Cerita Erick Mongisidi, Penyintas Corona yang Awalnya Tak Percaya COVID-19 Ada

Konten Media Partner
29 Oktober 2021 22:50 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erick Mongisidi, Penyintas Corona asal Manado yang sempat menyangkal jika COVID-19 ada
zoom-in-whitePerbesar
Erick Mongisidi, Penyintas Corona asal Manado yang sempat menyangkal jika COVID-19 ada
ADVERTISEMENT
MANADO - Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), perlahan namun pasti, mulai bisa mengendalikan penyebaran COVID-19. Terbukti, saat ini dari hasil asesmen situasi COVID-19 per 28 Oktober 2021, Sulut berada di level 2, setelah pada beberapa pekan lalu masih berada di level 3.
ADVERTISEMENT
Hal ini tidak lepas dari positivity rate yang kini tinggal berada di angka 1 persen lebih, jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan WHO. Selain itu, vaksinasi COVID-19 di 15 Kabupaten dan Kota di Sulut, berangsur melebihi 50 persen.
Namun, hal ini bukan berarti masyarakat sudah bisa bebas untuk beraktivitas tanpa menaati protokol kesehatan, seperti yang dianjurkan pemerintah selama ini. Menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan dan menghindari bepergian yang tidak penting, masih menjadi cara paling ampuh mencegah penyebaran virus corona.
Erick Mongisidi, seorang penyintas corona asal Kota Manado menceritakan tentang pentingnya menaati protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Erick bilang, lalai sedikit saja, COVID-19 bisa menyerang dan membuat tubuh kita tak lagi seperti semula, walaupun sudah dinyatakan sembuh.
ADVERTISEMENT
Tak Percaya COVID-19 Ada
Ilustrasi penderita COVID-19. (foto: kumparan)
Erick adalah seorang pengacara muda di Kota Manado. Dirinya yang mantan jurnalis, justru membuat skeptis tentang pemberitaan COVID-19, yang menurutnya dibesar-besarkan oleh media. Menurutnya, COVID-19 tidak ada dan hanya merupakan permainan elit kelas atas untuk menakut-nakuti masyarakat.
"Terus terang saya adalah orang yang tak percaya COVID-19 itu ada. Saya melihat ini terlalu dibesar-besarkan. Awal pertama COVID-19 muncul ditunjukkan video tentang banyak orang jatuh di jalan, orang mati banyak. Tapi, saya lihat di Manado biasa saja. Jadi, saya itu adalah sebagian orang yang tak percaya," kata Erick, membuka percakapan dengan wartawan media ini.
Lanjut dikatakan Erick, karena tak percaya dengan COVID-19 ini, dirinya selalu abai dalam melaksanakan protokol kesehatan. Tak sampai situ, Erick mengaku menjadi orang yang sering mengejek teman-temannya yang takut akan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Diakuinya, untuk menggunakan masker pun, ketika dia berada di tempat yang memang mewajibkannya. Jika di kehidupan sehari-hari, dirinya tidak pernah menggunakan masker, termasuk ketika bersama dengan orang banyak.
"Saya pakai masker kalau memang mau ke tempat yang mewajibkan harus pakai. Tapi, kalau tidak ya tidak mau. Jadi, di rumah, di tempat tongkrongan dan di tempat-tempat lain itu saya tidak pernah menggunakan masker, apalagi menjaga jarak," tutur Erick.
Tahun 2020, Erick mengaku jika dia tidak pernah terjangkit COVID-19. Hal ini membuatnya semakin jumawa, dan semakin berani beradu argumen dengan orang-orang yang percaya COVID-19 itu ada. "Pokoknya, kalau ada yang bicara COVID-19, saya pasti komen," kata Erick sembari tertawa.
Namun, pada pertengahan tahun 2021 atau tepatnya akhir bulan Juli, keadaan berbalik 180 derajat. Erick dinyatakan terpapar COVID-19. Bahkan ternyata, istrinya juga terpapar penyakit ini. Erick parno. Dua hari pertama dirinya merasakan drop dan menyesal karena tidak percaya akan COVID-19 ada.
