Mari Selamatkan Leuser!

Manik Sukoco
Senang membaca. Sesekali menulis.
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2017 6:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Manik Sukoco tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mari Selamatkan Leuser!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Foto: LoveTheLeuser.org
Pernahkah Anda mendengar nama Leuser?
Leuser adalah sebuah ekosistem yang terletak di sebelah utara pulau Sumatera, membentang di antara dua provinsi di Sumatra yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Sebuah kawasan hutan hujan tropis yang ditahbiskan menjadi sebagai Warisan Dunia Hutan Hujan Tropis Sumatera oleh Komite Warisan Dunia pada 2004 bersama Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Kawasan ini merupakan kawasan hutan lindung dan rawa gambut yang beruap.
Mari Selamatkan Leuser! (1)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Junaidi Hanafiah, Mongabay.
ADVERTISEMENT
Walau sepertiga dari wilayah Ekosistem Leuser ditunjuk sebagai Taman Nasional Gunung Leuser telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, namun sebetulnya masih banyak wilayah Ekosistem Leuser yang berada di luar batas-batas taman nasional (Barahamin, 18/4).
Leuser dikenal karena karena keanekaragaman hayati dan merupakan salah satu hutan hujan terpenting yang masih ada hingga saat ini. Kappi misalnya, hutan datar yang terletak dalam zona inti dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TGNL) adalah sumber air penting bagi masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan sebagian Gayo Lues.
Mari Selamatkan Leuser! (2)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Junaidi Hanafiah, Mongabay.
Manager Konservasi Forum Konservasi Leuser (FKL), Rudi Putra mengatakan bahwa Leuser harus dilestarikan. Sebagian besar sungai di Aceh Timur, maupun Aceh Tamiang, berhulu ke hutan Kappi, atau biasa disebut Daerah Aliran Sungai Tamiang. Dari sungai, masyarakat menangkap ikan dengan cara menjala, kemuadian diasapkan, dan dijual dengan harga Rp. 100.000 per kilogram. Belum lagi aktivitas masyarakat yang mencari rotan.
ADVERTISEMENT
Wilayah Leuser merupakan ekosistem bersejarah yang dikenal oleh ilmu pengetahuan telah mengalami ribuan tahun evolusi tak terputus. Hasilnya adalah salah satu konsentrasi keanekaragaman hayati tertinggi. Leuser merupakan rumah bagi setidaknya 105 jenis mamalia, 386 jenis burung, 95 jenis reptil dan amfibi dan 8.500 spesies tanaman. Banyak di antaranya seperti Thomas Leaf Monkey, atau dikenal sebagai Monyet Kedih, merupakan spesies endemik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain (Barahamin, 18/4).
Leuser pun menjadi habitat berbagai satwa liar yang terancam punah. Bahkan, kehidupan gajah sumatera sangat bergantung pada kelestarian hutan ini. Leuser memiliki banyak sumber mineral yang sangat dibutuhkan satwa liar, termasuk juga badak, harimau, dan orangutan sumatera.
Mari Selamatkan Leuser! (3)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Paul Hilton, RAN.
ADVERTISEMENT
Sungai di kawasan Gunung Leuser menyediakan air minum bagi jutaan orang. Hutan hujan dataran rendah dan pegunungan secara harfiah merupakan tempat terakhir di bumi, dimana gajah sumatera, orangutan, harimau, maupun badak berjemur serta hidup berdampingan di alam liar. Secara global, kita semua bergantung padanya untuk efek pengatur iklim yang hanya bisa dilakukan oleh penyerap karbon besar.
Mari Selamatkan Leuser! (4)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Junaidy Hanafiah, Mongabay.
Namun, ekosistem Leuser terus-menerus dihancurkan untuk kepentingan industri kelapa sawit dan industri lainnya. Hasil investigasi lapangan yang dikeluarkan oleh Rainforest Action Network (RAN) menunjukkan bagaimana perusahaan minyak kelapa sawit beroperasi dan memiliki andil besar dalam penghancuran lahan gambut yang kaya karbon itu. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari kawasan ekosistem Gunung Leuser lalu dikirimkan ke produsen minyak ternama di seluruh dunia.
