Konten dari Pengguna

Inilah Rahasia Kepribadian Cak Imin Yang Belum Terungkap

Priyo Pamungkas
Saya seorang Penulis yang biasa menulis tentang politik, Startup dan bisnis
3 April 2018 16:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Priyo Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Inilah Rahasia Kepribadian Cak Imin Yang Belum Terungkap
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Oleh : Yanuar Prihatin
Cak Imin. Sekali lagi, Cak Imin nama popular dari Abdul Muhaimin Iskandar. Sekarang, nama ini sedang menjadi trend pembicaraan bahkan perdebatan di lingkungan politik elit. Namanya sering disebut sebagai salah satu calon wakil presiden untuk pilpres 2019, mendampingi Jokowi. Perlahan tapi pasti namanya terus bergulir di banyak kalangan, bahkan hingga ke akar rumput.
ADVERTISEMENT
Apa yang menarik dari sosok politisi muda ini? Apa keunggulannya sehingga dia berani menjadi cawapres? Bagaimana nasib pencalonannya dalam pilpres besok?
Seorang tokoh umumnya dilihat dari sudut pandang yang terbelah ke dalam dua kubu. Di satu sisi ada orang yang melihatnya dengan pikiran negatif melulu. Mindsetnya hanya berisi kekurangan, kejelekan dan keterbatasan dari sang tokoh. Kadang bercampur rasa tidak suka, sinisme bahkan antipati. Kubu yang satunya juga tenggelam dalam subyektivitas yang berlebihan. Sang tokoh dianggap wujud yang paling sempurna tanpa celah kekurangan.
Bagaimana kita membaca Cak Imin? Lebih baik membaca tokoh yang satu ini “apa adanya”, tidak dilebih-lebihkan dan juga tidak dikurang-kurangkan. Dan inilah hal-hal menarik pada diri Cak Imin: humoris, komunikatif, insting politik tajam, fleksibel, adaptif, yakin diri, pekerja keras dan manajer.
ADVERTISEMENT
Pemahaman ini diperoleh dari pengamatan dan interaksi langsung dengan Cak Imin. Kebetulan saya termasuk salah satu orang yang punya kesempatan untuk membaca Cak Imin dari jarak sangat dekat. Yuk kita lihat sisi individualitas Cak Imin itu.
HUMORIS
Salah satu kelebihan sosok yang satu ini adalah selera humornya yang tinggi. Dalam setiap kesempatan, hampir pasti dia selalu mengeluarkan ucapan yang mengundang tawa. Dari mulai joke yang ringan hingga yang sensitif, dari isu yang sepele sampai isu yang berat. Baginya, soal apapun selalu ada celah untuk dijadikan bahan humor yang segar, orisinil dan kadang mengagetkan. Sifat humoris ini juga yang mungkin membuat dirinya selalu tampak ceria, segar dan “tidak angker.”
Adakah tokoh politik lainnya yang kuat sense of humornya? Saya sendiri termasuk orang yang menikmati saat Cak Imin tampil pidato, saya menunggu joke yang terbaru. Ini mengingatkan saya pada sosok Gus Dur. Pada saat Gus Dur ceramah, salah satu favorit saya adalah menanti kisah lucu yang dilontarkan Gus Dur. Seorang pelawak terkenal berkelakar, jobnya sebagai pelawak berkurang setelah Gus Dur juga tampil sebagai “pelawak” di banyak forum… He he he.
ADVERTISEMENT
Apakah cocok seorang “humoris” jadi calon wakil presiden? Inilah jawabannya. Banyak yang belum tahu, humor sebenarnya bukti kecerdasan yang dimiliki seseorang. Kemampuan humor menunjukkan bahwa dirinya telah mampu melampaui sejumlah kesulitan dalam dirinya dan sekelilingnya. Melihat sesuatu yang rumit dan berat dengan cara yang cerdas. Bahkan dengan humor, mengkritik orang pun bisa lebih bebas tanpa ketersinggungan bagi orang yang dikritiknya. Jiwa humoris adalah sisi lain dari sosok pribadi yang jujur, sabar, pekerja keras dan peduli kepada sesama.
