Konten Media Partner

Cerita Penjual Kacang Rebus di Manado, Sering Dipalak Preman Hingga Diancam

17 Juni 2023 12:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang kacang rebus di Kota Manado.
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang kacang rebus di Kota Manado.
ADVERTISEMENT
MANADO - Sering dipalak preman hingga diancam menjadi risiko saat berjualan pada malam hingga dini hari. Hal inilah yang juga dirasakan oleh sejumlah penjual kacang rebus di seputaran pusat Kota Manado, tepatnya di kawasan Taman Kesatuan Bangsa (TKB) hingga depan eks Shopping Center.
ADVERTISEMENT
Diceritakan beberapa pedagang kacang rebus gerobak, jika risiko dipalak dan diancam preman menjadi lebih tinggi, karena kacang menjadi salah satu favorit kudapan yang digunakan orang saat minum minuman keras.
"Sudah jadi risiko. Dimintakan uang, kacang. Kalau tidak dikasih diancam. Tapi begitu kalau mau berusaha, pasti ada tantangan. Apalagi tidak setiap hari ada kejadian seperti itu," ujar Sam, salah satu pedagang kacang rebus.
Selain dipalak preman, para pedagang kacang rebus yang berjualan dengan gerobak ini juga punya pengalaman ditabrak oleh pengendara mobil hingga gerobak mereka rusak dan barang dagangan berserakan di jalan umum.
Seperti yang diceritakan oleh Ferry, seorang pedagang kacang rebus asal Minahasa yang mengaku sudah berjualan hampir 25 tahun tersebut. Menurut Ferry, dia pernah ditabrak dari belakang saat di ruas jalan Karombasan.
ADVERTISEMENT
Beruntung menurut Ferry, saat ditabrak dia tak mengalami cedera serius dan masih bisa berjalan. Selain itu, pelaku juga mau mengganti rugi semua kerugian yang tercipta akibat insiden itu.
“Puji Tuhan, saya anggap itu adalah dinamika saat mencari nafkah. Setiap hari saya selalu mengawali kehidupan dengan selalu berdoa kepada Tuhan. Dan selalu bersyukur baik dalam suka maupun duka,” kata Ferry.
Ferry sendiri mengaku dari hasil berjualan itu, dia bisa menghidupi keluarganya hingga saat ini. Pria berusia 65 tahun ini mengaku jika keuntungannya tidak banyak, tetapi selalu bisa digunakan untuk membiayai keluarganya.
“Pokoknya kalau dagangan habis itu saya bersyukur sekali dan itu menjadi sukacita tersendiri," ungkap Ferry kembali.
febry kodongan