Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove di Pesisir Kalimantan

Mar'ah Nur Mutmainnah
Saya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Program Studi Manajemen angkatan 2023
Konten dari Pengguna
30 Juni 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mar'ah Nur Mutmainnah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: Canva, foto: Mar'ah Nur Mutmainnah
zoom-in-whitePerbesar
sumber: Canva, foto: Mar'ah Nur Mutmainnah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hutan mangrove di pesisir Kalimantan memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Namun, eksploitasi berlebihan dan perubahan iklim mengancam keberadaan hutan mangrove ini. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan strategi pengelolaan yang komprehensif dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT

Kondisi Terkini Hutan Mangrove Kalimantan

Kalimantan, pulau terbesar di Indonesia, memiliki garis pantai sepanjang 10.380 kilometer yang sebagian besar ditutupi oleh hutan mangrove. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa luas hutan mangrove di Kalimantan mencapai 1,2 juta hektare pada tahun 2020. Namun, angka ini telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Dr. Siti Nurbaya, seorang ahli ekologi mangrove dari Universitas Mulawarman, menjelaskan, "Dalam 30 tahun terakhir, kita telah kehilangan sekitar 30% hutan mangrove di Kalimantan. Penyebab utamanya adalah konversi lahan untuk tambak, perkebunan kelapa sawit, dan pembangunan infrastruktur pesisir."

Pentingnya Hutan Mangrove

Hutan mangrove memiliki berbagai fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat penting. Secara ekologis, mangrove berperan sebagai pelindung pantai dari abrasi, angin kencang, dan tsunami. Selain itu, hutan mangrove juga menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk beberapa spesies yang terancam punah.
ADVERTISEMENT
Dari segi ekonomi, hutan mangrove menyediakan sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir. Ikan, udang, dan kepiting yang hidup di ekosistem mangrove menjadi sumber protein dan pendapatan bagi nelayan lokal. Selain itu, produk hutan mangrove seperti kayu bakar, bahan bangunan, dan bahan baku obat-obatan tradisional juga dimanfaatkan oleh masyarakat.

Strategi Pengelolaan Berkelanjutan

Menghadapi ancaman terhadap keberadaan hutan mangrove, pemerintah daerah di Kalimantan bersama dengan berbagai pemangku kepentingan telah mengembangkan strategi pengelolaan yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa strategi utama yang diterapkan:
1. Rehabilitasi dan Restorasi
Program rehabilitasi dan restorasi menjadi prioritas utama dalam upaya mengembalikan fungsi ekosistem mangrove yang telah rusak. Budi Wardhana, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur, menyatakan, "Kami menargetkan rehabilitasi 50.000 hektare hutan mangrove dalam lima tahun ke depan. Program ini melibatkan kerjasama antara pemerintah, LSM, dan masyarakat lokal."
ADVERTISEMENT
Teknik penanaman mangrove yang inovatif juga dikembangkan untuk meningkatkan tingkat keberhasilan rehabilitasi. Salah satunya adalah penggunaan "bambu penyangga" yang membantu bibit mangrove bertahan dari arus dan gelombang air laut.
2. Pemberdayaan Masyarakat
Keterlibatan masyarakat lokal menjadi kunci keberhasilan pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan. Program pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pelatihan, pendampingan, dan pemberian akses terhadap sumber daya.
Yayasan Mangrove Lestari, sebuah LSM lokal di Kalimantan Barat, telah berhasil mengembangkan program ekowisata berbasis masyarakat di kawasan mangrove. "Melalui program ini, masyarakat tidak hanya memperoleh penghasilan dari kegiatan wisata, tetapi juga termotivasi untuk menjaga kelestarian hutan mangrove," ujar Ratna Dewi, direktur yayasan tersebut.
3. Penerapan Teknologi
Pemanfaatan teknologi modern menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan hutan mangrove. Penggunaan citra satelit dan drone untuk pemantauan kondisi hutan mangrove memungkinkan deteksi dini terhadap perubahan tutupan lahan dan ancaman potensial.
ADVERTISEMENT
Dr. Ardiansyah, peneliti dari Pusat Penginderaan Jauh LAPAN, menjelaskan, "Kami mengembangkan sistem pemantauan berbasis AI yang dapat menganalisis citra satelit secara otomatis. Sistem ini membantu kami mengidentifikasi area yang membutuhkan intervensi dengan lebih cepat dan akurat."
4. Pengembangan Kebijakan dan Regulasi
Pemerintah daerah di Kalimantan juga fokus pada pengembangan kebijakan dan regulasi yang mendukung pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan. Salah satu inisiatif penting adalah penetapan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Mangrove yang memberikan perlindungan hukum terhadap area mangrove kritis.
"Penetapan KEE Mangrove memungkinkan kami untuk mengelola kawasan mangrove secara terpadu, melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan," jelas Ir. Sumarno, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
5. Kerjasama Lintas Sektor
ADVERTISEMENT
Pengelolaan hutan mangrove yang efektif membutuhkan kerjasama lintas sektor. Forum Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Kalimantan dibentuk untuk memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil.
Dr. Hendra Yusran Siry, ahli kebijakan pesisir dari IPB University, menekankan pentingnya pendekatan terpadu. "Pengelolaan mangrove tidak bisa dilakukan secara terpisah. Kita perlu mempertimbangkan keterkaitan antara ekosistem mangrove dengan sektor lain seperti perikanan, pariwisata, dan mitigasi perubahan iklim," ujarnya.

Tantangan dan Peluang Ke Depan

Meskipun berbagai strategi telah diterapkan, pengelolaan hutan mangrove di Kalimantan masih menghadapi sejumlah tantangan. Konflik kepentingan antara konservasi dan pembangunan ekonomi, keterbatasan anggaran, dan dampak perubahan iklim menjadi hambatan yang perlu diatasi.
Namun, ada juga peluang yang dapat dimanfaatkan. Meningkatnya kesadaran global akan pentingnya ekosistem mangrove dalam mitigasi perubahan iklim membuka peluang pendanaan internasional. Program karbon biru (blue carbon) yang menghargai kemampuan mangrove dalam menyerap karbon menjadi salah satu opsi pembiayaan yang menjanjikan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perkembangan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan sumber daya alam juga membuka peluang baru. Pengembangan produk bernilai tambah dari mangrove, seperti pangan fungsional dan bahan kosmetik alami, dapat meningkatkan nilai ekonomi hutan mangrove sekaligus mendorong upaya konservasi.
Strategi pengelolaan hutan mangrove di pesisir Kalimantan membutuhkan pendekatan holistik yang memadukan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Melalui kombinasi rehabilitasi, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan teknologi, pengembangan kebijakan, dan kerjasama lintas sektor, diharapkan kelestarian hutan mangrove dapat terjaga.
Keberhasilan pengelolaan hutan mangrove tidak hanya akan menjamin keberlanjutan ekosistem pesisir, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim global. Dengan komitmen dan kerja sama semua pihak, visi hutan mangrove Kalimantan yang lestari dan produktif dapat terwujud.
ADVERTISEMENT