Menurut psikolog Doris Bergen, biasanya seseorang yang memiliki selera humor tinggi akan tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan mampu mengatasi berbagai kesulitan yang sedang menimpa dirinya. Semakin tinggi selera humor seseorang, maka sebenarnya dia semakin cerdas.
ADVERTISEMENT
Tidak salah jika kecerdasan humor (HQ-humor quetiont) menjadi salah satu syarat yang perlu dipertimbangkan untuk menjadi capres/cawapres… he he he. Untuk diingat bersama, HQ adalah personifikasi kemampuan otak kanan. Otak kanan adalah gudangnya kreativitas, imajinasi, daya cipta, memproduksi gagasan dan konsep besar, futuristik dan lateral.
Dengan sosok semacam itu, apakah Cak Imin cocok menjadi cawapres? Silahkan jawab sendiri masing-masing. Tapi kita sudah paham rumusnya, seorang pemimpin nasional haruslah individu yang kuat cara berpikir otak kanannya, bukan otak kirinya.
Dari selera humor inilah, kita pun bisa dengan mudah memahami sisi lainnya dari kepribadian seorang Cak Imin yang berikutnya.
KOMUNIKATIF-TERBUKA
Kelebihan lain Cak Imin adalah kemampuan komunikasi pribadinya, baik dengan sesama elit politik maupun di internal organisasi dan komunitasnya. Individu yang punya selera humor umumnya memang punya kemampuan komunikasi yang bagus dan terbuka. Boleh dibilang, sangat jarang seorang Ketua Umum partai dengan mudah bisa dijumpai oleh siapapun.
ADVERTISEMENT
Inilah kelebihan Cak Imin. Dia membuka diri untuk berbicara, bertemu dan berkomunikasi dengan siapa saja, dalam urusan apapun. Di kantornya, dia tak pernah sepi untuk menerima tamu dari berbagai kalangan dan golongan: tokoh agama, tokoh politik, tokoh adat, pimpinan perguruan tinggi, dosen, guru, petani, nelayan, pejabat pemerintah, kiai, ulama, kaum muda, pegusaha, duta besar, dan seterusnya. Bahkan office boy, pegawai kantor, ibu rumah tangga dan tukang ojek sekalipun masih mau dilayani oleh seorang Cak Imin langsung. Spektrum komunikasinya sangat luas dan beragam.
Satu hal lagi. Cak Imin adalah pemimpin partai yang masih mau melayani komunikasi langsung melalui handphone pribadinya, dengan siapapun. Adakah ketua umum partai yang mau membalas sms seorang tukang ojek online atau staf rendahan di kantornya?
ADVERTISEMENT
Intensitas dan keragaman komunikasi semacam ini tentu memberikan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga bagi diri seorang Cak Imin. Dia bisa mendengar langsung seluruh persoalan, harapan, kebutuhan dan ide-ide yang berkembang dari berbagai latar belakang. Politisi muda ini akhirnya tumbuh bersama beragam aspirasi di sekelilingnya.
Dengan sosok semacam itu, apakah Cak Imin cocok menjadi cawapres? Rumusnya sudah jelas. Seorang pemimpin nasional wajib memiliki kemampuan dan pengalaman komunikasi yang sudah teruji. Pemimpin nasional tidak diciptakan hanya untuk melayani komunikasi hanya satu golongan, kelompok atau ideologi tertentu saja.
Saya tidak tahu, apakah Jokowi membutuhkan type pasangan dengan kemampuan komunikasi semacam ini. Dari sudut pandang ini, Jokowi bisa membuat perbandingan sendiri antara Cak Imin dengan tokoh lainnya. Yang pasti, Indonesia butuh pemimpin yang komunikatif dan terbuka.
