Cerita Novi, Saksi Mata Detik-detik Jembatan Ambruk di Minsel

Konten Media Partner
19 Juni 2022 11:01 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Novi Joseph, warga yang menyaksikan langsung detik-detik bencana di Minsel yang mengakibatkan satu buah jembatan sepanjang 70 meter ambruk ke dalam laut.
zoom-in-whitePerbesar
Novi Joseph, warga yang menyaksikan langsung detik-detik bencana di Minsel yang mengakibatkan satu buah jembatan sepanjang 70 meter ambruk ke dalam laut.
ADVERTISEMENT
AMURANG - Bencana alam di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) yang terjadi Rabu (15/6), mengakibatkan puluhan rumah dan bangunan milik warga amblas ke dalam laut, serta satu buah jembatan serta ruas jalan Boulevard sepanjang 500 meter juga ambruk ke laut.
ADVERTISEMENT
Ratusan warga yang tinggal di daerah tersebut akhirnya harus mengungsi ke tempat-tempat pengungsian yang disediakan oleh pemerintah daerah. Sebagian ada yang menginap di rumah keluarga mereka.
Novi Joseph, seorang warga yang menjadi saksi mata detik-detik terjadinya bencana yang juga ikut membuat rumahnya ambruk ke laut, menceritakan pengalamannya yang nyaris menjadi korban keganasan bencana yang terjadi.
Diceritakannya, sesaat sebelum bencana terjadi atau sekitar pukul 13.00 Wita, dirinya masih berada di sungai yang tepat berada di bawah jembatan yang ambruk. Novi memang sedang menggali pasir di bawah jembatan yang ambruk.
Jembatan itu sendiri oleh warga disebut dengan Jembatan Kabiow yang berada di daerah payau pertemuan antara arus sungai dengan bibir pantai.
Saat sedang menggali pasir itu, tiba-tiba dia merasakan kakinya seakan ditarik ke bawah. Dirinya yakin pasir yang ada di bawah jembatan itu seolah-olah hidup dan ingin menelannya. Memiliki firasat buruk, Novi menghentikan pekerjaannya menggali pasir. Dia langsung naik ke daratan.
ADVERTISEMENT
"Saat itu saya lihat air sungai menyerupai ombak datang dari arah atas sungai itu. Saya juga lihat ke bawah ada sebuah perahu masuk dalam sebuah gelombang laut, dan beberapa saat kemudian muncul lagi," kata Novi.
Melihat kondisi itu, Novi mengaku yakin akan ada hal buruk terjadi. Hal inilah yang kemudian membuatnya berinisiatif mengurus empat anak remaja yang sedang bermain di kolong jembatan. Menurut Novi, dia tak ingin keempat anak remaja itu mengalami hal yang tidak baik.
"Cepat ngoni nae, kita rasa ini jembatan mo jatung (cepat kalian naik, saya rasa jembatan ini akan jatuh)," kata Novi menirukan ucapan yang diteriakannya saat mengusir para remaja tersebut.
Betul saja, saat berada di atas jembatan, Novi mendapati jika jembatan mulai goyah dan menimbulkan efek bergoyang. Novi mengaku dirinya kemudian berlari ke arah ujung jembatan untuk menghentikan kendaraan yang ingin melewati jembatan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, dia berteriak agar kendaraan segera berbalik arah karena jembatan akan roboh.
Lima menit setelah itu, dia melihat langsung jembatan mulai ambruk di sisi terluarnya. Tak hanya itu, beberapa bangunan rumah yang ada di sekitar jembatan juga mulai amblas jatuh ke laut.
Pria yang kini harus mengungsi di pos pengungsian, Gedung eks Pendidikan Guru Agama (PGA) GMIM Syalom, Amurang, menyebutkan jika pada momen itu dia terus berlari menuju rumah untuk menyelematkan keluarganya.
"Saya mendengar seperti bunyi bom, ternyata bunyi itu dari suara jembatan yang ambruk. Saya ketakutan, berlari menuju rumah. Sampai di rumah saya bertemu kakak dan langsung teriak ke kakak saya, kamu cepat keluar ada longsor," katanya.
Tak sampai situ, mengetahui bahaya yang sedang mengincar daerah itu, Novi kemudian langsung berlari di lorong-lorong kompleks sambil berteriak bilang agar semua warga di kompleks itu segera tinggalkan rumah karena ada longsor.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah panik waktu itu. Saya dari rumah kemudian saya berlari di lorong-lorong di kompleks saya, sambil saya teriak-teriak ke warga untuk cepat tinggalkan rumah karena ada longsor, rumah-rumah lain sudah jatuh ke laut," katanya.
"Saya lebih pentingkan nyawa saya dan keluarga. Saya tidak pikir harta benda, biarlah itu, yang penting nyawa. Puji Tuhan, saya dan keluarga bisa selamat dari bencana itu."
Novi dan keluarga pun kini tak lagi punya tempat tinggal karena huniannya ikut terdampak bencana itu. Adapun harapannya kepada Pemerintah adalah bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak.
"Saya dan keluarga sangat bermohon, agar pemerintah bisa memberikan kami tempat tinggal yang layak, karena saat ini kami sudah tidak memiliki rumah," ujar Novi kembali.
ADVERTISEMENT
febry kodongan