Kisah Nabi Ismail, Sejarah Hari Raya Idul Adha

Konten dari Pengguna
20 Juli 2021 9:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mama Rempong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kisah Nabi Ismail. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Nabi Ismail. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Menyambut Idul Adha, kisah Nabi Ismail dan sang ayah yaitu Nabi Ibrahim menjadi kisah istimewa di balik perayaan hari besar Islam yang satu itu. Kamu pastinya sudah pernah dengar kan kisah tentang Nabi Ismail yang kelahirannya dinantikan banget oleh Nabi Ibrahim?
ADVERTISEMENT
Di saat usia senja, Nabi Ibrahim masih terus menantikan kehadiran seorang buah hati. Bahkan, penantian itu juga dituliskan di dalam Al-Qur’an melalui doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim. Doa itu juga disarankan nih dibaca oleh kamu yang ingin memiliki keturunan.
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Rabbi hab li minaṣ-ṣaaliḥin.”
Artinya: Ya Tuhanku, anugerakanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang saleh (Q.S. As-Saffat ayat 100)
Untuk kembali memperjelas ingatan tentang kisah Nabi Ismail beserta ayahnya Nabi Ibrahim, Mama akan menuliskan kisah selengakpnya di bawah ini, ya.

Kisah Nabi Ismail Diperintahkan oleh Allah SWT untuk Disembelih

Ilustrasi Gurun Pasir Arab. Foto: Pixabay
Menetap di negeri Kan’an, Nabi Ibrahim AS membangun rumah tangga bersama Siti Sarah. Namun, bertahun-tahun mereka menikah, Nabi Ibrahim tidak kunjung mendapatkan keturunan.
ADVERTISEMENT
Mengetahui kerisauan itu, Sarah yang menyadari kemandulan pada dirinya memohon agar Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar. Dari pernikahan itulah, Allah SWT menganugerahkan seorang keturunan yang saleh, yaitu Nabi Ismail a.s.
Ketika Nabi Ismail beranjak remaja, pada suatu hari, Nabi Ibrahim bermimpi Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih anaknya, yaitu Ismail. Karena meyakini bahwa mimpi tersebut adalah perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim pun bergegas mengisahkan ulang mimpinya kepada sang anak.
Ilustrasi Malam Hari. Foto: Pixabay
Ia membesarkan hati untuk lebih memilih menjalankan perintah Allah SWT, meskipun Nabi Ismail adalah anak yang sangat disayangnya dan ditunggu-tunggu kehadirannya. Peristiwa itu dimuat di dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Al-Qur'an Foto: Pixabay
Dengan keikhlasan serupa sang ayah, Nabi Ismail menyetujui apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim. Di saat keduanya telah ikhlas dan benar-benar menyerahkan diri kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim membaringkan Nabi Ismail yang akan segera ia kurbankan.
Namun atas izin Allah SWT, kesabaran serta keikhlasan dua orang hamba yang saleh itu ia balas dengan mukjizat yang luar biasa. Allah SWT mengutus malaikat untuk membawa domba dari surga sebagai pengganti Nabi Ismail yang hendak disembelih.
ADVERTISEMENT
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Peristiwa besar itulah yang menjadi hikmah dimunculkannya ibadah kurban yang jatuh pada setiap kali hari raya Iduladha.
***
Ilustrasi Kambing Kurban. Foto: Pixabay
Bagaimana? Sudah ingat lagi kan dengan kisah Nabi Ismail yang rela dan ikhlas disembelih oleh ayahnya sendiri?
Dari kisah di atas, kita juga dapat mengambil pelajaran tentang tingginya keimanan Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim sehingga keduanya rela mengorbankan hal yang disayanginya untuk menunaikan perintah Allah SWT.
Semoga, perlahan kita juga bisa meningkatkan keimanan kita ya. Selamat merayakan Iduladha!
(TMA)