Konten Media Partner

Petani di Tomohon Keluhkan Dugaan Pencemaran yang Sebabkan Gagal Panen Padi

15 September 2020 11:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara, Wenny Lumentut saat menggelar reses di Kota Tomohon, Sulawesi Utara
zoom-in-whitePerbesar
Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara, Wenny Lumentut saat menggelar reses di Kota Tomohon, Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
TOMOHON - Warga Kelurahan Tondangow, Kecamatan Tomohon Selatan mengeluhkan dugaan adanya limbah yang telah mencemari lahan pertanian. Selain itu, Hingga saat ini mereka kesulitan untuk mendapatkan air bersih untuk mengaliri lahan sawah.
ADVERTISEMENT
Permasalahan ini terungkap saat kegiatan Reses yang digelar Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara, Wenny Lumentut, akhir pekan lalu.
Warga mengatakan sawah yang dikelola diduga dirusak oleh limbah Pertamina Geothermal, karena tidak ada air lagi yang mengaliri perkebunan. Yeni Wawo, Warga Tondangow. menyebutkan, dirinya dan beberapa warga lainnya sudah berulang kali mengeluhkan permasalahan tersebut kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tomohon dan pihak Pertamina Geothermal.
"Memang saat itu pihak DLH dan Pertamina Geothermal langsung meninjau lokasi kebun tersebut. Bahkan ada bantuan untuk petani berupa pupuk dan ganti rugi. Namun tahun 2015, ternyata hal berulang terjadi. Padi yang ditanam tak berbuah karena akar padi sudah membusuk," tutur Wawo.
Anggota DPRD Sulawesi Utara, Wenny Lumentut mengatakan pihaknya akan menyampaikan keluhan tersebut secara resmi karena terungkap dalam reses. Dikatakan Lumentut, jika tidak ditindaklanjuti oleh pihak Pertamina Geothermal, pihaknya akan menggelar hearing dengan mereka.
ADVERTISEMENT
"Sekalipun, jika nanti saya sudah tidak Anggota DPRD Sulawesi Utara, saya akan memberikan catatan khusus buat Pertamina Geothermal agar kasus ini bisa terselesaikan," ujar Lumentut yang pada Pilkada 2020 ini mencalonkan diri sebagai Wakil Wali Kota Tomohon.
Sementara itu, Senior Supervisor Government dan PR PGE Area Lahendong, Bagus Dimas Wibisono mengatakan, persoalan yang dikeluhkan warga asal Tondangow, terjadi pada kisaran tahun 2017, dimana diduga kuat merupakan lokasi perwasahan yang ada di belakang kluster 24.
Dikatakannya, saat kejadian tersebut, pihak Pertamina Gheotermal bersama dengan DLH dan Dinas Pertemuan sudah melakukan cek lokasi, dan menemukan jika yang membuat air tidak lagi mengalir di persawahan karena terdampak hujan lebat, bukan karena limbah.
"Kami juga mau menyampaikan, jika dibilang limbah, tidak ada limbah yang keluar. Karena airbrand harus kita re-injeksikan kembali. Apalagi limbah-limbah lainnya tidak diperbolehkan dibuang ke lingkungan," tutur Wibisono menjelaskan.
ADVERTISEMENT
febry kodongan