Konten Media Partner

Film Mariara yang Berlatar Belakang Minahasa Bakal Tayang di Bioskop XXI

11 September 2024 9:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bioskop XXI. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bioskop XXI. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MANADO - Film dengan genre horor thriller yang mengambil latar belakang budaya Minahasa, Mariara, bakal tayang di jaringan bioskop XXI pada bulan November 2024 ini.
ADVERTISEMENT
Film yang bercerita tentang praktik ilmu hitam di salah satu kampung di tanah Minahasa ini, menawarkan alternatif tontonan yang berbeda dari biasanya. Karena meski disajikan dengan menggunakan bahasa melayu Manado (subtitle bahasa Indonesia), film Mariara digarap cukup apik dengan tempo yang cukup cepat dengan durasi kurang lebih 1 jam, 37 menit.
Sutradara film Mariara, Veldy Reynold, dalam rilis yang dikirimkan ke redaksi, menjelaskan film ini digarap dengan menggunakan struktur cerita multiplot. Sehingga akan memancing logika berpikir dari penonton, meski penyajiannya cukup sederhana dengan perpindahan scene yang cepat.
Produser film Mariara, Merdy Rumintjap, mengatakan jika film ini menjadi salah satu film Indonesia yang dibuat dalam waktu paling lama, yakni dimulai dari persiapan atau praproduksi tahun 2018, hingga proses syuting yang dilakukan pada tahun 2019, dan akhirnya bisa rampung di tahun 2024 ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Merdy, penyebab mandeknya produksi film ini, dikarenakan banyak kendala, yakni medan lokasi syuting yang terlalu berat hingga kendala COVID-19 yang terjadi di tahun 2020, membuat film ini sempat terhenti begitu lama.
“Meski ada banyak sekali halangan, tekad kami sangat kuat untuk membuat karya dan memperkaya perfilman nasional dari Sulawesi Utara,”tutur Merdy.
Persoalan masih terjadi setelah COVID-19 lewat. Sejumlah pemain ada yang telah dipanggil Yang Maha Kuasa, sehingga harus dilakukan sejumlah penyesuaian agar film ini bisa dilanjutkan.
Dirinya juga tidak menampik adanya kendala-kendala yang sifatnya mistis, karena kata Mariara ini seharusnya tidak dibicarakan di tempat umum.
“Memang setiap kali kami ingin menuntaskan film ini, selalu ada saja kendala yang datang. Seperti ada pemain yang tidak mau lagi melanjutkan syuting padahal scene miliknya sudah banyak yang di take. Bahkan ketika di post production, sering sekali terjadi file error tanpa sebab yang masuk akal,” kata lulusan pasca sarjana UI ini.
ADVERTISEMENT
Namun, berkat doa dan dukungan dari masyarakat Sulawesi Utara dan seluruh masyarakat di mana pun, film ini yang digarap sutradara Veldy Reynold dan almarhum Jeffrey Luntungan, bisa tuntas diproduksi dan diterima oleh XXI, meski kompetisi di XXI sangat ketat.
“Kami patut memberikan apresiasi besar kepada XXI yang sudah melihat secara objektif film ini, yang meskipun diproduksi oleh anak-anak daerah dengan konten materi kearifan lokal, namun XXI sangat terbuka dan objektif memberikan ruang untuk berkembangnya perfilman nasional dari daerah,” ujar Merdy kembali.