Mengenal 'Mapalus', Budaya Gotong Royong ala Masyarakat Minahasa

Konten Media Partner
12 Juli 2019 21:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Kelurahan Kumelembuai, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, bergotong royong atau mapalus untuk membuka jalan perkebunan yang akan tersambung dengan jalan utama yang beraspal. Jalan ini untuk memudahkan warga mengangkut hasil perkebunan.
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kelurahan Kumelembuai, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, bergotong royong atau mapalus untuk membuka jalan perkebunan yang akan tersambung dengan jalan utama yang beraspal. Jalan ini untuk memudahkan warga mengangkut hasil perkebunan.
ADVERTISEMENT
Ratusan warga Kelurahan Kumelembuai, Kecamatan Tomohon Barat, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, berbondong-bondong ke area perkebunan yang masih ditutupi semak belukar dan pepohonan besar, Jumat (12/7). Merekan hendak membuat jalur baru perkebunan yang akan tersambung dengan jalan utama.
ADVERTISEMENT
Pria dewasa bertugas membersihkan semak belukar dan meratakan tanah menggunakan cangkul, sekop, dan sejumlah parang, di antaranya menggunakan mesin sensor untuk memotong dahan. Sementara sisa-sisa rumput yang ada dibereskan oleh anak laki-laki.
Sedangkan para perempuan dewasa menyiapkan makanan di tenda-tenda yang mereka dirikan sendiri. Makanan yang mereka siapkan akan dimakan bersama saat istirahat pada siang hari.
Pria dan perempuan dewasa, serta anak-anak mendapat tugas masing-masing agar mapalus dapat berjalan efektif dan efisien. Kegiatan ini selalu diikuti banyak warga karena hasilnya dinikmati bersama untuk meningkatkan kesejahteraan.
Tak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melihat sebuah jalan baru akhirnya terbentuk di area perkebunan itu. Jalan itu pun tersambung ke jalan utama yang sudah beraspal. Dengan dibuatnya jalan itu, kini masyarakat akan lebih mudah mengangkut hasil perkebunan.
Kegiatan masyarakat Kelurahan Kumelembuai ini disebut dengan mapalus atau kerja bakti atau gotong royong dalam bahasa umum. Kegiatan ini dipercaya merupakan khas orang Minahasa sejak zaman dulu.
Mapalus sebenarnya sudah dijadikan program Gereja Bukit Zaitun sejak 15 tahun lalu. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun pada masa liburan.
Kegiatan gotong royong atau mapalus itu sebenarnya sudah dijadikan program Gereja Bukit Zaitun sejak 15 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Dengan bergotong royong tentu pekerjaan akan lebih mudah. Sejak dulu warga Minahasa itu punya semangat mapalus atau bergotong royong. Nah, kita coba menjaganya untuk kepentingan kita bersama," kata Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat Gereja Bukit Zaitun, Pendeta Anneke Pandoh Woy, Jumat (12/7).
Anneke mengatakan kegiatan mapalus dilakukan setiap tahun pada masa liburan. Semua warga jemaat gereja mengambil bagian dalam mapalus karena hasilnya bisa dinikmati bagi semua orang, sebab kegiatan ini semuanya berhubungan dengan peningkatan kehidupan semua warga.
"Selain Gereja GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), ada juga jemaat lain dari Pantekosta dan Katolik yang ikut karena untuk kebaikan bersama," ucap Anneke.
Warga melakukan ibadah di tenda-tenda jelang istirahat makan siang saat mapalus.
Penatua Freddy Lengkong menambahkan, masyarakat tidak hanya melakukan kegiatan mapalus hanya saat ada program gereja. Melainkan mereka melakukannya sehari-hari untuk berkebun dalam kelompok-kelompok kecil.
ADVERTISEMENT
"Jadi mapalus bukan hanya untuk kegiatan besar seperti buka jalan saja, tetapi untuk kerja sehari-hari seperti membuka perkebunan. Tetap ada saja kelompok mapalus yang dilakukan," kata Freddy Lengkong.
Kegiatan mapalus dilakukan seharian penuh sesuai dengan kesepakatan bersama untuk membuka jalan perkebunan.
Mapalus menjadi kegiatan yang bermakna saling membantu sejak dulu kala dalam masyarakat Minahasa. Mereka juga melakukan ini saat ada pesta perkawinan atau ketika ada warga yang mengalami musibah. Warga umumnya membantu dalam bentuk pembiayaan dan memasak.
Warga yang mendapat bantuan nantinya akan membalas dengan hal serupa kepada orang yang membantunya.
manadobacirita