Konten Media Partner

Skolah Sei Pante, Pendidikan Lingkungan untuk Anak Pesisir di Sulut

15 Oktober 2019 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
TAMPAK ANTUSIAS: Anak-anak yang ikut Skolah Sei Pante begitu antusias mengikuti pelajaran tentang lingkungan yang digelar. Mereka tampak aktif dalam interaksi (foto: dok manengkel solidaritas)
zoom-in-whitePerbesar
TAMPAK ANTUSIAS: Anak-anak yang ikut Skolah Sei Pante begitu antusias mengikuti pelajaran tentang lingkungan yang digelar. Mereka tampak aktif dalam interaksi (foto: dok manengkel solidaritas)
ADVERTISEMENT
Sejumlah anak tampak begitu antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar lingkungan dari instruktur dan guru. Mereka berebutan mengangkat tangan dan menjawab menggunakan lisan dan juga mempraktekan gaya dalam menjawab. Suasana begitu riang gembira, walaupun anak-anak tersebut tampak duduk hanya beralaskan lantai kelas.
ADVERTISEMENT
Suasana ini adalah salah dari kegiatan Skolah Sei Pante, yang merupakan gagasan dari Manengkel Solidaritas, LSM lingkungan di Sulawesi Utara. Penyebutan Skolah merupakan dialek yang ada di di Sulawesi Utara untuk penyebutan Sekolah. Sei Pante adalah bahasa lokal yang artinya Pinggir Pantai.
Anak-anak diberikan materi-materi pendidikan lingkungan dari para instruktur Skolah Sei Pante agar ke depannya, mereka menjadi penjaga lingkungan sekitarnya (foto: dok manengkel solidaritas)
Skolah Sei Pante ini sendiri merupakan program kerjasama dari LSM Manengkel Solidaritas dengan support dari sejumlah founding termasuk dengan PT Tirta Investama Airmadidi untuk pendampingan SD di Bahowo, Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, dengan tujuan mendidik anak-anak sekolah dasar di daerah pesisir wilayah Sulawesi Utara, terkait lingkungan dan dampak jika tidak menjaganya.
Berangkat dari kegelisahan sejumlah personil di LSM lingkungan tersebut, sekolah yang digagas sejak 2016 ini, kini telah bekerjasama dengan sejumlah sekolah di Minahasa Selatan dan 1 di Kelurahan Bahowo, Kota Manado serta beberapa daerah lainnya.
ADVERTISEMENT
"Target utama kami memang anak-anak pesisir terlebih dahulu dengan sasaran porgram yakni anak-anak ini paham soal kekayaan alam yang mereka miliki dan akhirnya sadar dan wajib untuk menajaganya untuk keberlangsungan kehidupan bersama," tutur Ketua Umum Manengkel Solidaritas, Sella Runtulalo, Selasa (15/10).
Ketua Umum Manengkel Solidaritas, Sella Runtulalo
Menurut Sella, pemahaman tentang degradasi pesisir dan kerusakan lingkungan, tak bisa hanya dilakukan lewat kampanye saja, melainkan harus ada tindakan nyata yang menyasar langsung ke masyarakat, terutama anak-anak.
Anak-anak inilah yang nantinya lewat pendidikan yang diberikan, bisa terus menyimpan memori tentang kehidupan yang harus menjaga lingkungan untuk keberlangsungan hidup mereka sendiri dan orang banyak.
Diceritakan Sella, sekolah ini memiliki visi ke depan untuk merubah perilaku masyarakat nelayan di pesisir untuk tidak lagi menggunakan hal-hal yang berbahaya seperti menebang bakau, melakukan pemboman ikan dan hal-hal yang merusak lingkungan secara jangka panjang.
Skolah Sei Pante sudah berlangsung sejak tahun 2016, dimana sudah ada 14 sekolah di 4 Kabupaten dan Kota se Sulawesi Utara yang ikut kerjasama terkait dengan Pendidikan Lingkungan ini (foto: dok manengkel solidaritas)
Dikatakannya, untuk saat ini secara sporadis merubah perilaku yang sudah menahun di tengah masyarakat nelayan, sangat sulit. Tapi, lewat anak-anak inilah, coba diajarkan tentang alam itu, apa dan bagaimana menjaga alam untuk kepentingan semua.
ADVERTISEMENT
"Intinya, anak-anak ini nantinya menjadi penjaga bukan pelaku kerusakan lagi. Jika saat ini mereka sering lihat keluarga mereka melakukan hal-hal seperti membuat bom ikan, menebang bakau dan sebagainya, ke depan mereka akan mulai mengingatkannya dan mengajak untuk menjaganya," tutur Sella.
Keberlangsungan Program
Skolah Sei Pante tentunya tidak memiliki instruktur atau guru yang bisa tetap ada di 14 sekolah yang kini mereka didik. Keterbatasan sumber daya, menjadi salah problem yang harus dihadapi.
Namun, solusi yang tepat berhasil diambil oleh Skolah Sei Pante, dengan memberdayakan guru-guru yang ada di sekolah yang bekerjasama dengan mereka.
"Karena ini program yang sangat baik untuk ke depannya, maka kami berpikir bagaimana kontinuitasnya. Jadi, kita kerjasama dengan sekolah, mendidik sejumlah guru bagaimana teknik mengajar terkait lingkungan dan berbagai pengetahuannya," kata Sella.
ADVERTISEMENT
Sella bahkan bilang, untuk tahun 2020 nanti, Skolah Sei Pante dilirik oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Minahasa Utara, untuk melakukan kerjasama memberikan pendidikan lingkungan tak hanya di Sekolah Dasar yang ada di pesisir, tetapi seluruh sekolah hingga di jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah tersebut.
"Untuk kerjasama di tahun 2020 mendatang, nantinya kita akan fokus tentang bagaimana melindungi sumber-sumber mata air yang ada di Minahasa Utara. Bagaimana merawat hutan untuk ketersediaan air. Seperti di Kakidian, di Gunung Klabat, itu kita akan menyediakan pendidikan soal itu," tutur Sella.
Sementara, Sella menyebutkan, Skolah Sei Pante saat digagas pertama kali di tahun 2016, memang melewati banyak proses agar program ini begitu matang. Dikatakannya, mulai dari sistem sekolah, kurikulum, teknik sekolah atau dalam hal komite hingga pada modul utama pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Sella bilang, pendidikan lingkungan dengan sasaran anak-anak memang perlu pertimbangan tersendiri, mengingat penyerapan materi harus benar-benar mengena dan dipahami oleh para peserta didik.
"Jadi dalam modul pembelajaran pun, kita mengupayakan bagaimana pendidikan itu tersampaikan, baik lewat materi yang menggunakan alat peraga yang familiar dengan anak-anak seperti boneka, hingga ke cara lainnya," tutur Sella.
"Intinya, pendidikan lingkungan ini bisa tersampaikan dengan baik, dimana anak-anak yang ikut sekolah ini, bisa memiliki memahami tentang alam dan dampak-dampak jika kita tidak menjaganya," kata Sella kembali.
isa anshar jusuf