Pria Asal Indramayu Ini Terpaksa Jadi Pengamen karena Usaha Terdampak Corona

Konten Media Partner
19 November 2020 18:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hamid, pria asal Indramayu, Jawa Barat, sambil menggendong speaker aktif, bernyanyi di depan pelanggan salah satu kios makanan di Kota Manado, Sulawesi Utara
zoom-in-whitePerbesar
Hamid, pria asal Indramayu, Jawa Barat, sambil menggendong speaker aktif, bernyanyi di depan pelanggan salah satu kios makanan di Kota Manado, Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
KEDATANGAN Hamid, pria asal Indramayu ke Kota Manado empat bulan lalu, membawa harapan memperbaiki perekonomian keluarga dengan mengadu nasib berjualan ayam lalapan di ibu kota Provinsi Sulawesi Utara ini.
ADVERTISEMENT
Namun, harapan itu jauh dari kenyataan. Dampak corona ternyata masih menyebabkan daya beli masyarakat termasuk di Kota Manado, belum stabil. Alih-alih mulai mendapatkan keuntungan, usaha Hamid sepi. Akhirnya lapak jualan ayam lalapan yang dikelola bersama dengan istrinya harus tutup.
Tak sampai situ, Hamid yang di daerah asalnya Indramayu, Jawa Barat adalah seorang buruh tani dengan gaji Rp 30 ribu per hari, harus kembali memutar otak untuk mendapatkan uang, yang akan digunakannya untuk biaya kebutuhan sehari-hari, dan membayar cicilan modal usaha yang dipinjamnya.
Usaha ayam lalapan Hamid yang tutup karena terdampak daya beli masyarakat yang turun karena corona, terpaksa harus mengamen untuk menutupi biaya hidup dan hutang modal yang dipinjamnya
Menjadi pengamen kemudian ditentukan akan dijalaninya. Namun, walaupun memiliki suara merdu, rupanya Hamid tak tahu memainkan alat musik. Tapi, lagi-lagi dirinya mendapatkan solusinya. Dirinya kemudian membeli satu buah speaker aktif bluetooth, yang akan digunakan untuk mengiringi ketika dirinya menyanyi.
ADVERTISEMENT
Berbekal speaker aktif yang dihubungkan dengan handphone miliknya, mulailah petualang Hamid sebagai seorang pengamen di kios-kios makanan yang ada di Kota Manado. Saat ditemui beberapa hari lalu, Hamid mengaku sudah menjalani profesinya itu selama dua pekan terakhir.
Lagu andalan yang dibawakan oleh Hamid adalah Terpaksa milik Rhoma Irama. Dirinya mengaku, lagu ini seperti menyuarakan isi hatinya karena harus menjadi pengamen di daerah orang lain.
Sebagai seorang buruh tani dengan gaji harian di daerah asalnya, Hamid datang ke Kota Manado untuk merubah nasibnya
"Terpaksa jadi pengamen. Lagu ini memang pas dengan kondisi saya sekarang," kata Hamid.
Hamid mengaku, untuk memulai jadi pengamen, dirinya harus meminjam uang membeli peralatan speaker dan juga mic. Ditambah dengan hutang modal saat membuka kios ayam lalapan, dirinya kini wajib menyetor Rp 300 ribu per hari.
ADVERTISEMENT
Hal ini memang diakui Hamid sedikit berat. Soalnya, pendapatan mengamen tidak menentu. Untuk itu, dirinya harus mengamen dari siang hingga malam hari.
"Kadangkala dapat Rp 200 ribu per hari. Disetor sambil jujur bilang hanya dapat begitu. Beruntung yang kasih pinjam, orangnya baik dan mengerti kondisi saya. Yang penting jujur," kata Hamid.
Hamid sendiri menyebutkan, untuk saat ini dirinya belum memiliki keinginan untuk balik ke Indramayu, sekalipun saat ini dirinya hanya bisa mengamen di Kota Manado. Diakuinya, selain harus bertanggung jawab dengan pinjaman yang belum selesai, kehidupan di daerahnya diakui sama susahnya dengan di Manado.
"Jadi, saya bertekad untuk tetap berusaha. Jika sudah selesai membayar hutang, saya akan mencari usaha lain yang lebih baik. Untuk mengamen, karena kondisi, ya terpaksa saya harus menjalaninya," kata Hamid kembali.
ADVERTISEMENT
manadobacirita