Konten dari Pengguna

Mengenal Jamur Makro (mushroom) di Indonesia

Atik Retnowati
Profesi sebagai peneliti taksonomi jamur makro di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Penelitian fokus pada pengungkapan keanekaragaman jenis jamur makro di Indonesia.
8 Mei 2024 9:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atik Retnowati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Atik Retnowati, Fitria Tisa Oktalira
Peneliti Kelompok Riset Fungi di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN
ADVERTISEMENT
Apa itu jamur makro? Jamur makro dalam bahasa Inggris disebut mushroom, merupakan mikroorganisme anggota Kingdom Fungi, terutama dari filum Basidiomycota dan Ascomycota. Di Indonesia, jamur makro sering disebut dengan cendawan, kulat (Kalimantan), atau supa (Sunda). Jamur makro merupakan jamur yang memiliki badan buah, terdiri dari 3 bagian utama, yaitu tudung buah (pileus), bilah (lamellae) dan tangkai (stipe). Tudung buah jamur makro mempunyai karakter morfologi yang sangat bervariasi, baik dari warna dan ukurannya. Warna tudung buah jamur makro juga sangat beraneka ragam, dari putih, kuning, coklat, merah, merah muda dan warna menarik lainnya. Untuk ukuran diameter tudung buah jamur makro sangat bervariasi, dari yang berdiameter kurang dari 1 cm sampai lebih dari 70 cm. Karakter morfologi yang bervariasi ini sering dijadikan acuan sebagai pembeda antara jenis jamur satu dengan jenis lainnya. Aneka jenis jamur makro dengan berbagai variasi warna sangat banyak tumbuh di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam ekosistem, jamur makro memiliki peran penting sebagai saprofit, parasit atau ektomikoriza. Pada umumnya jamur makro memiliki tingkat adaptasi yang tinggi di berbagai tipe habitat sehingga memiliki distribusi yang luas, mulai dari hutan tropis, hutan rawa hingga gurun. Habitat atau substrat utama jamur makro adalah tanah, serasah, kayu, atau ranting tumbuhan.
Berbagai jenis jamur makro yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah jamur-jamur yang bisa dimakan dan yang digunakan sebagai bahan obat-obatan. Jenis jamur yang umum di konsumsi masyarakat diantaranya adalah jamur merang (Volvariella volvacea), dan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Sedangkan jamur makro yang umum diketahui memiliki kandungan obat adalah Ganoderma lucidum (Ling zhi) yang dipakai sebagai bahan obat tumor.
ADVERTISEMENT
Jenis-jenis jamur makro yang disebutkan di atas hanya sebagian kecil contoh dari banyaknya jamur makro yang ada di Indonesia. Masih banyak jamur makro Indonesia yang tumbuh di berbagai hutan-hutan Indonesia yang belum diketahui jenisnya karena terbatasnya eksplorasi untuk pengungkapan keanekaragaman jamur makro dari seluruh penjuru Nusantara. Eksplorasi ini tidak hanya dapat menambah dan melengkapi informasi keanekaragaman jamur makro di Indonesia, tetapi juga akan sangat berguna untuk pemanfaatan lanjut di berbagai bidang seperti kesehatan dan industri.
Beberapa jenis jamur makro yang menarik untuk diketahui oleh mayarakat luas seperti Pleurotus giganteus, Macrocybe gigantea, Mycena brunneisetosa, Marasmius guyanensis, Marasmius crinis-equi, Marasmius haematochepalus dan Marasmius tageticolor, yang akan ditampilkan dalam tulisan ini.
Pleurotus giganteus merupakan salah satu jamur berukuran besar dan masuk dalam kategori giant mushroom. Secara ilmiah, P. giganteus sebelumnya dikenal sebagai Lentinus giganteus atau Panus giganteus, tetapi dengan perkembangan penelitian biodiversitas, Pleurotus giganteus menjadi nama yang dipakai saat ini. Tudung buah P. giganteus berdiameter sampai mencapai 70 cm, dengan batang berukuran 23 cm. Jenis jamur raksasa lainnya yang bisa ditemukan di Indonesia adalah Macrocybe gigantea yang memiliki badan buah mencapai ketinggian 60 cm dengan diameter sampai 30 cm. Jamur raksasa ini hidup secara bergerombol, dan mudah dikenali dari tubuh buahnya yang berwarna krem hingga coklat. Selain di Indonesia, jamur liar ini juga ditemukan di Pakistan, India, Nepal dan Cina dan dikenal sebagai jamur saprotrof yang dapat dimakan, bergizi dan memiliki nilai ekonomis. Di Jepang jamur ini diuji coba untuk dibudidayakan. Bahkan di India ekstraksi dari jamur ini digunakan untuk penelitian guna melihat potensi polisakarida dari jamur yang diduga berpotensi memiliki bahan farmasi aktif.
