Konten Media Partner

Melihat Museum Holocaust Shaar Hashamayim di Minahasa, Sulawesi Utara

6 Februari 2022 18:16 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rabi Yaakov Baruch (Toar Palilingan Junior), menjelaskan tentang foto-foto yang dipajang di Museum Holocaust. (foto: febry kodongan/manadobacirita)
zoom-in-whitePerbesar
Rabi Yaakov Baruch (Toar Palilingan Junior), menjelaskan tentang foto-foto yang dipajang di Museum Holocaust. (foto: febry kodongan/manadobacirita)
ADVERTISEMENT
MINAHASA - Museum Holocaust Shaar Hashamayim yang ada di Kelurahan Rerewokan, Lingkungan II, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, mulai ramai dikunjungi oleh masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Masyarakat merasa tertarik untuk melihat isi dari museum yang terletak di kompleks sinagoge Shaar Hashamayim, yang baru diresmikan pada Kamis (27/1), dan merupakan Museum Holocaust pertama di Asia Tenggara.
Warga melihat koleksi foto di Museum Holocaust Shaar Hashamayim di Minahasa, Sulawesi Utara. (foto: febry kodongan/manadobacirita)
Sementara itu, pantauan manadobacirita di dalam Museum Holocaust terdapat 19 foto yang dipajang di ruangan berbentuk persegi empat dengan luas 48 meter persegi ini.
Warga berfoto di dalam Museum Holocaust. (foto: febry kodongan/manadobacirita)
Di dalam museum itu juga terdapat satu buah televisi, yang berisi video-video kesaksian warga Yahudi dan para tokoh agama yang lolos dari aksi brutalisme tentara Jerman di era kepemimpinan Adolf Hitler tahun 1933 hingga 1945.
Museum Holocaust yang diresmikan oleh Bupati Minahasa, Royke Roring dan juga dihadiri oleh Dubes Jerman untuk Indonesia, Ina Kepel, buka untuk umum setiap hari mulai pukul 10.00 Wita hingga 15.00 Wita.
Dari informasi yang dirangkum, pendiri Museum Holocaust ini ada dua orang, di mana salah satunya adalah Raabi Yaakov Baruch, atau nama Indonesia Toar Palilingan Junior.
ADVERTISEMENT
Saat diwawancarai, Yaakov Baruch mengatakan ide pembangunan museum tersebut adalah mengenang Keluarga dari neneknya yang dibantai di Camp konsentrasi Ausvhwitz Birkenau pada tahun 1942 hingga 1944. Selain itu, Yaakov bilang, dibangunya Museum Holocaust ini adalah untuk mengedukasi masyarakat di Indonesia terlebih khusus para kawula muda tentang bahaya rasisme dan kebencian yang harus diperangi sejak awal.
Museum Holocaust di Minahasa
"Pesan dari Museum ini, kita bukan hanya melawan yang anti Yahudi, tapi juga kita melawan berbagai bentuk sentimen anti agama dan etnis manapun. Makanya setiap museum holocaust di seluruh dunia itu, bersama-sama berjuang, menentang penindasan dan ketidakadilan. Itu harus kita perangi bersama karena kita ingin mempunyai dunia yang damai, saling menghormati dan saling respect satu sama lain," ujar Yaakov.
ADVERTISEMENT
febry kodongan