Konten Media Partner

Kronologi Warga Minsel Meninggal Usai Divaksin Versi Puskesmas Motoling

20 Juli 2021 18:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana rumah duka Juita Lidya Tiwa, yang meninggal dunia pada hari ke-19 usai divaksin corona. (foto: febry kodongan/manadobacirita)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana rumah duka Juita Lidya Tiwa, yang meninggal dunia pada hari ke-19 usai divaksin corona. (foto: febry kodongan/manadobacirita)
ADVERTISEMENT
MINSEL - Keluarga Julita Lidya Tiwa (30) warga Minsel meninggal dunia usai divaksin, meyakini jika ibu dua anak ini, meninggal karena efek dari vaksin AstraZeneca.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, kondisi Juita sebelum divaksin dalam keadaan sehat dan tak memiliki penyakit turunan.
Menanggapi hal itu, Kepala Puskesmas Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan, Aleks E Mamusung, melalui Kepala Tata Usaha (KTU), Hertje Tampemawa, menceritakan kronologi pemberian vaksin untuk warga Desa Motoling II, Kecamatan Motoling tersebut.
Hertje sendiri membenarkan jika Juita, warga minsel meninggal usai divaksin, mendapatkan suntikan vaksin pada Rabu (7/7) di kantor Desa Motoling Dua.
Menurut Tampemawa, Juita sebelum mendapatkan suntikan vaksin corona, telah terlebih dahulu dilakukan cek kesehatan, di mana kondisi Juita dinyatakan sehat dan layak untuk ikut vaksinasi COVID-19.
"Setelah selesai disuntik vaksin, Juita kemudian disuruh oleh petugas vaksinasi untuk menunggu selama 30 menit, untuk melihat apakah ada reaksi yang muncul atau tidak. Setelah selesai menunggu, Juita kemudian mendapatkan kartu vaksinasi dan pemberitahuan jadwal untuk kembali divaksin dosis kedua," kata Hertje, Selasa (20/7).
ADVERTISEMENT
Hertje kemudian menjelaskan jika Senin (12/7), lima hari setelah divaksin, Juita kembali mendatangi Puskesmas dan mengeluh kalau dia sakit kepala, pusing dan mual. Pihak Puskesmas kemudian melakukan pemeriksaan kesehatan saat itu juga. Usai melakukan pemeriksaan, Hertje mengaku pihak Puskesmas menganjurkan Juita segera dibawa ke Rumah Sakit.
Hal ini dikarenakan kondisi Juita saat itu, sudah sangat lemah dengan tensi darah yang sangat rendah, sehingga memerlukan infus di rumah sakit. Menurut Hertje, walaupun dianjurkan ke rumah sakit, Puskesmas tetap memberikan obat dan vitamin untuk dikonsumsi.
“Jadi waktu ditensi, darahnya itu turun dan sudah sering mual-mual. Kami (Puskesmas) kemudian anjurkan langsung dirawat di rumah sakit. Selain itu, kami juga tanya, kenapa sudah lima hari baru datang ke Puskesmas kalau memang ada gejala. Saat itu, Juita ternyata memilih untuk pulang dan tidak ke rumah sakit," kata Hertje.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Sabtu (17/7), Juita kembali datang ke Puskesmas, yang tentunya membuat para perawat menjadi kaget, mengingat Juita sudah dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit. Juita saat itu kembali mengeluhkan rasa sakit kepala.
Ketika ditensi, tekanan darah Juita sudah kembali normal. Tapi, kondisi Juita waktu itu sudah pucat. Pihak Puskesmas kembali meminta agar Juita segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
“Saat kembali ke Puskesmas, kami memang tetap melayani dan memberikan vitamin. Tapi, kami juga bilang harus ke rumah sakit karena jika dilihat dari ciri-cirinya, itu sudah pucat. Tapi, kami tidak tahu dibawa ke rumah sakit atau tidak," kata Hertje.
Kabar duka pun akhirnya diterima Puskesmas, di mana Juita dinyatakan telah meninggal dunia pada Minggu (18/7). Hertje mengaku, pihaknya sedih mendengar kabar tersebut.
ADVERTISEMENT
"Terus terang kami juga ikut berduka dengan kabar ini. Kami turut berbelasungkawa," kata Hertje.
Sementara, Hertje mengaku tak bisa berbicara banyak atau menjelaskan tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dialami oleh Juita. Menurutnya, pihak Puskesmas didatangi oleh Juita, ketika sudah lima hari setelah divaksin. Menurutnya, KIPI terjadi 1x24 jam setelah vaksinasi.
"Setahu kami, KIPI itu adalah 1x24 jam setelah vaksinasi. Tapi, nanti tanya ke yang lebih ahli soal itu. Puskesmas sendiri, memeriksa Juita itu sudah lima hari setelah Juita divaksin," kata Hertje kembali.
febry kodongan