ADVERTISEMENT
Selain jamur makro berukuran besar, ada kelompok-kelompok jamur makro yang diameter tudung buahnya berukuran antara 1–15 mm. Jenis jamur ini berperan sebagai dekomposer, diantaranya adalah Mycena brunneisetosa. Jenis Mycena ini merupakan jamur dengan rambut jabrik tumbuh di serasah. Primordia yang warna oranye berukuran sekitar 1 mm dan dengan ukuran maksimal diameter tudung buah berukuran 9 mm. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop akan terlihat rambut jabrik seperti pedang dengan ujung lancip. Di Indonesia, M. brunneisetosa ditemukan di Gunung Halimun, Taman Nasional Gunung Halimun–Salak (Jawa Barat), dan Gunung Abang (Bali), dan juga ditemukan di Malaysia, Thailand, India dan beberapa negara lainnya.
Jamur berwarna oranye lainnya adalah Marasmius guyanensis. Diameter tudung buah 1.5-5 mm dengan tangkai coklat gelap mengkilap dengan panjang 25 mm tumbuh di daun tumbuhan dikotil ini dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan “tahi lalat hitam” pada pusat tudung buahnya, M. guyanensis banyak ditemukan menghiasai hutan-hutan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Marasmius crinis-equi merupakan salah satu jenis Marasmius yang bersifat parasit, tumbuh pada tanaman teh, karet, coklat dan beberapa tanaman penting lainnya. Jamur dengan ukuran tudung buah berdiameter 1–3 mm ini, dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai hawar rambut kuda/hawar ekor kuda, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Horse Hair Fungus/Horse Hair Blight. Secara bahasa, Crinis = rambut, equi = kuda, nama ini menunjukkan adanya rizomorf yang berbentuk seperti helaian rambut kuda yang tumbuh di sekitar M. crinis-equi tumbuh. Rizomorf sangat umum dihasilkan oleh jamur-jamur kecil seperti Marasmius, dan biasanya menjadi substrat tumbuhnya badan buah jamur.
Marasmius haematochepalus salah satu jenis Marasmius lainnya yang berdistribusi pantropical, baik di Selatan dan Utara hemisper. Pada umumnya, jenis ini ditemui di Amerika bagian Utara, yang kemudian menjadi jenis introduksi yang menyebar sampai di daerah subtropikal dan tropikal, termasuk Indonesia. Di Indonesia, distribusi M. haematocephalus terekam di Bali, Jawa hingga Papua Barat. Jenis Marasmius ini mempunyai beberapa bentuk yang dibedakan berdasarkan warna tudung buahnya, ada yang berwarna oranye gelap, ungu, coklat gelap dan merah kecoklatan dengan diameter tudung buah 3-15 mm. Marasmius dengan tudung buah ungu dan diameter 5-12 mm lainnya adalah Marasmius tageticolor. Jenis ini tidak saja ditemui di Indonesia, tetapi juga tumbuh di Meksiko, Venezuela, dan Brazil.
ADVERTISEMENT
Terdapat lebih banyak lagi jenis-jenis jamur makro dengan tudung buah yang berwarna-warni yang belum banyak diketahui secara luas di Indonesia. Hal ini dikarenakan penelitian dan perhatian terhadap jamur makro masih sangat terbatas. Sebagai salah satu negara tropis dan dikenal sebagai negara dengan megabiodiversitas, potensi pengungkapan jenis-jenis jamur baru masih sangat tinggi. Ini merupakan peluang yang besar untuk menjadi objek penelitian ke depannya dalam mengungkap biodiversitas dan potensi dari organisme tanah yang penting ini untuk menghasilkan informasi penting bagi dunia ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.
Marasmius crinis-equi dari Sorong, Papua Barat (Foto: A. Retnowati, BRIN).
Marasmius guyanensis dari Karimunjawa, Jawa Tengah (Foto: A. Suprijatna).
Marasmius tageticolor dari Jawa (Foto: DE. Desjardin, SFSU, CA, USA).
Mycena brunneisetosa dari Bali (Foto: A. Retnowati, BRIN).
Pleurotus giganteus dari Jawa Barat (Foto: Nurhasanah).
Marasmius haematocephalus dari Sorong, Papua Barat (Foto: A. Retnowati, BRIN).