Kepala Kemenkumham Sulut Beri Penjelasan Soal WNA yang Protes Suara Toa Gereja

Konten Media Partner
29 Agustus 2023 19:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Kanwil Kemenkumham Sulawesi Utara, Ronlad Lumbuun
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Kanwil Kemenkumham Sulawesi Utara, Ronlad Lumbuun
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MANADO – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Sulawesi Utara (Sulut), Ronald Lumbuun, akhirnya buka suara terkait persoalan WNA yang memprotes suara toa (pengeras suara) gereja yang digunakan menggalang dana hingga larut malam di Pulau Bunaken, Kota Manado.
ADVERTISEMENT
Ronald menjelaskan jika Kanwil Kemenkumham Sulut langsung bergerak cepat dan memerintahkan Kantor Imigrasi Kelas I Manado melakukan pencarian dan identifikasi terhadap WNA tersebut yang akhirnya ditemukan adalah Tony Keene asal Amerika Serikat.
"WNA itu pemegang visi izin tinggal tetap dan bukan turis. Dia memiliki istri orang Indonesia. Sudah sekitar seminggu melakukan penyelaman di Bunaken sebelum adanya kejadian itu," kata Ronald.
Menurut Ronald, pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan terhadap WNA tersebut, di mana dirinya telah mengaku bersalah dan memohon maaf untuk semua pihak yang merasa tersinggung dengan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkannya.
Lanjut dikatakan Ronald, pihaknya sendiri tak pernah untuk menghalangi hak masyarakat yang jika memang mungkin masih merasa tidak puas dan melaporkan oknum WNA itu ke pihak kepolisian, dan akan menjadi ranah aparat hukum yang sudah di luar kewenangan keimigrasian.
ADVERTISEMENT
“Yang ingin kami sampaikan, intinya jika dari perspektif keimigrasian atau dokumen, WNA atas nama Tony Keene itu memiliki dokumen lengkap dan masih berlaku sampai tahun 2025. Tidak ada pelanggaran dokumen keimigrasian," ujarnya.
Dia juga mengimbau, berkaca dari kasus tersebut, agar para WNA yang memiliki izin tinggal tetap maupun tidak, agar bersama menjaga kebinekaan. Karena kata dia, Sulut selama ini telah menjadi laboratorium kebinekaan di Indonesia.
“Marijo torang, keadaan yang sudah terjalin, situasi yang sudah harmonis, kehidupan umat beragama, yang toleransi terus terjaga," ujarnya kembali.
febry kodongan