Kesadaran Warga Tentang Pelestarian Yaki Mulai Membaik

Konten Media Partner
10 Maret 2019 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monyet Hitam Berjambul Sulawesi atau Yaki (Macaca Nigra) di Cagar Alam Batuangus Tangkoko, Kota Bitung, Sulawesi Utara
zoom-in-whitePerbesar
Monyet Hitam Berjambul Sulawesi atau Yaki (Macaca Nigra) di Cagar Alam Batuangus Tangkoko, Kota Bitung, Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BERBAGAI upaya yang dilakukan sejumlah pihak untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat, dalam menjaga keberadaan Monyet Hitam Berjambul Sulawesi atau dikenal dengan sebutan Yaki, di Kota Bitung, Sulawesi Utara, mulai menunjukan hasil positif.
ADVERTISEMENT
Hal ini dibuktikan dengan kesadaran masyarakat di lingkar Cagar Alam Batuangus Tangkoko, yang mulai tidak lagi memburu Yaki (Macaca Nigra). Bahkan warga mulai mengetahui cara untuk mengusir Yaki, jika tiba-tiba turun ke perkampungan warga.
Lurah Kelurahan Duasudara, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung Hance Porayow, mengungkapkan saat ini masyarakat sudah sangat sadar dengan status Yaki, sebagai hewan endemik yang terancam punah. Oleh karena itu, menurut Porayow, saat ada Yaki turun ke kampung, masyarakat langsung melapor dan mengusirnya kembali ke Cagar Alam.
"Pengamatan kami masyarakat sudah cukup sadar. Kalau dulu, masyarakat enggan melapor kalau ada Yaki yang turun. Tapi sekarang, mereka langsung lapor dan mengusir kembali ke wilayah konservasi. Ini bentuk pemahaman karena selalu dilakukan edukasi soal Yaki maupun hewan liar lainnya yang harus dilestarikan," kata Porayow, Minggu (10/3).
ADVERTISEMENT
Sementara, Ketua Lembaga koordinasi Kelurahah (LKK) Duasudara, Jonny Mandang beberapa waktu lalu, mengaku jika awalnya masyarakat di Duasudara memang tidak mengerti apa itu konservasi.
"Awalnya masyarakat tidak paham jika ada satwa-satwa yang harus dilindungi. Yaki turun, ya mereka tangkap. Tapi sekarang tidak lagi," kata Mandang.
Menurut Mandang, saat ini masyarakat lebih sadar dan ingin terlibat menjaga dan melestarikan lingkungan terutama menjaga satwanya.
"Masih ada satu dua tidak peduli. Tetapi kini yang punya rasa tanggung jawab itu lebih banyak," tutur Mandang.
Stephan Milyosky Lentey,Camp Manager, Macaca Nigra Prjocet, lembaga penelitian dan pelestarian Yaki di Cagar Alam Tangkoko Batuangus, menyebutkan jika dengan areal Cagar Alam yang begitu luas, memang diperlukan peran serta masyarakat yang sadar akan pelestarian Yaki.
ADVERTISEMENT
"Sejak dari awal, kami melakukan edukasi agar masyarakat bisa lebih paham tentang Yaki, tentang hewan yang endemik di Sulawesi dan tentang populasinya yang tinggal sedikit. Kekurangan petugas untuk memantau seluruh wilayah Cagar Alam, menjadi persoalan tersendiri. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kesadaran dari masyarakat," kata Stephan kembali.
isa anshar jusuf