Karantina Pertanian Manado Ajak Peternak Babi Waspadai Penyakit ASF

Konten Media Partner
17 Juni 2021 19:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemberian vaksin untuk ternak babi di Sulawesi Utara
zoom-in-whitePerbesar
Pemberian vaksin untuk ternak babi di Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
MANADO - Penyakit yang diduga African Swine Fever (ASF), kembali merebak di beberapa wilayah Indonesia seperti Manokwari dan Berau, Kalimantan Timur, membuat para peternak babi di Sulawesi Utara (Sulut) ikut menjadi waspada. Maklum, Sulut menjadi daerah dengan populasi babi tertinggi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kepala Karantina Pertanian Manado, Donni Muksydayan Saragih mengatakan, kewaspadaan memang harus ditingkatkan, mengingat banyak warga Sulut yang memang menggantungkan perekonomiannya dari sektor tersebut.
Dijelaskan Muksydayan, berdasarkan data lalu lintas pertanian dari IQFAST, Barantan, sampai Mei 2021 pengiriman daging babi Sulut ke berbagai wilayah seperti Maluku, Papua sampai ke Jakarta mencapai 450 ton. Dan angka ini meningkat sangat signifikan dibanding periode yang sama di tahun 2020 yang hanya 93 ton saja.
Hal ini menurutnya, tentu menjadi berkah buat Sulut karena masih bebas dari ASF. Untuk itu, dirinya mengajak perkuat kewaspadaan dan sinergisitas semua pihak agar ASF tidak masuk ke Sulut.
"Posisi Sulut saat ini memang sudah terkepung oleh daerah wabah ASF termasuk juga ancaman penyebaran dari negara tetangga kita, Filipina. Untuk itu, peningkatan kewaspadaannya harus benar-benar dilakukan," kata Muksydayan, Kamis (17/6).
ADVERTISEMENT
Masih menurutnya, belajar dari kasus ASF di negara lain, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF ke Indonesia, yaitu pemasukan daging babi dan produk babi lainnya baik impor, domestik dalam negeri.
"Begitu juga berasal dari sisa katering transportasi internasional baik dari laut maupun udara yang masuk dari negara atau daerah yang sedang ada wabah ASF, di mana kebanyakan tidak di buang namun diolah kembali menjadi pakan ternak," kata Muksydayan.
Sementara, Ketua Asosiasi Peternak Babi Sulawesi Utara, Gilbert Wantalangi mengatakan langkah efektif dalam mencegah terjadinya ASF, adalah melalui penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik.
"Penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik serta pengawasan yang ketat dan intensif juga tentunya kontribusi pemerintah dalam hal ini Karantina Pertanian dan Dinas-dinas terkait," kata Gilbert.
ADVERTISEMENT
Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sulut drh Hanna O. Tioho mengatakan, perlu peranan seluruh dinas di Kabupaten maupun Kota untuk terus aktif melakukan sosialisasi peningkatan kewaspadaan, ke peternak babi yang ada di Sulut.
"Kami juga mengimbau kepada peternak agar membatasi atau melarang masuk ke kandang tamu yang datang dari luar Sulut," ujar Hanna.
Sekadar diketahui, penyakit ASF pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2019 melalui daerah Sumatera Utara. Wabah tersebut dilaporkan menyebar ke daerah lain. Walaupun tidak bersifat zoonosis atau menular ke manusia, namun virus tersebut sangat ganas karena dapat menyebabkan kematian hingga 100 persen pada babi.
Sifat virusnya yang tahan terhadap lingkungan sehingga media penularnya juga banyak. Selain melalui babi dan produk turunannya, virus ini dapat menular melalui pakan, alat transportasi, pekerja kandang, alat-alat pada kandang dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
manadobacirita