Curhat Sopir Travel Gorontalo-Manado Terkait Larangan Mudik Lebaran
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejumlah sopir tampak hanya tidur-tiduran di sejumlah pangkalan oto Travel Gorontalo-Manado yang ada di Jalan Kartini, Kecamatan Wenang, Kota Manado. Tampak juga kendaraan travel yang terparkir di jalan depan pangkalan tersebut.
"Oh ia pak, memang sepi sekali penumpang. Tidak ada penumpang yang pulang ke Gorontalo. Begitu juga dari Gorontalo sana, itu penumpangnya juga sepi," ujar Dadi Laudje, sopir pangkalan kepada manadobacirita.
Menurut Dadi, sepinya penumpang tak lepas dari larangan mudik lebaran yang sudah diumumkan oleh pemerintah sejak awal. Dikatakannya, masyarakat menjadi takut untuk berpergian ke luar daerah walaupun tidak dalam keperluan untuk mudik.
Diakui Dadi, penurunan jumlah penumpang terjadi sejak pekan kedua puasa, di mana sudah ada pengumuman larangan mudik dan akan ditutupnya jalur perbatasan Gorontalo dan Sulawesi Utara . Hal ini mengakibatkan masyarakat takut bepergian, yang berimbas pada penumpang reguler di pangkalan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Jadi penumpang reguler kami juga jadi takut untuk bepergian, walaupun sebenarnya mereka bukan dalam rangka mudik. Mereka takut, tak bisa kembali tepat waktu ke daerah masing-masing, karena larangan berlaku dua arah, yakni yang mau masuk dari Gorontalo maupun yang mau ke luar dari Sulawesi Utara," kata Dadi.
Dadi pun mengakui, para sopir menjadi uring-uringan karena pendapatan mereka berkurang drastis. Padahal, mereka juga seorang muslim yang harus memberikan nafkah untuk keluarga pada lebaran mendatang.
"Mau bagaimana pak, kami ini serba salah. Pendapatan kami jadi terganggu akibat pembatasan ini," tutur Dadi kembali.
Berharap Ada Kebijakan Pemerintah
Penjagaan perbatasan di Sulawesi Utara sebagai aplikasi larangan mudik Idul Fitri 1422 Hijriyah sudah mulai dilaksanakan Kamis (6/5) hari ini. Hal ini membuat para sopir travel Gorontalo-Manado kian meradang. Pendapatan mereka yang biasanya bisa melonjak sepekan sebelum malam takbiran, kini tak ada lagi.
ADVERTISEMENT
Hal ini menurut Uti, salah satu sopir travel tentu sangat mempengaruhi kehidupan perekonomian keluarganya yang memang hanya berharap dari pendapatan sebagai sopir travel.
Uti mengaku, awalnya pendapatan mereka mulai berangsur baik sejak beberapa bulan terakhir setelah pandemi COVID-19 terjadi. Namun, pembatasan dan larangan mudik yang diberlakukan kembali, membuat mereka kini kembali terpuruk.
"Baru bernafas berapa bulan terakhir, sekarang kami harus dibuat merayap lagi," kata Uti.
Uti berharap ada kebijakan dari pemerintah terkait pengetatan di wilayah perbatasan. Menurutnya, kebijakan yang dimaksud adalah, pemberlakuan swab antigen untuk orang yang ingin melintasi perbatasan, bukan melarang orang masuk dan ke luar daerah.
Hal ini menurut Uti, akan lebih baik dilakukan, dibandingkan dengan membatasi pergerakan orang. Selain itu, dirinya mengatakan kebijakan itu juga tidak saling merugikan.
ADVERTISEMENT
"Kami selama pandemi ini, sudah mengikuti protokol kesehatan, di mana penumpang yang bisa kami angkut yang biasanya tujuh orang, kini hanya bisa enam orang. Dan itu kami taat hingga sekarang. Kalaupun nanti juga ada kebijakan swab antigen, kami juga akan taat, asalkan jangan tutup pencaharian kami," kata Uti kembali.
Sekadar diinformasikan, mulai Kamis (6/5) hari ini penjagaan ketat perbatasan sudah mulai dilakukan. Untuk wilayah darat, perbatasan antara Sulawesi Utara di Kabupaten Bolmong Utara dan Bolmong Selatan sudah dilakukan, di mana petugas gabungan TNI, Polri dan Satpol PP serta Dinas Perhubungan telah mendirikan pos penjagaan.
febry kodongan/manadobacirita