkan saja urutannya sesuai usia anak saat ini. Contohnya, jika dia sudah berusia 4 bulan, seperti anak tetangga Mama itu, kalian bisa langsung melanjutkan dosis DPT yang ketiga.
ADVERTISEMENT
4. Polio
Sama seperti imunisasi DPT, apabila imunisasi polio terlambat diberikan kepada anak, jangan mengulang dari awal ya, Ma. Lanjutkan saja sesuai dengan urutan yang telah dianjurkan oleh IDAI.
5. Campak
Imunisasi campak atau MR yang terlambat diberikan kepada si kecil berusia 9—12 bulan bisa digantikan pemberiannya kapan pun saat mengunjungi layanan penyedia imunisasi anak nih, Ma. Tapi, bila usia mereka sudah di atas 1 tahun, langsung saja berikan imunisasi MMR.
6. MMR
Apa itu imunisasi MMR? Imunisasi ini adalah kombinasi pencegahan 3 penyakit sekaligus, yaitu Mumps (gondongan), Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman).
Anak kita dianjurkan untuk mendapatkan 2 dosis imunisasi MMR dimulai saat usia mereka 15—18 bulan. Namun bila terlambat, khususnya anak belum memperoleh imunisasi ulangan (booster) hingga usia 6 tahun, imunisasi ini bisa diberikan kapan saja.
Ilustrasi anak terlambat diberi imunisasi hingga mudah sakit. Foto: Freepik
7. Hib
ADVERTISEMENT
Imunisasi Hib hanya diberikan pada anak mulai dari usia 2, 4, dan 6 bulan, lalu diulang pada usia 18 bulan ya, Ma. Akan tetapi, bila anak kita terlambat diberikan imunisasi Hib hingga mereka berusia 1—5 tahun, imunisasi hanya diperbolehkan diberikan sebanyak 1 dosis.
Namun, jika di atas usia 5 tahun, imunisasi Hib sudah enggak perlu diberikan lagi karena penyakit Hib atau Haemophilus Influenzae type B hanya menyerang anak berusia di bawah 5 tahun.
8. Pneumokokus (PCV)
Untuk imunisasi PCV, pemberiannya harus sesuai rentang usia anak ya, Ma. Di antaranya sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
9. Rotavirus
Kalau bayi kita belum diberi imunisasi Rotavirus yang mencegah infeksi diare lebih dari usia 6—8 bulan, IDAI melarang untuk melakukan imunisasi susulan karena belum ada studi keamanannya ya, Ma.
Ilustrasi anak mendapatkan imunisasi susulan. Foto: Freepik
10. Influenza
Sama seperti imunisasi PCV, dosis imunisasi Influenza juga disesuaikan rentang usia anak. Berapa saja itu?
11. Varisela
Apabila si kecil terlambat diberi imunisasi Varisela, jangan khawatir, Ma. Kita bisa kok membawa anak untuk mendapatkan imunisasi satu ini kapan saja, bahkan sampai mereka dewasa sekali pun.
ADVERTISEMENT
12. Hepatitis A dan Tifoid
Kedua imunisasi ini diberikan pada anak usia di atas 2 tahun. Jadi, walaupun terlambat tetap bisa dilakukan selama mereka berada di usia lebih dari 2 tahun.
Untuk penjelasan detailnya, imunisasi Hepatitis A diberikan sebanyak 2 dosis dari usia di atas 2 tahun dengan interval dari satu dosis ke dosis selanjutnya selama 6—12 bulan.
Ilustrasi cairan vaksin untuk diberikan saat imunisasi. Foto: Freepik
Sementara itu, imunisasi Tifoid diberikan di atas usia 2 tahun, dengan dosis ulangan setiap 3 tahun berikutnya.
13. Japanese Encephalitis
Vaksin Japanese Encephalitis hanya diberikan pada anak yang tinggal di daerah endemis atau mereka yang akan mengunjungi daerah endemis dalam rentang usia 9 bulan sampai 15 tahun.
Selama keterlambatan masih dalam rentang usia tersebut, kita tetap bisa memberikan anak imunisasi ini. Untuk perlindungan jangka panjang, dapat diberikan imunisasi booster pada 1—2 tahun berikutnya.
ADVERTISEMENT
Semoga semua informasi di atas bermanfaat bagi kita semua ya, Ma. Yuk, kita tingkatkan perhatian dan kecermatan dalam memastikan anak diimunisasi pada waktu yang tepat untuk melindungi tubuhnya secara maksimal dari segala ancaman penyakit yang ada!
(TMA)