Konten Media Partner

Warga Sangihe Gelar Ritual Adat Darumatehu Sembanua, Tolak Eksploitasi

17 Desember 2023 7:46 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengurus Badan Adat Sangihe, Riedel Bartel Sipir, saat membawakan ritual adat Tatahimokoi atau merendahkan diri dalam rangkaian kegiatan ritual adat Darumatehu Sembanua yang digelar di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara.
zoom-in-whitePerbesar
Pengurus Badan Adat Sangihe, Riedel Bartel Sipir, saat membawakan ritual adat Tatahimokoi atau merendahkan diri dalam rangkaian kegiatan ritual adat Darumatehu Sembanua yang digelar di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
SANGIHE - Warga di Kabupaten Sangihe di Sulawesi Utara (Sulut), menggelar ritual adat 'Darumatehu Sembanua' atau berarti rintihan jiwa orang se-Pulau Sangihe.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang merupakan inisiasi tokoh masyarakat Sangihe, Jull Takaliuang dan para Tetua Adat Sangihe serta komunitas Save Sangihe Island (SSI) ini, digelar di Kawasan Boulevard Tahuna dekat Pelabuhan lama, Sabtu (16/12) kemarin.
Ritual ini diikuti oleh masyarakat Kampung Bowone, Menggawa, Kalinda, Hesang, Binala, dan Kalekube, yang merupakan wilayah-wilayah yang terkena imbas dari eksploitasi tambang yang hingga kini tetap berlangsung walaupun sudah ada keputusan Mahkamah Agung (MA) terkait pencabutan izin.
Jull Takaliuang mengatakan, kegiatan ini merupakan cara mengucapkan syukur terbangunnya kesepahaman, komitmen dan konsistensi antar generasi dalam menghidupkan kembali budaya dan adat istiadat yang menjadi jati diri orang Sangihe, terutama berkaitan dengan penolakan penghancuran ruang hidup suku Sangihe oleh eksploitasi masif ekstrativisme.
"Kegiatan ini kami laksanakan sebagai bentuk kebersamaan, ucapan syukur dan ungkapan hati serta rintihan jiwa atas putusan MA membatalkan surat nomor 163.K/MB.04/DJB/2021, tentang persetujuan peningkatan tahap operasi produksi kontrak karya PT Tambang Emas Sangihe atau TMS," katanya.
ADVERTISEMENT
Jull berharap, terlaksananya Dalumatehu Sembanua sebagai integral penting kehidupan suku Sangihe dalam upaya menyelamatkan ruang hidup Sangihe serta memperkokoh eksistensi budaya dan adat istiadat.
"Ini menjadi momen atau titik awal terhubungnya generasi muda dengan para tetua Adat Sangihe dalam menyatukan persepsi antar generasi dan membangun komitmen demi menyelamatkan pulau Sangihe dari ancaman kehancuran," kata Jull kembali.
Rendy, salah satu pemuda yang hadir dalam kegiatan ini, mengaku jika kegiatan ini sekaligus mengirimkan pesan kepada para pemangku kebijakan untuk tidak sembarangan mengizinkan eksploitasi di Sangihe yang justru mengancam orang Sangihe itu sendiri.
"Kami minta pemerintah, aparat dan juga semua pihak agar tak lagi mengizinkan pengerusakan lingkungan di Sangihe," kata Rendy kembali.
febry kodongan
ADVERTISEMENT