Alim Arsad, Buruh Panggul asal Sulut yang Jadi Paskibraka Nasional

Konten Media Partner
17 Agustus 2019 8:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alim Arsad (foto: dokumentasi PPI Bolsel)
zoom-in-whitePerbesar
Alim Arsad (foto: dokumentasi PPI Bolsel)
ADVERTISEMENT
Alim Arsad, siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bolaang Uki di Desa Tolondadu, merupakan Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Istana Negara, Sabtu (17/8). Siapa sangka, ia hampir saja gagal menjadi Anggota Paskibraka Nasional lantaran harus bekerja sebagai buruh panggul pasir dan batu. Begini ceritanya.
ADVERTISEMENT
Ayah Alim bernama Nani Arsad, dan sehari-harinya bekerja sebagai buruh serabutan. Untuk membantu ibunya, setiap akhir pekan Alim bekerja sebagai buruh panggul pasir dan batu di desa yang terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, itu.
Jadwal Alim bekerja ternyata bentrok dengan jadwalnya latihan Paskibra di tingkat kabupaten. Seharusnya setiap Jumat, Sabtu, Minggu, Alim berada di lapangan untuk latihan Paskibra.
Alim kerap datang telat karena harus bekerja. Dia juga pernah tak ikut latihan. Nama Alim hampir saja dicoret dari seleksi.
Alim Arsad (ketiga dari kiri) saat mengikuti seleksi Paskibraka Nasional di tingkat Provinsi Sulawesi Utara (foto: dokumen PPI Bolsel)
Beruntung, sesaat sebelum namanya dicoret dari daftar Paskibra tingkat kabupaten, sejumlah purna Paskibra yang juga para pelatihnya, melakukan investigasi dan menemukan Alim sedang menjadi buruh panggul pasir dan batu.
ADVERTISEMENT
"Saat saya dan Pak Ketua PPI (Ketua PPI Bolsel Rachman Abdullah) melihat, terus terang kami sedikit merasa bersalah karena nyaris mencoretnya. Soalnya kami lihat sendiri bagaimana si Alim bekerja untuk menambah pendapatan keluarganya," kata Irsan Gobel, Pelatih Paskibra tingkat Kabupaten Bolsel.
Para pelatih Paskibra ini kemudian meminta izin ke orang tua Alim agar si anak diperbolehkan dulu tidak bekerja saat akhir pekan, karena akan dipersiapkan sebagai seorang Paskibraka.
Izin diberikan tapi Alim harus membayar semua ketidakhadirannya. Alim dihukum dengan cara penggemblengan mental dan fisik.
"Hukumannya harus berlari dari rumahnya ke tempat latihan yang harus ditempuhnya selama 10 menit. Alim juga harus membawa pasir dan bata seberat 2 kilogram di dalam tasnya selama berlari. Alhamdulillah, ternyata dari pelatihan ini, Alim bisa ke Istana Negara," kata Irsan
ADVERTISEMENT
Nani Arsad mengatakan anaknya sudah sejak SMP ingin membantu keluarganya dengan cara sering menemani dirinya mengolah kebun milik orang yang dititipkan kepada mereka.
"Alim juga yang ingin bekerja di mengangkut pasir dan batu setiap hari Jumat pulang sekolah. Begitu juga hari Sabtu dia memilih kerja. Kalau hari Minggu, Alim bantu saya di kebun," kata Nani saat dihubungi, Jumat (16/8).
Prestasi Alim membuat sang ayah merasa amat bangga. Alim adalah anak yang begitu berbakti untuk keluarganya. "Saya benar-benar tidak bisa berkata apapun, karena anak saya (Alim) selalu berbuat hal yang baik untuk keluarga. Dia mau bantu bekerja dan kini membanggakan keluarga dan Bolsel secara luas," kata Nani.
ADVERTISEMENT
isa anshar jusuf