ADVERTISEMENT
"Terus terang langsung takut. Dua hari saya benar-benar dalam posisi takut. Badan lemah, penciuman dan rasa itu hilang. Pikiran langsung terbawa ke yang aneh-aneh. Akhirnya saya bilang, astaga COVID-19 itu ada dan tidak enak jika mengidapnya," kata Erick.
Menurut Erick, dirinya terpapar disaat gelombang dua di Sulut sementara terjadi. Varian delta juga mulai ramai dibicarakan. Hal ini akhirnya memicu stres, yang akhirnya mengakibatkan tekanan darahnya ikut drop.
Beruntung, Erick memiliki keluarga yang sudah pernah positif COVID-19. Mereka juga yang memberikan semangat, serta memberikan perawatan untuk dia dan istrinya. Obat-obatan, vitamin dan makanan bergizi disediakan keluarga mereka.
"Selain keluarga, saya juga akhirnya cari di internet dan mengikuti perkembangan. Jadi, saya konsumsi obat-obatan yang dianjurkan dan rajin minum susu. Kebetulan saya tidak isolasi di rumah sakit, hanya isolasi mandiri," kata Erick kembali.
ADVERTISEMENT
Patuhi Protokol Kesehatan
Ilustrasi pakai masker. (foto: dokumen)
Menurut Erick, dirinya masih beruntung karena memiliki imun yang kuat, sehingga tiga pekan setelah terpapar, telah dinyatakan sembuh. Namun, selama dua pekan itu, dirinya tak bisa mencium apapun. Erick juga membagikan cerita lucu, ketika mengetahui ada gejala COVID-19 pada dirinya.
"Jadi waktu saya mulai merasa sakit, awalnya pikir hanya kelelahan biasa. Tapi, lucunya itu, ketika sampai di rumah, saya tak sengaja memegang kotoran ayam yang saya pelihara. Dan ternyata itu sama sekali tidak tercium baunya. Setelah itu, saya mencari barang yang juga punya bau tajam, dan ternyata memang tak terasa. Akhirnya tes, dan memang positif," tutur Erick.
Erick kemudian menyampaikan tentang pentingnya patuh pada protokol kesehatan untuk mencegah terpapar COVID-19. Pasalnya, dia yakin dirinya terpapar karena tidak mematuhi anjuran pemerintah tersebut. Bahkan, dirinya dengan sadar mengakui jika dirinya terpapar setelah dia sempat nongkrong dengan teman-temannya, tanpa ada jarak dan tidak menggunakan masker.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Erick mengatakan jika orang yang telah terpapar COVID-19, tetap tidak akan sama lagi. Diakuinya, hingga saat ini, sudah beberapa bulan dirinya sembuh, kondisi tubuhnya masih dirasa kurang fit dan mudah lelah.
"Waktu sudah dinyatakan sembuh, selama beberapa pekan rasa lelah cepat terasa. Baru berjalan sedikit, nafas sudah tersengal-sengal. Ternyata memang dampaknya dari COVID-19 ini membuat kita tak bisa kembali ke tubuh yang fit lagi," ujar Erick.
Belum lagi stigma yang timbul di tengah masyarakat. Erick mengaku, saat ini ada orang yang terkesan menjauh dan tidak mau bertemu dengannya, setelah mengetahui dirinya pernah terpapar COVID-19. Memang diakuinya, dia sempat salah karena menganggap COVID-19 tidak ada. Tapi, dirinya sekarang ingin memastikan jika COVID-19 ada, dan semua warga tetap wajib untuk ikut protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Saat ini Erick menyebutkan sedikit khawatir dengan banyaknya orang yang sudah menjalani kehidupan yang normal lagi. Padahal, Erick menyebutkan jika ancaman itu tetap ada dan bisa menyerang siapa saja, tinggal menunggu waktu saja.
"Sekali lagi saya meminta agar taat pada protokol kesehatan. Memakai masker itu tidak ribet, jadi harus biasakan. Jika kita tidak taat, kita yang rugi sendiri," ujarnya.
"Saya juga ingin berucap syukur karena Tuhan tetap ada dengan saya hingga bisa sembuh. Memang benar saya minum obat, tapi tanpa campur tangan Tuhan, mungkin beda jadinya. Untuk semua warga, saya minta mari kita saling jaga diri," kata Erick kembali.
isa