ADVERTISEMENT
YAKIN DIRI DAN PEKERJA KERAS
Apakah Cak Imin seorang pekerja keras dengan tingkat keyakinan diri yang sangat kuat? Mari kita uji. Saat ini bertemu Cak Imin sebenarnya mudah, hanya atur waktunya yang agak sulit. Kenapa? Kegiatan dan kesibukan Cak Imin tergolong luar biasa. Dalam satu hari, dia bisa menghadiri berbagai acara, di lokasi bahkan kota yang berbeda. Dan ini menjadi semacam rutinitas harian yang tak terbendung.
Berpindah dari satu titik acara ke titik acara berikutnya, dari satu kota ke kota lainnya, dari satu bandara ke bandara lainnya, dari satu komunitas ke komunitas lainnya, dari undangan yang satu ke undangan yang lainnya. Semua aktivitas ini memerlukan stamina dan ketahanan fisik yang prima. Bahkan dalam kondisi tubuh yang kurang fit, kerapkali Cak Imin tetap memaksakan diri menghadiri sejumlah acara yang sudah diagendakan. Belum lagi, agenda kegiatan internal yang berkaitan dengan konsolidasi partai di berbagai kabupaten/kota.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kita menjelaskan situasi itu? Sederhana saja. Seluruh rutinitas yang sangat melelahkan itu, dan bahkan melebihi kesibukan seorang menteri sekalipun, hanya bisa dilakukan oleh seorang individu yang memiliki mental pekerja keras dan rasa percaya diri yang kuat. Bisa saja Cak Imin memilih untuk berdiam diri di rumah atau di kantornya jika sekedar untuk komunikasi atau tatap muka. Toh, dia seorang ketua umum partai yang bisa menempatkan dirinya seperti bos. Namun ternyata Cak Imin lebih memilih untuk menempuh perjalanan kegiatan yang tidak biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. Melalui sejumlah aktivitas ini, Cak Imin sedang berusaha melampaui stigma bahwa ketua umum partai cenderung duduk “di menara gading.”
Dengan type kepribadian semacam itu, apakah Cak Imin cocok menjadi cawapres? Indonesia ke depan sangat membutuhkan pemimpin nasional yang mau bekerja sungguh-sungguh, bekerja sangat keras melebihi siapapun, dan memiliki keyakinan diri yang powerfull. Bayangkan, seperti apa wajah Indonesia jika para pemimpinnya hanya duduk-duduk manis di kursi jabatannya, melihat Indonesia hanya dari jendela kantornya.
ADVERTISEMENT
PEMIMPIN-MANAJER
Manajer adalah seorang yang memiliki kemampuan manajemen, mengelola organisasinya, membangun tim work, menentukan target dan mengoptimalkan seluruh seumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal memimpin partai, sebagai contoh, kondisi internal PKB saat ini sudah jauh berbeda dengan periode sebelumnya. Saya melihat dan merasakan situasi ini dalam jarak yang sangat dekat.
Tugas-tugas partai terdistribusi, pendelegasian wewenang terjadi dalam banyak urusan, staf-staf administrasi bekerja secara optimum. Cak Imin adalah tipe pemimpin partai yang secara sukarela membagi tugas-tugas penting kepada sejumlah orang atau tim. Tidak seluruhnya terkonsentrasi pada dirinya. Dalam hal-hal tertentu, dia tetap memegang kendali. Namun dalam hal lainnya, keputusan bisa diambil tanpa harus tergantung pada “restu” Cak Imin.
ADVERTISEMENT
Suasana kerja di kantor partai jauh lebih kondusif karena banyak hal terus ditata mengikuti kaidah-kaidah manajerial. Bahkan staf-staf kantor di PKB umumnya tetap masih bekerja hingga larut malam. Ini pertanda bahwa aktivitas partai ini hidup, tumbuh, dinamis dan bergairah.
