Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Cerita Selma Lengkong Sembuh dari Corona dan Kesaksian Rohaninya
31 Desember 2020 23:16 WIB

ADVERTISEMENT
SELMA Lengkong, seorang pensiunan agen asuransi, tak pernah menyangka dirinya bisa terpapar virus corona. Ketaatannya pada protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun hingga menjaga jarak, ternyata belum cukup untuk melindunginya dari COVID-19, penyakit yang kini masih menjadi pandemi di seluruh dunia. Selama satu bulan, dirinya harus diisolasi di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Selma memulai ceritanya ketika dirinya tiba-tiba merasa kelelahan yang sangat hebat usai ulang tahun cucunya pada akhir bulan Juni. Selma masih ingat jelas saat itu tanggal 29 Juni, ketika usai memperingati hari ulang tahun cucunya, dirinya yang biasa selalu yang paling pertama beres-beres, justru hanya terduduk lemas.
Usai merasa kelelahan tersebut, Selma kemudian mengalami demam yang disusul dengan gangguan pencernaan. Waktu itu, Selma dan keluarganya masih meyakini hanya terserang penyakit demam biasa. Walaupun demikian, dirinya langsung memproteksi diri dengan menggunakan masker di dalam rumahnya.
Lima hari usai demam pertama, kondisi Selma masih belum membaik. Tak lagi demam, tapi dirinya harus mengalami gangguan pencernaan hebat, hingga membuat dirinya merasa lemah dan mulai kesulitan untuk berjalan.
ADVERTISEMENT
"Tanggal 4 Juli, anak tertua minta saya untuk lakukan rapid test, karena sudah cukup lama sakit. Kami ke laboratorium swasta dan hasilnya non reaktif," kata Selma.
Namun, walaupun hasil rapid test non reaktif, rupanya kondisinya masih lemah. Puncaknya, tanggal 7 Juli, Selma mengaku sudah merasa seperti melayang dan merasakan sudah mau meninggal dunia.
"Waktu itu saya kemudian dibawa ke salah satu rumah sakit di Kota Manado. Di rumah sakit ini, saya di foto Thorax dan hasilnya sudah ada kecenderungan menuju ke COVID-19. Belum lagi saturasi oksigen saya tinggal 60 persen. Saya kemudian dirujuk ke rumah sakit lain yang merupakan rumah sakit rujukan," kata Selma.
Dalam perjalanan rujukan itu, Selma langsung membayangkan bagaimana dirinya akan diisolasi sendirian di dalam kamar. Mulai muncul rasa khawatir dan takut di benak Selma, jika memang dirinya akan segera menemui ajalnya. Dirinya tiba dini hari di rumah sakit rujukan tersebut dan langsung dibawa ke ruang isolasi sendirian tanpa ditemani satu keluargapun.
ADVERTISEMENT
Dalam masa penantian tersebut, Selma harus menjalani bedrest karena kondisinya yang benar-benar sudah sangat lemah. Lima hari tepat tanggal 12 Juli, dirinya baru mendapatkan hasil swab yang diambil ketika dirinya masuk rumah sakit Positif terpapar COVID-19, begitu bunyi hasil Swab yang dikirimkan kepadanya.
Usai menerima hasil positif tersebut, seluruh keluarganya pun langsung menjalani uji swab. Namun, dari delapan keluarganya yang tinggal bersama dengan dirinya di satu rumah, tidak ada satupun yang terpapar virus corona.
"Puji Tuhan, saat diambil uji swab, dua cucu saya dan ada orang tua saya tidak adanya yang positif," kata Selma.
Sempat Melihat Mayat Sendiri di Mimpi dan Doa Menyelamatkannya
Selma harus menjalani bedrest atau istirahat total di tempat tidur selama dua pekan lebih. Hal ini membuat Selma mulai muncul pikiran-pikiran tidak baik. Apalagi, dirinya hanya sendirian di dalam kamar tidak bisa dikunjungi keluarga. Selain itu, dokter dan suster yang merawat juga tidak selalu berada di ruangannya.
ADVERTISEMENT
Diceritakan Selma, dirinya sempat mengalami kejadian menakutkan, ketika dirinya mimpi melihat jenazahnya sendiri terbaring di ranjang rumah sakit. Saat itu, Selma mengaku dirinya sangat takut.
Namun, dirinya kemudian mempercayai jika kekuatan doa yang bersungguh-sungguh kepada Tuhan akan menolongnya. Dan itulah yang dilakukannya, dengan selalu menguatkan dirinya sendiri jika dirinya harus sembuh karena dirinya mendapatkan lindungan Tuhan.
"Dan benar kekuatan doa itu terbukti. Selama dua pekan lebih bedrest, tiba-tiba tengah malam perut saya sakit sekali. Sembari berdoa, saya kemudian menguatkan diri menuju ke kamar mandi untuk bisa buang air besar sendiri. Kasihan suster pasti lelah, akhirnya saya beranikan diri sendiri dan tidak panggil mereka. Dan mukjizat itu nyata, ketika saya berhasil dan tiba-tiba muncul kekuatan saya," kata Selma.
ADVERTISEMENT
Berterima Kasih Kepada Tenaga Kesehatan yang Sabar Merawat Pasien COVID-19
Selama satu bulan diisolasi, teman-teman Selma di rumah sakit hanyalah para tenaga kesehatan, baik para dokter dan suster. Mereka inilah yang melakukan semuanya untuk Selma selama menjadi pasien terkonfirmasi corona.
Walaupun diakui tidak selalu bersama dirinya di dalam kamar isolasi, para dokter dan suster ini dianggapnya pahlawan, karena mau mendedikasikan tenaga mereka untuk merawat pasien corona di seluruh rumah sakit.
Untuk itu, Selma mengaku sangat menyayangkan jika masih banyak masyarakat yang abai dengan virus corona ini. Dikatakannya, para tenaga kesehatan ini banyak yang berjuang mati-matian, tetapi karena kesadaran masyarakat yang kurang, justru mereka adalah orang paling rawan dan rentan terkena penyakit ini.
ADVERTISEMENT
"Mereka harus tetap stay untuk menjaga pasien corona dengan berbagai macam keluhan dan kondisi. Makanya saya salut dengan para tenaga kesehatan ini," tutur Selma.
Selma mengaku, dirinya kini menjadi orang yang paling cerewet jika berhubungan dengan virus corona terutama dengan penerapan protokol kesehatan termasuk protokol 3M yakni menggunakan masker, mencuci tangan dan menjauhi kerumunan.
Menurut Selma, siapapun orang yang dilihatnya tidak menggunakan masker, apakah itu dikenal atau tidak dikenal, dirinya akan menegurnya agar tidak lalai dan malah meyebabkan orang lain yang repot nantinya.
manadobacirita