Konten Media Partner

Aksi Kepsek MTS Kotamobagu ke Rumah Duka untuk Klarifikasi Dinilai Tak Beretika

14 Juni 2022 22:16 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi meninggal dunia. Foto: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi meninggal dunia. Foto: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
MANADO - Aksi Kepala Sekolah dan sejumlah guru serta pegawai Madrasah Tsanawiyah (MTS) Kotamobagu yang datang ke rumah duka untuk memberikan klarifikasi terkait kejadian yang mengakibatkan BT (13) meninggal dunia, dinilai tak punya etika.
ADVERTISEMENT
Bahkan sebagai seorang tenaga pengajar yang kesehariannya memberikan pendidikan karakter dan etika di sekolah, seharusnya Kepsek dan pegawai MTS memiliki empati untuk keluarga yang sementara berduka.
"Adanya insiden terkait oknum Kepsek serta para pegawai sekolah di rumah duka siswa yang meninggal adalah tindakan yang sangat tidak terpuji. Benar-benar mengecewakan," kata pemerhati pendidikan, Taufik Tumbelaka.
Menurut Taufik, tindakan yang dilakukan Kepsek tersebut patut dilakukan pendalaman dengan evaluasi. Bahkan menurutnya, jika perlu dilakukan tindakan administratif kepada para oknum jika ditemukan sikap dan tindakan yang dianggap tidak pada tempatnya atau tidak pantas.
Lanjut menurutnya, tindakan kepsek yang ingin memberikan klarifikasi kejadian yang mengakibatkan seseorang meninggal dunia, justru hanya akan kembali membuka luka dari keluarga yang berduka.
ADVERTISEMENT
"Ini bagian dari pembelajaran bagi semua pihak terutama oknum Kepsek dan jajarannya agar dapat selalu bertindak arif ketika dalam situasi dan kondisi tertentu," katanya.
Sekadar diinformasikan, sebuah video yang menunjukkan telah terjadi keributan di rumah duka siswa Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang meninggal karena dianiaya 9 siswa lainnya, viral di media sosial.
Dalam keterangan di video itu, disebutkan keributan dipicu oleh kedatangan Kepala Sekolah MTS Kotamobagu bersama sejumlah guru dan pegawai ke rumah duka, bukan untuk memberikan ungkapan duka melainkan melakukan klarifikasi jika kejadian penganiayaan bukan terjadi di sekolah.
Sontak hal tersebut membuat keluarga dan para pelayat menjadi marah dan mengusir kepala MTS serta para pegawai sekolah tersebut, karena dianggap tak punya nurani, etika dan simpati atas kejadian yang menimpa keluarga yang tengah berduka.
ADVERTISEMENT
febry kodongan