news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Korupsi dan Pengaruhnya dalam Pembangunan Bangsa

Mambaul Khoiriyah
Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surabaya
16 Maret 2025 2:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mambaul Khoiriyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar.1 https://www.pexels.com/id-id/foto/kotor-dekil-kumuh-cemar-5909797/
zoom-in-whitePerbesar
Gambar.1 https://www.pexels.com/id-id/foto/kotor-dekil-kumuh-cemar-5909797/
ADVERTISEMENT
Bayangkan sebuah pohon yang seharusnya tumbuh subur, namun terus-menerus dimakan rayap dari dalam. Itulah gambaran negara yang digerogoti korupsi. Uang rakyat yang seharusnya membangun jalan, sekolah, dan rumah sakit malah masuk ke kantong pribadi para pejabat serakah. Akibatnya? Pembangunan pun tersendat, dan rakyat yang menanggung bebannya.
ADVERTISEMENT
Korupsi bagaikan penyakit menular yang merusak semua aspek kehidupan berbangsa. Mari kita lihat bagaimana korupsi menghambat kemajuan negara kita.
Pertama, korupsi mencuri uang pembangunan. Ketika dana proyek jalan dikorupsi, hasilnya jalan berlubang yang cepat rusak. Ketika anggaran sekolah disunat, murid-murid belajar di ruangan sempit dengan fasilitas minim. Dan ketika dana kesehatan digelapkan, pasien miskin harus antri berjam-jam untuk mendapat pelayanan seadanya. Uang triliunan yang seharusnya menyejahterakan rakyat malah mengalir ke rekening pribadi segelintir orang.
Kedua, korupsi mengusir investor. Pengusaha asing enggan menanam modal di negeri yang penuh pungli dan suap. Mereka takut biaya tak terduga dan aturan main yang tidak jelas. Akibatnya, lapangan kerja yang seharusnya tercipta pun lenyap. Anak-anak muda kita yang seharusnya mendapat pekerjaan layak terpaksa menganggur atau bekerja seadanya.
ADVERTISEMENT
"Kalau mau urusan cepat, ya harus pakai uang pelicin." Kalimat ini sering kita dengar saat berurusan dengan pelayanan publik. Inilah wajah birokrasi yang rusak oleh korupsi. Orang miskin yang tak mampu membayar suap harus antri lebih lama dan mendapat pelayanan seadanya. Sementara mereka yang punya uang bisa menerobos antrean dan mendapat kemudahan. Apakah ini adil?
Yang lebih menyedihkan, korupsi meracuni moral bangsa. Anak-anak kita tumbuh dengan menyaksikan para koruptor hidup mewah dan dihormati masyarakat. Pesan yang tertanam dalam benak mereka: "Jalan pintas adalah cara terbaik meraih kesuksesan." Nilai kejujuran dan kerja keras pun terkikis pelan-pelan. Generasi muda kita kehilangan panutan dan teladan integritas.
Korupsi juga membuat hukum bisa dibeli. Kasus-kasus besar sering menguap begitu saja karena "ada main" di belakang. Orang kaya bisa lolos dari jeratan hukum, sementara pencuri ayam dihukum berat. Ketidakadilan ini memupuk rasa frustrasi dan ketidakpercayaan masyarakat pada sistem hukum.
ADVERTISEMENT
Dalam politik, korupsi melahirkan pemimpin berkualitas rendah. Politik uang membuat kandidat terbaik kalah oleh mereka yang punya dana besar untuk "membeli" suara. Setelah terpilih, prioritas mereka adalah mengembalikan "modal" kampanye, bukan melayani rakyat. Pantas saja banyak janji kampanye yang tak pernah terwujud!
Lalu, bagaimana mengobati penyakit korupsi ini? Pertama, hukuman berat bagi koruptor tanpa pandang bulu. Kedua, transparansi dalam semua urusan pemerintahan, rakyat berhak tahu ke mana uang mereka mengalir. Ketiga, perbaikan kesejahteraan pegawai negeri agar tak mudah tergoda suap. Keempat, pendidikan kejujuran sejak dini di keluarga dan sekolah.
Yang tak kalah penting adalah keberanian kita semua untuk berkata "tidak" pada korupsi. Jangan anggap "uang pelicin" sebagai hal biasa. Jangan kagumi gaya hidup mewah para koruptor. Jangan pilih politisi yang terindikasi korupsi. Perubahan harus dimulai dari diri kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Singapura yang dulu sama korupnya dengan negara tetangga kini menjadi salah satu negara terbersih di dunia. Rwanda yang porak poranda oleh perang saudara berhasil memberantas korupsi dan membangun ekonomi yang kuat. Jika mereka bisa, mengapa kita tidak?
Bayangkan negeri kita tanpa korupsi: infrastruktur maju, pelayanan publik efisien, investasi mengalir, dan kesejahteraan merata. Inilah negeri yang layak kita perjuangkan untuk anak cucu kita.
Mambaul Khoiriyah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surabaya