Istri Meninggal Usai Divaksin, Ini Penyesalan Suami ke Pihak Puskesmas

Konten Media Partner
21 Juli 2021 18:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
Michael Sigarlaki, suami dari Juita Lidya Tiwa, warga Minsel yang meninggal usai divaksin
zoom-in-whitePerbesar
Michael Sigarlaki, suami dari Juita Lidya Tiwa, warga Minsel yang meninggal usai divaksin
ADVERTISEMENT
MINSEL - Michael Sigarlaki, suami dari Juita Lidya Tiwa, warga Minsel meninggal usai divaksin, menyesalkan sikap dari Puskesmas Motoling, yang mendatangi rumah duka dan bersikukuh mengatakan jika istrinya meninggal bukan karena divaksin, tapi karena tubuhnya kekurangan hemogoblin (Hb), atau lebih dikenal orang dengan sebutan Hb rendah.
ADVERTISEMENT
Pihak Puskesmas yang datang di hari pemakaman dengan bersikukuh jika kematian istrinya karena Hb rendah itu, sempat membuat suasana rumah duka menjadi bergejolak, karena menurut Michael, keluarga tidak bisa menerima alasan dari pihak Puskesmas itu.
"Jadi pas pemakaman, ada yang datang dari Puskesmas memberikan klarifikasi, jika hasil akhir dari pemeriksaan kematian istri saya, itu karena Hb rendah. Ini memicu kemarahan, karena keluarga tidak bisa menerima alasan itu. Tapi, kemarahan itu cepat diredam, karena keluarga ikhlas, kalau istri saya, nyawanya sudah tidak bisa dikembalikan lagi," kata Michael.
Menurut Michael, hal yang membuat dirinya dan keluarga kesal, disebabkan Puskesmas hanya bersikeras, jika mereka tidak mau melihat penyebab awal hingga istrinya mengalami sakit dan Hb turun, tetapi hanya bersikukuh jika penyebab akhir hingga kematian yang dilaporkan.
Suasana pemakaman Juita Lidya Tiwa
Bahkan, ketika Michael menjelaskan kronologi jika istrinya yang dalam kondisi sehat saat mendapatkan suntikan vaksin AstraZeneca, tiba-tiba mengalami demam, sakit kepala, mual hingga kondisinya drop, sebelum kemudian meninggal di hari ke-10, pihak Puskesmas tetap menganggap kronologi kejadian itu bukan penyebab kematian dan bersikukuh kasus itu disebabkan Hb rendah.
ADVERTISEMENT
"Jadi, pihak Puskesmas katanya tidak melihat kejadian awal, tapi penyebab akhir. Kalau penyebab awal, itu tidak masuk laporan. Itu yang bikin keluarga marah. Saya contohkan tentang teori bola es, kan itu dari kecil kemudian jadi besar. Bagaimana bisa langsung besar saja tanpa ada penyebabnya," kata Michael.
Pria yang berprofesi sebagai seorang pengajar ini juga mengaku sangat menyesal dengan kinerja dari Puskesmas. Pasalnya, sejak awal istrinya sakit dan dibawa ke Puskesmas, tidak pernah ada satupun dokter yang bisa ditemui di tempat itu.
"Kami beberapa kali ke Puskesmas, itu dokter tidak pernah ada," ujarnya.
Michael pun berharap, kondisi yang menimpa keluarganya, di mana istri yang dinikahinya selama tujuh tahun dan telah memberikan dua orang anak ini, menjadi yang terakhir, dikarenakan buruknya pelayanan kesehatan untuk masyarakat di pedesaan, termasuk Puskesmas yang tidak memiliki pelayanan dokter.
ADVERTISEMENT
"Saya dan keluarga sudah ikhlas. Tapi ini jadi pesan ke pemerintah agar pelayanan kesehatan itu sangat penting hingga ke desa-desa. Kalau dokter kurang, ditambah. Meninggalnya istri saya, bukan hanya satu nyawa saja, tapi ada dua nyawa anak-anak yang ikut jadi korban. Saya mohon pemerintah memperhatikan ini," kata Michael kembali.
Sekadar diinformasikan, Juita Lidya Tiwa (30), warga Desa Motoling Dua, Kecamatan Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), meninggal dunia di hari ke-10 setelah dirinya divaksin. Sebelumnya, Juita mengalami gejala demam, sakit kepala dan mual.
febry kodongan