Eklampsia pada Ibu Hamil, Apa Maksudnya Ya?

Konten dari Pengguna
6 Juli 2022 17:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mama Rempong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Eklampsia pada Ibu Hamil (Sumber: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Eklampsia pada Ibu Hamil (Sumber: Unsplash)
ADVERTISEMENT
Apakah Mama-Mama pernah mendengar eklampsia pada ibu hamil? Kalau istilah preeklampsia mungkin sudah familiar, ya. Tapi bagaimana dengan eklampsia ini?
ADVERTISEMENT
Hal ini juga sempat Mama bahas sama seorang sahabat Mama yang baru saja hamil beberapa minggu. Biarpun kehamilannya masih hitungan minggu, tapi sahabat Mama ini sudah mulai mencari tahu berbagai hal penting soal kehamilan. Termasuk komplikasi yang bisa terjadi saat hamil.
Ketika hamil, memang akan banyak perubahan yang terjadi pada tubuh Mama-Mama. Hal ini merupakan kondisi yang normal karena adanya lonjakan hormon.
Meski begitu, kamu tetap perlu berhati-hati dalam menjaga kondisi fisikmu. Sebab, apa pun yang terjadi pada Mama-Mama selama hamil, tentunya bakal berpengaruh pada tumbuh kembang janin.
Salah satu yang paling dikhawatirkan oleh Mama-Mama yang sedang hamil adalah melonjaknya tekanan darah saat hamil. Tekanan darah tinggi saat hamil ini dapat mengakibatkan preeklampsia.
ADVERTISEMENT
Ternyata, masih banyak Mama-Mama yang menyamakan kondisi preeklampsia dengan eklampsia. Padahal keduanya merupakan situasi yang berbeda.
Lantas, apa sih eklampsia pada ibu hamil? Bagaimana juga gejalanya? Berikut adalah penjelasannya yang telah Mama rangkum dari berbagai sumber. Simak di sini ya!

Eklampsia pada Ibu Hamil

Ilustrasi Eklampsia pada Ibu Hamil (Sumber: Unsplash)
Melansir laman WebMD, eklampsia sesungguhnya merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia. Eklampsia merupakan kondisi yang awalnya disebabkan oleh darah tinggi, hingga dikhawatirkan bisa membuat bumil mengalami kejang pada masa kehamilan.
Perlu kamu ketahui, eklampsia sebenarnya sesuatu yang langka terjadi. Menurut laman resmi Mayo Clinic, kondisi ini dapat menyerang sekitar 1 dari setiap bumil yang sebelumnya mengalami preeklampsia. Eklampsia juga terbilang kondisi yang serius dan enggak boleh diabaikan.
ADVERTISEMENT
Umumnya kasus eklampsia terjadi pada saat masa akhir kehamilan. Lalu rata-rata kasusnya terjadi pada saat kehamilan yang pertama kali.
Kenapa eklampsia ini bisa dibilang kondisi yang cukup berbahaya? Soalnya kejang yang terjadi akibat tekanan darah tinggi dan berakhir dengan eklampsia, nantinya dapat berpengaruh pada plasenta.
Seperti yang kamu ketahui, fungsi plasenta sendiri amat penting bagi bayi di dalam kandungan. Plasenta mempunyai fungsi mengantarkan oksigen pada darah dan menyalurkan nutrisi untuk janin.
Ketika terjadi tekanan darah tinggi, aliran darah otomatis akan berkurang sehingga plasenta tidak bisa berfungsi dengan baik.
Ilustrasi Eklampsia pada Ibu Hamil (Sumber: Unsplash)
Kalau dibiarkan, masalah pada plasenta dapat mengakibatkan bayi lahir prematur. Bahkan pada kasus yang langka, eklampsia pun bisa menyebabkan stillbirth atau kematian pada bayi.
ADVERTISEMENT
Sebelum mengalami eklampsia, awalnya bumil akan mengalami preeklampsia terlebih dahulu. Preeklampsia sendiri umumnya ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi serta munculnya protein dalam urine.
Beberapa gejala preeklampsia yang bisa dikenali adalah mual, muntah, sakit kepala, hingga nyeri otot. Di tahap yang sudah parah, Mama-Mama mungkin bakal mengalami kejang, sesak napas, gangguan pada pencernaan, gelisah, hingga penurunan kesadaran bahkan koma.
Bagi Mama-Mama yang mengalami kondisi preeklampsia, dokter biasanya akan merekomendasikan persalinan secara caesar. Sebab, ibu hamil tidak memungkinkan mengejan ketika mengalami tekanan darah tinggi.
Sebelum operasi caesar dilakukan, dokter bakal memberikan obat-obatan guna mengatasi gejala preeklampsia serta menstabilkan kondisi bumil serta bayi dalam kandungan.
Itulah dia penjelasan eklampsia pada ibu hamil. Semoga informasi ini bisa membantumu ya, Ma!
ADVERTISEMENT
(AN)