Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Kronologi Orang Tua Gerebek Guru di Kotamobagu Sulut karena Anak Diduga Ditampar
9 Februari 2025 20:47 WIB
ยท
waktu baca 3 menit![Orang tua yang sempat gerebek sekolah di Kota Kotamobagu, meminta maaf kepada guru yang diduga tampar anak mereka saat di sekolah. (foto: istimewa)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jknfb19q1v0v869ga7m4mgg0.jpg)
ADVERTISEMENT
MANADO - Kasus orang tua (Ortu) murid datang menggerebek guru ke sekolah karena tak terima anak mereka mendapatkan tindakan mendisiplinkan terjadi di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut).
ADVERTISEMENT
Kasus ini viral, karena ternyata orang tua itu merekam aksi penggerebekan tersebut dan diunggah ke media sosial. Masyarakat geram dengan apa yang dilakukan orang tua itu, karena telah membuat seorang guru harus meminta maaf, berlutut sambil menangis.
Setelah menjadi polemik, di mana masyarakat justru membela guru tampar murid itu, akhirnya kasus ini berakhir dengan damai, di mana orang tua maupun murid yang diduga ditampar itu, datang menemui guru dan meminta maaf.
Kepala Bidang (Kabid) SMA Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Dr. Sri Ratna Pasiak, S.Pd, M.Pd, mengatakan jika kasus yang berawal pada tanggal 5 Februari 2025 ini telah berakhir damai.
Sri mengaku jika dirinya juga sudah langsung mendatangi sekolah dan pihak keluarga murid di Kota Kotamobagu. Diakuinya, kasus itu merupakan salah persepsi atau pemahaman yang terjadi, sehingga kemudian terjadi peristiwa yang akhirnya viral.
ADVERTISEMENT
"Saya bertemu dengan pihak sekolah juga ibu guru, kemudian memberikan edukasi. Saya juga kunjungi pihak siswa dan keluarga ke rumahnya. Di sana kami juga bicara dan saya berikan edukasi. Jadi, sebenarnya sudah ada titik temu dan semua sudah selesai," kata Sri.
"Jadi secara kekeluargaan sudah terfasilitasi dengan baik. Dari Polres dan DP3A dan Cabang Dinas serta sekolah dan keluarga. Tapi tetap kami berikan edukasi lagi," ujarnya lagi.
Menurut Sri, dirinya tetap memberikan pendampingan, mengingat murid tersebut adalah generasi muda yang tetap harus diselamatkan terutama psikologisnya. Sementara, permintaan maaf juga sudah dilakukan orang tua murid itu.
Sementara itu, untuk kronologi peristiwa itu, Sri mengungkapkan itu berawal ketika guru yang dituduh menempeleng, memberikan teguran kepada empat orang murid yang datang terlambat. Salah satu murid itu yang orang tuanya datang ke sekolah.
ADVERTISEMENT
Saat itu guru yang juga adalah wali kelas, menegur keempat murid itu, karena sebelumnya mereka telah membuat pernyataan tertulis tidak akan terlambat lagi.
"Saat sedang ditegur itu, siswa (yang viral) ini tak mendengarkan. Nah di sini ada perbedaan persepsi. Ada yang bilang tamparan tapi ada juga yang bilang bukan. Karena persepsi itu juga, akhirnya si siswa ini melapor ke orang tua yang akhirnya membuat emosi orang tua dan terjadilah kejadian itu," kata Sri.
"Tapi karena sekarang sudah selesai semuanya, saya juga meminta kepada masyarakat untuk tidak lagi memperpanjangnya, dan itu sudah diselesaikan dengan baik," ujarnya.
Sementara itu, Sri kemudian berpesan kepada para orang tua untuk memahami peran dari guru di sekolah, itu bukan hanya untuk transfer knowledge, tetapi juga bertanggung jawab membentuk karakter, sehingga tidak hanya pintar di pengetahuan tapi juga harus punya disiplin.
ADVERTISEMENT
Tapi, para guru juga menurut Sri harus bisa mendisiplinkan kepada para siswa tanpa ada tindakan keras, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi di tengah masyarakat.
"Jadi, kita harus saling memahami. Orang tua harus paham kalau yang berperan di sekolah sebagai orang tua itu adalah guru, sehingga apa yang dilakukan guru adalah bentuk kasih sayang agar si anak jadi lebih baik. Guru juga harus paham, agar tidak terlalu keras," kata Sri kembali.