Mari Selamatkan Leuser! (5)
zoom-in-whitePerbesar
PT. ABN membersihkan lahan untuk lebih banyak tanaman sawit. Foto: RAN
ADVERTISEMENT
Minyak kelapa sawit merupakan produk yang paling banyak digunakan di dunia. Mulai dari keripik kentang, es krim, kosmetik, minyak goreng, hingga deterjen cucian berasal dari sawit. Perkembangan industri ini didorong oleh permintaan negara-negara Barat akan konsumsi minyak nabati yang stabil. Namun, industri sawit selalu diwarnai dengan berbagai isu kemanusiaan dan konflik, mulai dari penggunaan tenaga kerja di bawah umur, perdagangan manusia, perampasan tanah, penggundulan hutan hujan tropis, kerusakan habitat spesies yang terancam punah, maupun kebakaran hutan besar-besaran.
Mari Selamatkan Leuser! (6)
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan aerial hutan yang telah dibersihkan oleh PT. ABN. Foto: RAN
Pembukaan lahan dengan pembakaran telah menyebabkan polusi karbon dalam jumlah besar dilepaskan ke udara. Peristiwa kebakaran selama satu dekade terakhir diperkirakan telah menyebabkan 100.000 kematian di seluruh Asia Tenggara. Kebakaran hutan yang terjadi di puncak 2015 telah membuat Indonesia melepaskan polusi karbon yang sama dengan jumlah polusi dari seluruh gabungan kegiatan ekonomi Amerika Serikat setiap harinya (Barahamin, 18/4).
Mari Selamatkan Leuser! (7)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Rainforest Action Network (RAN)
ADVERTISEMENT
Laporan terbaru yang dipublikasikan RAN sangatlah mencengangkan. Sebagaimana ditulis dalam artikel Emma Rae Lierley (12/8), perusahaan kelapa sawit, PT. Agra Bumi Niaga (PT. ABN), ternyata melakukan penebangan kawasan hutan hujan di Ekosistem Leuser walau telah ada moratorium penebangan hutan di seluruh Indonesia untuk keperluan industri kelapa sawit baru.
Mari Selamatkan Leuser! (8)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Rainforest Action Network (RAN)
Dalam laporan investigasi RAN pada bulan Februari 2017, terkuak fakta bahwa PT. ABN, memasok minyak kelapa sawit ke merek-merek ternama di dunia untuk mensuplai kebutuhan mereka akan produk kelapa sawit. PT. ABN diduga terus melakukan penebangan hutan dan memindahkan industri minyak sawit ke pabrik baru, yang hanya berjarak beberapa mil dari jalur pertama.
Perusahaan kelapa sawit PT. ABN mengoperasikan perkebunan seluas 2.000 hektar di kawasan ekosistem Leuser, kawasan yang dikenal sebagai habitat harimau sumatera, gajah sumatera, dan orangutan yang terancam punah.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kehutanan telah melakukan penilaian pada bulan Juni 2016 dan secara resmi telah menutup perkebunan ini karena mereka dianggap tidak memiliki izin yang layak. Namun, citra satelit menunjukkan bahwa PT. ABN telah mengurangi luas area yang semula sebesar 420 hektar pada bulan Juni 2016, menjadi hanya 88 hektar pada bulan April 2017.
Setelah pabrik pertamanya tersandung kasus hukum, PT. ABN beralih untuk memasok kelapa sawit dari pabrik bernama PT. Ensem Sawita, yang hanya berjarak lima mil dari jalan yang sebelumnya.
Mari Selamatkan Leuser! (9)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Rainforest Action Network (RAN)
Dari daftar pabrik pemasok dan peta yang diterbitkan oleh enam pedagang minyak sawit terbesar di dunia: Wilmar, Musim Mas, Golden Agri-Resources, Cargill, IOI, dan ADM, menunjukkan bahwa PT. Ensem Sawita memiliki rekam jejak untuk memasok minyak sawit ke kilang, termasuk ke negara Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan pada gilirannya akan memasok seluruh pedagang dan merek global terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Laporan RAN juga membongkar fakta bahwa berbagai merek global seperti: PepsiCo, McDonald's, Nestle, Unilever, Kellogg's, Mars, Procter & Gamble, terkait dengan peristiwa penggundulan hutan di kawasan Leuser. Seperti dilansir The Guardian, perwakilan pabrik PT. Ensem Sawita, membenarkan temuan dari hasil laporan tersebut.
Merek-merek besar tersebut mengungkapkan penyesalan mereka serta kebingungan atas perubahan nama PT. ABK, terlepas dari fakta bahwa perubahan nama tersebut juga dilaporkan telah terjadi sebelumnya.