Pola semacam ini juga memungkinkan munculnya dan tumbuhnya generasi-generasi baru para pemimpin di sekeliling Cak Imin. Ini semacam proses kaderisasi yang berlangsung alamiah namun terpola. Cak Imin sedang berjuang bukan memelihara kelas pengikut, tapi menciptakan kelas pemimpin muda yang dia butuhkan untuk mengembangkan partai, dan selanjutnya membangun Indonesia.
Cak Imin tumbuh di dalam partai bukan karena dia memegang hak istimewa sebagai “putera mahkota” sebagaimana dimiliki oleh beberapa tokoh politik di partai lain. Tapi dia tumbuh karena kerja kerasnya, kemampuan manajerialnya dan gaya kepemimpinannya yang adaptif, fleksibel, mandiri dan terbuka. Dia sudah terbiasa membangun sesuatu dari titik paling bawah dengan sumber daya yang minim di sekelilingnya. Latar belakangnya sebagai aktivis pergerakan, memungkinkan dia memiliki pengalaman kepemimpinan yang tidak dimiliki oleh kelas “putra mahkota.”
ADVERTISEMENT
Sosok pemimpin-manajer seperti itu, apakah menjadikan Cak Imin cocok sebagai cawapres? Dan apakah juga cocok sebagai pendamping Jokowi? Silahkan dijawab masing-masing saja. Namun rumusnya sudah jelas. Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan manajerial yang teruji.
INSTING POLITIK TAJAM
Inilah kelebihan Cak Imin yang tidak dimiliki oleh kebanyakan politisi di tanah air. Sudah banyak fakta yang membuktikan hal ini. Ini beberapa contoh saja. Pertama, dia bisa keluar lubang jarum yang sangat sempit ketika berkonflik dengan Gus Dur di internal PKB. Meskipun dia mengaku sangat stres berseteru dengan Gus Dur, namun kepiawaiannya memahami peta politik secara keseluruhan telah membuat dia tetap bertahan secara mengagumkan di dalam PKB. Dia bisa memegang otoritas sebagai pemimpin PKB yang sah untuk mengikuti pemilu 2009.
ADVERTISEMENT
Kedua, perhitungan Cak Imin untuk tetap bersama Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pilpres 2009 terbukti tidak meleset. SBY tampil sebagai pemenang pilpres, dan kontribusi Cak Imin tidaklah kecil. Karena ulahnya ini, Megawati sering berkelakar bahwa Cak Imin adalah anak yang hilang karena bergabung dengan SBY, bukan Megawati.
Ketiga, koalisi PKB dengan PDIP pada pilpres 2014 untuk mengusung Jokowi sebagai calon presiden juga bagian penting dari tajamnya insting politik Cak Imin. Saat itu, bisa saja PKB mendukung Prabowo. Namun pilihannya jatuh kepada Jokowi tentu dengan pertimbangan yang matang. Terbukti pilihan Cak Imin tidak meleset. Jokowi tampil sebagai pemenang. Cak Imin dan PKB sebagai partai pendukung menjadi bagian dari pemerintahan.
Bagaimana ketajaman insting politik Cak Imin untuk pilpres 2019? Masih ada waktu beberapa bulan untuk melihat manuver Cak Imin yang memang asyik ditonton itu. Dalam beberapa kesempatan, Cak Imin dan juga tokoh PKB lainnya tetap menyatakan bahwa Jokowi adalah yang terbaik untuk didampingi Cak Imin. Bagaimana hasilnya?
ADVERTISEMENT
Beberapa fakta sebelumnya mungkin bisa menjadi pertimbangan serius. Dalam urusan yang kritis dan menentukan, pilihan Cak Imin acapkali tepat. Artinya, dia memiliki naluri politik yang membuatnya selalu berada di jalur para pemenang. Jadi wajar jika ada yang berkata, jika ingin memperbesar peluang kemenangan dalam pilpres, posisi Cak Imin bisa menjadi penentu untuk capres manapun. Karena insting politik tokoh muda yang satu ini memang tajam. (Amk)