Lava Gunung Karangetang Tutupi Jalan Akses, Warga Batubulan Terisolir

Tim Manado Bacirita
1001 Media Partner kumparan
Konten dari Pengguna
10 Februari 2019 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim Manado Bacirita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lava Panas dan Material yang dikeluarkan Gunung Karangetang saat erupsi, menutup satu-satunya akses jalan darat menuju Kampung Batubulan. Putusnya jalur ini, membuat ratusan warga di Kampung Batubulan masih terisolir
zoom-in-whitePerbesar
Lava Panas dan Material yang dikeluarkan Gunung Karangetang saat erupsi, menutup satu-satunya akses jalan darat menuju Kampung Batubulan. Putusnya jalur ini, membuat ratusan warga di Kampung Batubulan masih terisolir
ADVERTISEMENT
ERUPSI Gunung Karangetang menyisakan duka bagi warga Kampung Batubulan, Kecamatan Siau Barat Utara (Sibarut), Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, selain harus mengungsi, mereka juga terisolir karena akses jalan darat tertimbun material panas yang dimuntahkan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia tersebut.
Jalur transportasi laut yang kini menjadi satu-satunya alternatif juga tidak bisa dilalui setiap hari, karena harus menunggu suasana laut 'teduh' atau menunggu cuaca tidak buruk, sehingga ombak tidak menghalangi perjalanan menggunakan perahu.
Hal ini membuat warga Kampung Batubulan merasa sedih, karena mereka belum lama merasakan jalanan aspal hotmix yang menghubungkan kampung mereka dengan daerah lain.
"Baru sekitar dua bulan ini, kami warga di Batubulan merasakan enaknya berkendara di atas jalanan aspal dari kampung kami. Tapi, akses itu kini telah tertimbun dan tidak bisa dilewati lagi," kata Retni Katilahe, warga Batubulan yang ikut dievakuasi, kepada manadobacirita.com, Jumat (8/2).
ADVERTISEMENT
Kondisi jalan dan jembatan sebelum tertutup aliran lava dan material hasil erupsi Gunung Karangetang di Siau Tagulandang Biaro. Akses ini menjadi satu-satunya jalur darat yang menghubungkan kampung Batubulan
Retni menjelaskan, selama puluhan tahun dirinya tinggal di Batubulan, akses jalan darat yang tidak diaspal dengan struktur jalan yang terjal, membuat warga lebih memilih risiko menggunakan laut sebagai jalur transportasi.
"Tapi kalau di laut kan tidak selalu bagus cuacanya. Makanya, ketika Pemerintah Kabupaten berhasil membuka jalan lingkar dengan aspal, kami merasa sangat senang. Jalannya pun bagus dan aman dilewati. Ini yang membuat kami sedih, karena tentunya butuh waktu lagi kami merasakan akses jalan aspal hotmix," kata Retni.
ADVERTISEMENT
Pembangunan jalan lingkar menuju Kampung Batubulan dengan nama proyek Jalan Lingkar Utara ini membutuhkan perjuangan lama dengan sistem multiyear, karena struktur tanah di wilayah Sitaro memang tak seperti daerah lainnya.
Toni Supit, yang saat itu menjabat Bupati Sitaro, menginginkan Kecamatan Siau Barat Utara bisa terhubung dengan Kecamatan Siau Timur.
Menurut Supit, seperti dikutip dari beberapa media lokal di Sulawesi Utara, pembangunan jalan lingkar utara ini sangat penting, karena manfaatnya sangat besar terutama untuk ekonomi daerah dan juga jika terjadi kejadian luar biasa seperti penanganan medis.
"Kalau jalannya tidak terbuka, kasihan jika ada warga yang sakit di saat cuaca tidak mendukung untuk perjalanan laut. Selain itu, saya juga berkeinginan untuk meningkatkan taraf ekonomi warga di daerah Kawahang dan Batubulan dan secara luas untuk Kecamatan Siau Barat Utara dan Siau Timur bagian utara," tutur Supit, Bupati Sitaro periode 2008-2018.
ADVERTISEMENT
Saat ini, jalanan penghubung tersebut sudah berhasil dihubungkan sejauh 2,5 kilometer dengan panjang 1,8 kilometer yang telah diaspal hotmix dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp 34 milliar yang berasal dari Dana Alokasi Khusus tahun 2018.
Jalan lingkar ini juga terdapat jembatan penghubung karena konstruksi tanah yang tidak stabil. Jembatan inilah yang ditimbun oleh material dari Gunung Karangetang.
Menurut Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Sitaro, Audy Sembel, jembatan yang tertimbun material gunung membutuhkan biaya besar untuk pembangunan.
"Jembatan yang di bangun di jalan lingkar utara ini memiliki tingkat konstruksi yang cukup sulit karena karakter tanah di wilayah ini," kata Sembel, Minggu (10/2).
Bupati Sitaro terpilih, Evangelian Sasingen, menyebutkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan baru pasca-erupsi membutuhkan banyak biaya.
ADVERTISEMENT
Melihat ketersediaan anggaran, hal ini juga tak bisa serta merta dilaksanakan secara sporadis.
Namun demikian, Sasingen menyebutkan jika akses jalan darat untuk warga di Desa Batubulan harus secepatnya dilaksanakan. Menurutnya, harus ada jalur alternatif yang dibuka khusus.
"Saya akan meminta warga, TNI dan Polri untuk bersama-sama mencari jalur alternatif dan kerjasama membuka aksesnya. Akses jalan itu sangat penting," kata Sasingen.
---
Franky Salindeho