Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Pranata Sosial: Pilar Utama Membangun Lingkungan Aman untuk Anak
25 Maret 2025 7:26 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Manda Septina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Jika kita mendengar istilah Pranata Sosial apa yang hendak kita bayangkan? Kemudian, seperti apa definisi dari Lingkungan Aman untuk Anak? Apakah lingkungan yang terhindar dari peperangan, sudah bisa disebut aman?
ADVERTISEMENT
Pengertian Pranata Sosial
Pranata Sosial menurut Robert Melver (1948) dipahami sebagai lembaga sosial meliputi prosedur yang diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia dalam suatu kelompok masyarakat. Leopold Von Wiese dan Becker (1932) juga menegaskan bahwa adanya pranata sosial berfungsi untuk memelihara hubungan interaksi masyarakat sesuai kepentingan dan kebutuhan individu dan kelompok.
Pranata sosial tidak bisa tercipta dalam sekejap mata, diperlukan proses yang dinamis karena melihat keberagaman kebutuhan masyarakat sesuai perkembangan jaman. Beragamnya aktivitas dan kebutuhan manusia dalam bermasyarakat membawa konsekuensi terhadap bentuk-bentuk dari pranata sosial.
Gillin dan Gillin mengklasifikasikan bentuk pranata sosial dalam 5 kategori, yaitu
1. Crescive Institutions & Enacted Institution
Crescive & Enacted Institutions merupakan bentuk pranata sosial berdasarkan perkembangannya. Crescive Institutions disebut sebagai pranata sosial primer, yang terbentuk secara tak disengaja dan tumbuh dari adat istiada masyarakat (contoh: agama, hak milik, perkawinan). Enacted Institutions dipahami sebagai pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu (contoh: lembaga pendidikan, lembaga perdagangan, lembaga layanan kesehatan, dst).
ADVERTISEMENT
2. Basic Institutions & Subsidiary Institutions
Kategori ini terbentuk berdasarkan nilai-nilai yang diterima masyarakat. Basic Institutions dipahami sebagai pranata sosial pokok yang dibentuk untuk memelihara tata tertib dalam masyarakat, seperti di lingkungan keluarga, sekolah dan negara. Sedangkan, Subsidiary Institutions justru sebaliknya, dianggap sebagai pranata sosial pendukung, karena dibentuk dengan tujuan melengkapi kebutuhan pokok, seperti kegiatan rekreasi, pemberdayaan karang taruna, dan aktivitas penunjang lainnya.
3. Social Sanctioned Institutions & Unsanctioned Institutions
Kategori ini dibentuk berdasarkan penerimaan masyarakat terhadap pranata sosial. Social Sanctioned Institutions dipahami sebagai lembaga-lembaga sosial yang diterima masyarakat, seperti lembaga sekolah, lema. Sedangkan, Unsanctioned Institutioned sebagai lembaga sosial yang ditolak keberadaannya, seperti kelompok perampok, pemulung, preman, dan sejenisnya.
ADVERTISEMENT
4. General Institutions & Restricted Institutions
Bentuk pranata sosial ini berdasakan pada penyebarannya. General Institutions dikenal sebagai jenis pranata sosial yang umum dan dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia, contohnya pranata agama. Berbeda halnya dengan Restricted Institutions lebih dikenal sebagai pranata sosial yang hanya berlaku pada kalangan masyarakat tertentu, seperti pranata adat istiadat, dimana tiap daerah memiliki pranata yang berbeda-beda.
5. Operative Institutions & Regulative Institutions
Kategori ini terbentuk berdasarkan fungsinya bagi masyarakat. Operative Institutions berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga tertentu, seperti lembaga industri, lembaga koperasi, dan sejenisnya. Regulative Institutions lebih dikenal sebagai pranata sosial yang mengawasi adat istiadat dan tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari lembaga itu sendiri, contohnya kejaksaan dan pengadilan.
ADVERTISEMENT
Kategorisasi pranata sosial diatas membuktikan bahwa dalam setiap kelompok masyarakat memiliki beragam jenis lembaga sosial. Setiap kelompok masyarakat tentunya juga memiliki sistem nilai yang dijunjung sesuai dengan kebutuhan. Pada intinya, pranata sosial bisa dipahami dalam 2 kategori, yaitu terencana dan tidak terencana atau lahir secara bertahap.
Pranata Sosial: Lingkungan Aman untuk Anak
Menciptakan lingkungan yang aman untuk anak membutuhkan langkah strategis yang kompleks. Melihat kondisi dan situasi saat ini, lingkungan keluarga tidak cukup kuat menjadi pondasi untuk menciptakan lingkungan yang aman. Tidak sedikit anak-anak justru merasa terancam ketika berada di rumah, sekolah, dan lingkungan bermainnya.
Perlu sinergi dari beragam aspek kehidupan anak dalam hidup bermasyarakat, salah satunya membangun pranata sosial yang baik dan aman bagi anak-anak. Pranata sosial dibentuk mulai dari moral, normal sosial, sistem sosial yang disepakati bersama dalam suatu kelompok masyarakat, yang berperan dalam menjaga keteraturan, keamanan, dan kesejahteraan bersama. Hal ini bisa dibentuk dengan dasar dan tujuan yang benar serta didukung oleh pendidikan, lingkungan yang mendukung, dan partisipasi aktif semua pihak, seperti keluarga, sekolah, pemerintah, serta masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, pranata sosial yang kokoh mampu menciptakan lingkungan yang aman, harmonis, dan berkesinambungan bagi tumbuh kembang anak.
Peran Strategis Pranata Sosial dalam Mendukung Agenda SDGs
Pranata sosial yang kokoh dan aman untuk anak mampu menjadi salah satu strategi yang bisa diupayakan bersama untuk mendukung Agenda SDGs (Sustainable Development Goals) yang diharapkan tercapai 2030, seperti terciptanya lingkungan yang mendukung pendidkan, memiliki kualitas dan pelayanan kesehatan yang memadai, memastikan kualitas hidup yang layak, pengurangan ketimpangan, dan kemajuan sosial yang inklusif.
Penerapan pranata sosial yang strategis sangat membutuhkan komitmen kolektif dari semua pihak, mulai dari keluarga, komunitas, sekolah, hingga pemerintah. Dengan membangun pranata sosial yang kuat, tujuan pembangunan berkelanjutan tidak hanya menjadi visi global, tetapi juga realitas yang terasa dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi masa depan.
ADVERTISEMENT