Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Wabendum Golkar Ingatkan Pancasila Sebagai Pedoman Berbangsa
11 Mei 2018 17:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari satumandau tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Soroti Persatuan dan Kesatuan, Wabendum Golkar Ingatkan Pancasila Pedoman Berbangsa
ADVERTISEMENT
Ancaman perpecahan NKRI semakin terasa, sejak kemenangan Joko Widodo sebagai Presiden RI pada 2014. Kubu pendukung Prabowo seolah tidak mau menerima kenyataan. Terlalu sering kritik pedas dan nyinyiran ke pihak pemerintah, terutama Jokowi. Fenomena ini semakin besar dengan munculnya kasus Ahok yang memunculkan gerakan 212. Fenomena dua kubu yang semakin mengkristal ini diprediksi akan kembali berhadapan pada Pemilu 2019 nanti.
Hal ini menjadi perhatian bagi politisi senior Partai Golkar, HMA Pahlevi Pangerang. ”Fenomena Jokowi dan 212, saat ini membuat kita terpecah dua kelompok. Yang satu dikatakan miring ke kiri atau komunis, sementara yang lain dikatakan miring ke kanan atau negara Islam.” Demikian pernyataan yang disampaikan kepada wartawan pada Jumat (11/5/2018).
ADVERTISEMENT
Sosok yang menjabat sebagai Wabendum DPP Partai Golkar ini mengatakan, bahwa kedua pihak saling menyatakan membela keutuhan NKRI, tapi bukannya bersatu mewujudkan keutuhan tersebut, malah saling menyerang dan menjatuhkan. “Banyak lagi stigma lain yang dipakai untuk saling menyerang. Tapi ada kesamaannya bahwa kedua-duanya seperti ingin menyelamatkan NKRI. Kok jadi aneh ya, punya kesamaan tapi kok gontok-gontokan.”
Menurut politisi Partai Golkar ini, kemungkinan yang paling masuk akal melihat fenomena tersebut adalah, bahwa persatuan dan kesatuan Negara Indonesia terancam oleh pihak yang ingin memecah belah negara RI. “Kebhinekaan kita ditumpangi misi terselubung yg ingin memecah belah semua,” demikian jelas Pahlevi Pangerang.
Soal prinsip dan keyakinan, menurut Pahlevi Pangerang, hal tersebut adalah sesuatu yang bersifat personal. “Sedangkan sebagai makhluk sosial dan sebagai umat beragama kita harus saling menghormati,” demikian Pahlevi menambahkan.
ADVERTISEMENT
Pahlevi Pangerang mengatakan bahwa ideologi PANCASILA sudah paling tepat dipahami sebagai pedoman hidup bernegara di Indonesia. Dirinya mengatakan bahwa masing-masing pihak memiliki hak untuk menjagokan pilihannya, tapi juga saling menghormati hak orang lain yang memiiki pilihan berbeda. ”Pro Jokowi, itu hakmu, pro Prabowo, itu juga hakmu,pro dan pro, siapapun dia itu juga hak mu.” Demikian tegas Pahlevi Pangerang.
Pahlevi Pangerang meminta agar semua pihak saling menjaga persatuan dan kesatuan, serta tidak memaksakan ego masing-masing. “Jadi sebenarnya kita sadar sedang diuji, tapi tidak tahu bagaimana harus bertindak dan bersikap,karena ego musuh terbesar kita semua,” demikian tutup Pahlevi. [satumandau.com ]