Mari Selamatkan Leuser! (10)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Rainforest Action Network (RAN)
Rainforest Action Network (RAN)Banyak pedagang kelapa sawit dan produsen dari merek-merek ternama di dunia, memiliki kebijakan dan komitmen untuk memastikan bahwa perusahaan tidak menerima pasokan dari perusahaan kelapa sawit yang terkait dengan isu deforestasi, pembangunan di lahan gambut, atau eksploitasi.
Mari Selamatkan Leuser! (11)
zoom-in-whitePerbesar
Peta daerah yang terdeforestasi Juni 2016-Agustus 2016. Foto: RAN
ADVERTISEMENT
Gambar satelit menunjukkan bahwa PT. ABN telah mengurangi area yang dicakup oleh hutan dari 420 hektar pada bulan Juni 2016 menjadi hanya 66 hektar pada bulan Juni 2017. Enam belas hektar tambahan hilang pada bulan Juni 2017 saja.
Berikut adalah peta daerah yang terdeforestasi. Pada peta tersebut, daerah yang mengalami deforestasi ditunjukkan dalam warna merah.
Mari Selamatkan Leuser! (12)
zoom-in-whitePerbesar
Peta daerah yang terdeforestasi Juni 2016-Agustus 2016. Foto: RAN
Mari Selamatkan Leuser! (13)
zoom-in-whitePerbesar
Peta daerah yang terdeforestasi Juni 2016-November 2016. Foto: RAN
Mari Selamatkan Leuser! (14)
zoom-in-whitePerbesar
Peta daerah yang terdeforestasi Juni 2016-Januari 2017. Foto: RA
Mari Selamatkan Leuser! (15)
zoom-in-whitePerbesar
Peta daerah yang terdeforestasi Juni 2016-Juni 2017. Foto: RAN
Kelapa sawit adalah bisnis besar, dan produknya dapat ditemukan di setengah dari semua barang kemasan di toko bahan makanan. Hasil investigasi yang dilakukan RAN menyiratkan rantai pasokan minyak sawit yang kotor, menghubungkan beberapa merek terbesar di dunia dengan merusak habitat gajah yang terancam punah di Ekosistem Leuser.
ADVERTISEMENT
Dari satu kasus deforestasi yang sedang berlangsung ini, perusahaan perkebunan PT. ABN memompa minyak kelapa sawit ke seluruh dunia, seperti gambar di bawah ini.
Mari Selamatkan Leuser! (16)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Rainforest Action Network (RAN).
Melalui tekanan gabungan kelompok-kelompok seperti POIG, LSM internasional, warga lokal, maupun konsumen yang peduli, industri kelapa sawit diharapkan dapat melakukan reformasi, sebelum semua menjadi terlalu terlambat. Perusahaan harus berbuat lebih banyak.
Laporan terbaru RAN memperlihatkan pelaku korporasi terlibat dalam (mengambil keuntungan dari) penghancuran Ekosistem Leuser. Meskipun ada gelombang komitmen "No Deforestation" yang telah dilakukan oleh perusahaan (yang tak terhitung jumlahnya), namun rantai pasokan minyak sawit global tetap tercemar dengan minyak kelapa sawit yang tumbuh dengan mengorbankan Ekosistem Leuser.
Jika tindakan yang lebih cepat tidak dilakukan untuk menerapkan kebijakan "No Deforestation", maka merek-merek ternama yang telah disebutkan di atas akan diingat sebagai raksasa perusahaan yang paling bertanggung jawab atas penghancuran tempat terakhir di bumi, di mana gajah sumatera, orangutan, badak, dan harimau hidup bersama di alam bebas.
ADVERTISEMENT
"Hanya sedikit tempat tersisa di planet ini di mana sejarah evolusi dan biologi kita tetap utuh terjaga di alam liar bersama dengan berbagai perubahan peradaban yang terjadi di seluruh dunia. Tempat di mana garis keturunan sejati kita tersimpan dan terhubung dengan generasi mendatang. Lanskap yang mendahului keberadaan kita di planet ini, di mana tanah kaya dengan cerita, dan pohon-pohon tua berfungsi sebagai penjaga gerbang waktu. Ekosistem Leuser merupakan salah satu surga hijau itu, yang jika tidak kita dilindungi, kita akan kehilangan bukan hanya habitat untuk harimau, gajah, orangutan dan badak Sumatra yang tak tergantikan, tapi kita juga akan kehilangan sebagian besar sejarah cerita asal kita,” ungkap Asher Jay.
Mari kita selamatkan Leuser!
ADVERTISEMENT